Pertanyaan pertama

1.9K 83 0
                                    

Anna Pov.

Ya ampun malam ini adalah malam jumat yang mulia. Tapi kenapa setelah sholat Isya tadi,  aku yang  dengan semangat 45 ingin mengikuti rapat karang taruna malah tertimpa kejadian sial.

Hiks, jadi begini ceritanya waktu  aku dan Pipik sedang berjalan menuju tempat rapat aku berpapasan dengan beberapa orang yang habis sholat Isya berjamaah di masjid.

Mungkin karena jalanku tidak tenang dan pecicilan, tanpa sengaja aku  tersandung batu dan rokku yang kepanjangan membuat posisi kakiku makin tak karuan. Walhasil ketika badanku mulai sempoyongan tanganku refleks meraih apapun yang ada di sekitarku. Mencoba untuk bertahan agar tidak jatuh. Tapi apesnya, Aku tak pernah menyangka kalau yang kutarik itu adalah kain sarung. Maksudku sarung yang di pakai seseorang.

Pikiranku yang belum stabil karena shock mencoba memberanikan diri untuk mengangkat mukaku.

Dan betapa terkejutnya karena pemandangan  Yang pertama kali terlihat adalah celana boxer motif tengkorak ditambah tatapan tajam tapi tampan di depanku.

Kau!!! Katanya. Wajahnya bengis.

Mampus aku!
Dia melotot, mukanya merah padam karena malu. Begitu juga wajahku. Mungkin kalau muka kita di gabung menjadi muka yang kebakaran alias on fire.

Dengan sangat cepat Pipik segera menarik tanganku dan menyeretku ke belakang basecamp karang taruna. Kebetulan letaknya memang bersebelahan dengan masjid.

Tanpa ku sadari ternyata orang-orang sudah sedari tadi mentertawaiku. Aku dan dia jadi bahan tertawaan.

Aku menarik nafas, mencoba berpikir tenang. Setelah pikiran warasku kembali normal. Aku mulai mencerna siapa pemilik boxer tengkorak itu.

Dan, Ya Allah Ya Tuhaanku. Itu Aryan! Aryan yang tampan dan dingin, yang sebenernya sejak pertama aku mengikuti karang taruna aku sudah menyukainya diam-diam.

Soal itu kalian diam-diam saja.

Yaampun bodoh! Bodoh! Kenapa itu Aryaan. Bodoh sekali aku karena pernah berharap bahwa suatu saat akan menjadi bagian dalam hidupnya tapi setelah kejadian tadi kenapa perasaanku jadi ilfill begini. Apa pengaruh boxernyaa? Tidak! Tidak! Tidak! Aku segera menggelengkan kepalaku. itu menjijikan. Kalian tahukan maksudku?

Harapan tinggal harapan. Musnah sudah semuanya. Harapanku seperti res-resan gorengan gosong.
***

Semenjak kejadian itu, aku selalu menghindari Aryan. Jika rapat sudah selesai, aku mengajak Pipik pulang mutar komplek lebih jauh agar tak melewati rumahnya. Kebetulan rumah kami berdekatan, tapi beda RT. Kalau aku sedang lewat dan kebetulan melihat Aryan sedang mengobrol dengan temannya aku pasti ngacir balik lagi lewat jalan manapun asal tidak ada Aryannya.

Sampai pada suatu malam selesai rapat acara 17 Agustusan dari kejauhan aku juga melihat mahluk itu.  Aryan lagi.

Arrggh! Kenapa di mana-mana Aryan.

Suasana ini membuatku tidak nyaman dan tenang. 

"Pik, kita muter!" Aku langsung menarik tangan Pipik buru-buru dan yang ditarik malah ogah-ogahan.

"Dih Na, gue mau kasih flasdisk sama map laporan program gue ke ka Faruq". Pipik menahan tarikanku. Aku melotot sebal.

"Yaampun, Pik. Besok aja kalo ka Faruq lagi ngga sama Aryan. Yaaa Pleasee..." Mulut Anna belum merapat tapi rupanya Ka Faruq yang melihat Pipik langsung memanggilnya.

"Pik!" Seru ka Faruq. Tangannya melambai menyuruh Pipik kearahnya yang sedang mengobrol dengan Aryan. Pipik yang memang sudah janjian sebelumnya dengan ka Faruq langsung menuju ke arahnya dan menarik tanganku. Tentu saja aku tidak mau dan langsung menatap Pipik memasang wajah memelas dan menggelengkan kepalaku sebagai isyarat bahwa aku lebih baik disini saja.

Dari jauh ketika aku melirik sekilas ke arah mereka, Aryan menatapku dengan tatapan sinisnya.

Ya Allah ganteng-ganteng kenapa judes bangett. Tapi salah gue juga belum minta maaf dan langsung kabur.

Aku langsung melihat ke arah mana saja untuk menghindari tatapan Aryan. Saat itu juga ka Faruq memanggilku.

"Na, ngapain disitu sendiri. sini! Jangan diem disitu." Kata ka Faruq.

"Hehe gapapa ka, aku disini aja". Aku tetep keukeh.

"Kamu mau berduaan sama keranda di belakang kamu?" Kata ka Faruq lagi menggodaku.

Sontak aku langsung menoleh. Baru sadar bahwa dibelakangku memang bertengger keranda. Aku merinding dan tanpa disuruh lagi langsung lari ke arah mereka.

Waaaaaaaa!!!

Bagaimana ka Faruq bisa tau kalau aku takut keranda. Pasti ini si Pipik yang membocorkannya.

Lari baru sebentar saja membuatku ngos-ngosan setengah mati. Ini efek panik  kayanya.

Jackpot! Muka Aryan sekarang malah jelas di depanku. Aku tidak tahu mana yang lebih baik sekarang. Bersebelahan dengan keranda atau berhadapan dengan Aryan. Kenapa jadi sama saja. Tapi bertahan! Aku tidak mungkin kabur lagi.

Saat ini pasti datang juga. Bantu aku menghilang ya Robb.

Pipik dan ka Furqon tertawa geli. Sedangkan Aryan, tentu saja menatapku tanpa ekspresi.

Dasar Manusia sarung!
Upsss...

"Jadi kamu yang namanya Anna?" Aryan membuka mulutnya.

Apa Pertanyaan itu untukku? Aku pura-pura tuli diam saja.

Tbc...

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang