Reuni

1.2K 49 24
                                    

Author POV

****
"Hahaha, kamu ada bakat jadi MC, Na?"
Aryan tertawa lepas sembari menepuk-nepuk pelan punggung Khandra yang terlelap di pangkuannya.
Keduanya duduk bersisian di pisahkan jarak oleh Lili yang sedang mengunyah kue ulang tahun.

Acaranya sudah selesai. Anna sang Master of Ceremony telah menangani kerusuhan tadi.

"Lumayan, kelihatannya aku kaya Pahlawan kesorean, ya? Hehe," Anna nyengir gugup memainkan rambut ponakannya.

Jeda. Keduanya menikmati kebersamaan yang sudah lama sekali tidak mereka rasakan. Anggaplah ini seperti reuni kecil-kecilan.

Aryan menoleh menatap gadis itu lembut. Sudah bertahun-tahun. Lelaki itu rindu.

"An.."

"Ya?"

"Kamu, apa kabar?" Hening, tak ada jawaban. Pertanyaan itu membuat canggung. Anna tidak ingin suasana seperti ini semakin berlarut. Karenanya dia berusaha mencairkan suasana.

"Kabar lagi? Aku baik, Ka. Kalau sakit, aku ngga bisa Nge-MC gila-gilaan kaya tadi, dong."

Aryan terkekeh. Gadis itu sama sekali tidak berubah, cerewet seperti biasa. "Iya, terimakasih. Kamu hebat". Lagi-lagi tersenyum.

"An.."

"Apalagi?" Anna memutar bola matanya pura-pura sebal.
Lelaki ini sejak tadi memanggilnya terus. Belum lagi pesona senyum di bibirnya tidak pernah memudar sedari dulu.

"Selama ini.... kamu kemana saja?" Keduanya berpandangan. Anna yang tidak bisa melawan tatapannya langsung menunduk. Dia membungkam mulutnya. Lidahnya kelu.

Kemana saja? Bukankah itu agak keterlaluan?

"Kamu tahu? Aku berusaha mencarimu." Aryan terus menatap  gadis itu meminta penjelasan. Telapaknya berhenti mengelusi punggung bocah kecilnya yang semakin lelap.

"Aku mencarimu, Na." Lirih Aryan.

"Mencariku? A.. Aku.. Nggak tahu kalau..." Anna tergagap bingung harus merespon apa. Karena justru dialah yang di tinggalkan selama ini.
Tapi, mencarimu?

"Iya, aku tahu. Banyak yang harus aku jelaskan, Na. Hari minggu kamu ada waktu?"

Anna diam sejenak menggigit sudut bibirnya. Dia sudah bertekad melupakan pria di sampingnya. Apakah sekarang penjelasan itu perlu? Lalu setelah itu apa? Bukankah tidak akan merubah semuanya atau akan ada yang berubah?

"Aku nggak tahu, Ka. Eh, Lili udah ngantuk banget kayanya. Lebih baik kita pulang."

Tanpa menjawab pertanyaan Aryan, Anna buru-buru membereskan baju Lili yang berantakan kena kue. Dia berdiri segera pamit pulang meninggalkan Aryan.

***

"Gilaa!" Anna menutup pintu kamar dan langsung merebahkan dirinya. Di peluknya bantal guling. Jantungnya berdetak kencang.

"Jangan lagi, jangan lagi, jangan lagi, please."

"Aku harus bagaimana?" Anna merengek sendiri menutupi wajahnya dengan selimut.

"Harusnya tadi bilang iya. Sekarang malah mati penasaran! Sebenarnya apa yang mau kak Aryan jelasin, sih? "
Dia menerawang memandangi langit-langit kamar. Mendadak sepertinya oksigen pun ikut melarikan diri darinya.

"Kenapa nggak bilang bisa aja?" Gadis itu terus menimbang-nimbang, menggigit kuku. Lalu kesal karena baru kepikiran kalau dia tidak mempunyai nomor hp-nya.

"Huaah! Panaass! Aku keluar saja dari kamar pengap ini!"

***
Anna PoV

"Dek, sini!"
Baru saja keluar kamar suara jelek Mas Juna memanggil. Dia duduk santai di ruang tengah sambil menikmati secangkir kopi hitam kesukaanya. Di depannya siaran bola sedang berlangsung.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang