しち : Kenangan

1.7K 249 7
                                    

7 November 20xx

Saat itu aku sedang bermain di taman bermain dengan kakakku, Elios Althea. Umur kami terpaut 10 tahun. Aku baru 8 tahun, sedang dia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke 18. Cuaca di akhir musim gugur ini bertambah dingin karena akan memasuki pergantian musim ke musim dingin. Tapi kami tetap saja asik bermain, mengabaikan hembusan angin dingin musim gugur.

"Kakak! Ayo kejar aku!" seruku dan tertawa lepas.

"Gadis, hati-hati nanti jatuh!" sautnya.

Benar saja, tak sengaja aku melakukan kecerobohan. Tubuhku jatuh tersungkur di atas dedaunan yang berjatuhan. Jatuh karena tersandung batu yang lumayan menurutku.

"Huwaa! Kakak! Sakit! Hiks!" rintihku dan memegangi lututku yang lecet. Bukan hanya lututku, tetapi celana yang kupakai ikut lecet karenanya.

"Sudah ku bilang hati-hati, Gadis" lelaki itu berlari menghampiriku dan berjongkok di hadapanku. Terlihat jelas raut wajahnya berubah menjadi khawatir, panik dan cemas. "Bagian mana yang lecet?" tanyanya.

"Ini..huks" aku menunjuk lukaku. Kak Elios langsung melihat lututku lalu meniupinya. Sedang aku mencoba menseka air mataku dan menahan rasa sakit ini.

"Nah, apa lebih baik?" tanyanya dan tersenyum kepadaku. Aku hanya mengangguk. "Kalau begitu, mari pulang. Aku akan menggendongmu" ujarnya.

Ia membantuku berdiri lalu membalikkan badannya. Aku mengerti dengan isyaratnya yang memintaku menaiki punggungnya. Ku lakukan apa yang dia pinta dan ia mulai menggendongku.

"Lain kali hati-hati" nasihatnya sembari membawaku pulang. Aku hanya diam dan mengangguk. "Gadis nggak kedinginan? Anginnya makin dingin lho!" lanjutnya.

"Gadis gak kedinginan! Kan ada kak Elios!" sahutku.

"Kenapa begitu?" tanyanya.

"Kata mama, nama kak Elios diambil dari nama Dewa Yunani, Dewa Matahari Helios'jadi Gadis gak kedinginan karena di dekat Gadis ada matahari yang terang dan menghangatkan, hehe" jelasku.

"Adik kakak makin pintar saja ya"

Seusai obrolan ringan itu berakhir, kak El dan aku sampai juga di rumah. Kak El menurunkanku dari gendongannya, membantuku melepaskan sepasang sepatuku dan menggendongku lagi menuju ruang tengah.

"duduk yang manis ya, dokter Elios akan segera mengobatimu" ia tersenyum lalu pergi mengambil kotak P3K.

Tidak menunggu lama, ia kembali dengan membawa kotak berukuran sedang di tangan kanannya. Menaruh barang bawaannya tadi di atas meja dan membukanya. Ku lihat ia mengambil obat merah, kain kasa dan plester.

"Mana lututnya, adik manis~?" aku terkekeh kecil mendengar ucapannya.

Ku tunjukkan lukaku sekali lagi di hadapannya. Ia memegangi bawah lututku, mengelap lukaku dengan kain basah dan membuat lingkaran disekitar luka dengan obat merah.

"Kenapa tidak di teteskan langsung pada lukanya?" tanyaku polos.

"Karena kita harus menggunakannya sesuai dosis, juga, pori-pori kulit dapat meresap obat merah tadi dan dijalurkan ke luka tersebut" jelasnya sembari menutupi lukaku dengan kain kasa, tak lupa untuk melekatkannya juga. "Selesai!" ia tersenyum sekali lagi.

.

.

.

.

Aku tersenyum miris mengingat memori masa laluku itu. Sudah 6 tahun sepeninggal kakakku, bagaimana bisa aku masih belum rela dia tiada? Tak disadari kedua manik mataku sudah berkaca-kaca. Rasanya aku ingin menutupi kedua wajahku saat ini agar Kak Yuta tidak menyadari jika mataku berkaca-kaca seperti sekarang. Namun aku terlalu lambat melakukannya.

"Eh, kamu kenapa?" Kak Yuta memberhentikan mobilnya di pingiran jalan. Ia menatapku bingung.

"Ng-Nggak kok. Cuma kelilipan debu" aku berbohong lagi.

"Mobilku gak berdebu deh perasaan. Kamu kenapa hm? Tiba-tiba berkaca-kaca gitu?" tanyanya penuh selidik. "kalo ada masalah cerita aja. Atau gak suka sama aku?" lanjutnya.

"Beneran gapapa kok" aku berusaha meyakinkan lelaki dihadapanku.

"Beneran? Jangan bohong deh, aku bisa liat dari mata kamu. Ada masalah cerita aja, anggep kayak temen sendiri aja"

Ini orang kenapa care banget sih?, bikin tambah ngingetin ke kak Elios tau gak? Kan sesek rasanya, pengen nangis. Batinku.

Sebulir air mata mulai keluar dari sarangnya dan jatuh membasahi pipiku. Sungguh aku gak tahan. Gak bisa diumpetin lagi, udah puncaknya.

"Astaga, kamu kenapa sih? Cerita dong. Jangan bikin aku kaya om-om mesum yang maksa buat ngawinin anak orang gini" tangannya yang lebih besar dariku menyentuh pipiku, mengusap bagian bawah mataku dengan ibu jarinya untuk menseka air mataku. Bagai di sengat listrik. Seluruh tubuhku bergetar ketika telapak tangannya bersentuhan secara langsung dengan pipiku.

"A-aku.. Aku kangen.." dia mengernyitkan dahinya tanda bingung. "aku..kangen..kakakku" lanjutku.

"emang kakaknya kemana?" pertanyaannya sukses membuat aku makin sedih. Air mataku makin mengalir deras.

"Di.. surga..huks"

Hening. Tiba-tiba suasana menjadi hening. Lelaki itu menelan ludahnya, melihatku kasihan..?

"S-sorry udah kepo" ucapnya pelan. Aku mengangguk saja. Sekali lagi ia menyentuh kepalaku, tepatnya bagian belakang kepalaku. Menyandarkan kepalaku ke bahunya, membiarkan aku menenangkan diri dan menumpahkan semua air mataku di bahunya. Kurasakan ia mengelus-elus kepalaku lembut. "kalo butuh tempat bersandar, curhat ataupun yang lainnya, datengin aja kakak kelas ganteng ini. Nakamoto Yuta" jelasnya.















A/N :

Apa semua gak sadar kenapa nama OC-nya Gadis? tapi latarnya di Korea? sedang Yuta kan asli Jepang? tapi sampe ke Korea juga? simple jelasinnya, Gadis ini WNI tapi keturunan Korea dan pindah tempat tinggal di Korea waktu dia umur 2 tahun. Yuta sendiri juga orang Jepang yang kebetulan pindah tempat tinggal ke Korea dan mereka di pertemukan di SMA yang sama:)) Oiya sekolahnya di ganti kaya SOPA biar ada Jurusan Dance dan Musik, tapi masih ada jurusan IPA dan Sosial kaya SMA di Indonesia, dan OSIS tetap di adakan wkwk.

Feelings ● Nakamoto Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang