Lelaki bersurai hitam legam itu memandang langit malam hari itu. Memorynya terputar kembali sejak kejadian hari itu. Hari dimana dia tidak sengaja melihat Gadis berdiri menundukkan kepalanya, bulir-bulir air mata gadis itu terus menetes, dia menangis tak bersuara, menangis dalam diamnya.
"Lama banget" Winwin memainkan ponselnya dan sesekali menengok kearah jendela.
Sudah 20 menitan ia menunggu, padahal jarak kelas Gadis dari ruangan itu gak terlalu jauh. Gak kayak Korea-China. Pikir Winwin.
Tak tahan, ia berinisiatif buat nyamperin cewek yang daritadi gak peka kalau di tungguin. Baru saja ia melangkahkan langkah pertamanya keluar ruangan, ia melihat sosok gadis yang sedang berdiri mematung disana. Ia memicingkan matanya, memastikan jika itu benar-benar cewek yang dia tunggu.
Ia melihat kaki Gadis itu gemetar, bahunya kadang bergerak naik-turun seperti orang yang sedang terisak. Winwin melihat gadis itu tertunduk, suatu benda cair perlahan turun dari pelupuk matanya dan membasahi pipi gadis itu.
Lelaki yang telah menyadari bahwa itu benar-benar Gadis langsung menancapkan gas, berlari menghampiri gadis itu. Hatinya teriris bersamaan dengan tetesan demi tetesan air mata Gadis. Winwin terhenti dan menarik Gadis ke dekapannya.
Gadis terus menitikkan air matanya, sedangkan Winwin, ia melihat apa yang ada dalam ruang dance. Lelaki itu mendapati Yuta dan Lisa disana, ia melihat Yuta dengan wajah syok-nya dan Lisa hanya terdiam ditempat dengan mata yang basah akibat tangisannya.
Lelaki itu segera membawa Gadis pergi ke ruang kesenian. Ia terus mendekapnya, mengelus-elus puncak kepalanya.
Yuta ingin mengejar mereka tetapi niatnya itu ia urungkan setelah melihat raut wajah Lisa yang masih kacau itu.
"Yuta! Kejar dia dong! Kenapa diem aja ha?! Cepet kejar!" pekik Lisa yang melihat Yuta hanya memandangnya iba. Jujur, Lisa udah geregetan sama Yuta yang cuma berdiri aja, gak ngejar Gadis.
"terus lo gimana?" tanyanya.
"Gue gak apa-apa. Udah cepet kejar dia!" pinta Lisa dengan bentakan.
Disana, Winwin masih terus mendekap Gadis, mencoba menenangkannya.
"udah, Dis.. kamu cuma salah paham" lirih Winwin yang mendekapnya makin erat.
"mungkin aku cuma mainan..huks" gumam Gadis yang masih bisa terdengar Winwin.
"sstt.. jangan mikir begitu, Dis.." lelaki itu mengeratkan pelukannya dan menepuk-nepuk punggung Gadis pelan. "tunggu penjelasannya. Selesaikan dengan kepala dingin"
"hati gue sakit kak! Pedih!" Gadis semakin erat memeluk cowok itu.
"Shht.. udah jangan dipikirin.. mending sekarang kamu nenangin diri dulu aja" Cowok itu menepuk-nepuk punggung Gadis yang masih tenggelam dalam dekapannya.
Ia mengacak rambutnya frustasi. Mengingat hal itu cuma membuatnya bingung sendiri. Ingin terus dekat dengan Gadis, memeluknya saat dia terpuruk, memberinya semangat dan senyuman. Ikut tertawa bahagia bersamanya, senang bersama-sama. Ah, semua itu cuma akan terjadi dalam angan-angannya. Batinnya
Apalagi saat ia mengetahui ada dua orang lain yang menyukai Gadis. Rasanya ingin menyerah saja, lagipula Gadis hanya menganggapnya sebagai KAKAK.
---
Winwin masih sibuk menekan-nekan tuts piano dan menyanyikan lagu yang baru saja ia pelajari. Sesekali juga ia mendengarkan rekaman lagu yang akan dia nyanyikan itu.
"ah! Susah!" pekiknya frustasi dan menekan asal tuts itu.
"Gila ih, susah banget. Tapi gapapa, demi Gadis" ia menyemangati dirinya yang sempat menyerah dan kembali berlatih.
![](https://img.wattpad.com/cover/86655915-288-k847056.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings ● Nakamoto Yuta ✔
FanfictionIf a kiss was a raindrop, I'd send you a shower. If a hug was a second, I'd send you an hour. If a smile was water, I'd send you the sea. If you needed love, I'd send you me -YUTA Copyrightⓒ2016-leettlevain