Bimbang

1.1K 45 2
                                    

Maaf baru updatee lagi.. soalnya sedang menikmati liburan sebelum nanti di sibukkan dengan skripsii.. 😀

Author POV.

Sepasang kekasih terdiam memandangi gelombang pasang surut air pantai. Deru ombaknya memecah kesunyian antar keduanya yang saling membisu karena enggan memulai pembicaraan. Anna sudah sedari tadi tidak menangis lagi dan melepaskan pelukannya dari tubuh Aryan. Dia merasa aneh pada dirinya sendiri. Ketika menangis, dia benar-benar merasa bersalah kepada Aryan, sehingga tanpa sadar dia meluapkan semua emosinya lalu  berkata bahwa dia bersikap seperti ini karena dia sangat menyayangi Aryan dan takut  kehilangan dirinya karena sebab dikhianati. Tetapi, Ketika tangisnya perlahan reda, dia mulai sadar, lalu egonya mulai mencuat kembali seakan-akan dia merasa benar dengan sikapnya karena Aryan memang  mempunyai hubungan yang tidak biasa dengan Rani. Mengingat Rani, malah membuatnya jadi semakin membenci Aryan yang kini berdiri tepat di sebelahnya.

Anna menarik napas pelan, lelah berdiri, kemudian berjongkok, memilih melepas sepatunya, membiarkan telapak kakinya telanjang, dan menjadikan sepatunya sebagai alas untuknya  duduk di atas hamparan pasir putih pantai. Aryan yang melihatnya kemudian mulai melakukan hal yang sama, mengikutinya. Kini keduanya terduduk dan merasakan angin pantai mulai menampar-nampar wajah meraka yang sendu karena bimbang di rundung masalah percintaan yang tak kunjung usai.

Pandangan Anna masih kosong memandangi gelombang lautan. Aryan yang tidak tahan lagi dengan ketidak-jelasan moment ini akhirnya mulai membuka mulutnya mengangkat suara.

"An..." katanya lirih. Suaranya terbawa hembusan Angin. Rambutnya yang mulai gondrong sedikit acak-acakkan tertiup angin kesana kemari. Terkadang helaian depannya jatuh menutupi matanya. Anna tidak menoleh sama sekali seakan bisu tidak ingin bicara.

"An..." panggil Aryan kedua kalinya karena mulai khawatir kalau-kalau Anna kesambet setan pantai. Tangannya dia kibaskan di depan wajah Anna supaya matanya mau berkedip.

Dan sesuai harapannya, mata Anna jadi berkedip.

Alhamdulillah sadar... batin Aryan.

"Hmm" itu saja kata yang keluar tidak ada yang lain. Padahal kata Hmm seperti sudah di patenkan oleh Aryan. Karena Anna sedang marah, Aryan membiarkan saja.

(Sekali-kali gantian keleusss, Yan di hmm-in! Author gatel kepengen komen)

"Kenapa diam? Masih marah?" Tanya Aryan.

"Masih." Anna menjawab sangat jujur.

"Kenapa? Bukankah sudah selesai semuanya? Kita sudah selesaikan masalah kita An.. kita baikkan," Aryan tersenyum ingin mengaitkan jari kelingkingnya pada Anna pertanda kalau mereka memang sudah baikkan. Namun Anna malah diam tidak mengangkat tangannya semili pun.

"Bagaimana dengan Rani?" Anna kemudian bergumam lirih.

"Hahaha... Masih mikirin itu rupannya," Aryan mencoba bergurau, rasanya canggung sekali kalau mereka harus diam-diam seperti ini.

"Iya, kamu jadi menikah sama dia?

"Tidak, An.. kan aku sudah bilang kalau itu hanya kemauan dia sepihak. Aku kaget kalau dia bakal mengirim pesan seperti itu padaku, An..." Aryan menarik napas jengkel juga. kenapa lagi-lagi itu yang di bahas.

Perempuan-perempuan...

"Bohong!" Anna mulai lagi. Aryan menggelengkan kepalanya, harus bagaimana lagi  menjelaskan kepada gadis di depannya ini supaya dia mau percaya.

"Harus bagaimana supaya kamu percaya An? Kamu mau aku menikahimu setelah aku wisuda?" Aryan menatap Anna serius, Anna mulai menoleh pada Aryan mencari kebenaran di matanya.

Mr. KulkasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang