Gadis hanya menatap langit-langit kamarnya yang berlukiskan bintang-bintang itu. Ia hanya ingin menenangkan diri sekarang, tanpa ponsel, tv, musik dan lainnya. Ketenangan, ruangan yang tenang, sepi, senyap, itu yang dia butuhkan. Tapi keinginan itu dirusak oleh dentingan chat dari berbagai sosmednya dan telepon yang ia anggap tak penting lagi baginya.
"Huh.." ia menghela nafas dan memeluk gulingnya, menyembunyikan wajah muramnya itu.
Tok tok tok!
Suara ketukan pintu membuat Gadis merubah posisinya menjadi posisi duduk. Ia menerka-nerka siapa yang ada di balik pintu tersebut.
"Dek, ada yang nyari tuh. Katanya temen sekolah kamu" suara wanita paruh baya itu membuat Gadis makin penasaran, temen? Lami?
Ia beranjak dari kasurnya dan membuka pintu kamarnya "siapa, ma? Lami? Hina?" tanyanya kepada ibunya itu.
"Cowok. WNI juga ternyata.. Namanya Abra.. Eh, Akbar Fir.. Fir.. siapa gitu, temui aja gih" suruh ibunya dan berlalu.
"Eh? Kak Akbar? Tau darimana ini rumahku? Disuruh apa sama si cabe Jepang?" Pikirnya dan pergi mencuci muka lalu menemui lelaki bernama Akbar itu.
Gadis melihat cowok itu duduk manis di ruang tamu, melihat-lihat sekeliling rumah hingga pandangannya berhenti tepat kepada Gadis. Segera ia menundukkan kepala dan berjalan menuju lelaki itu.
"Ng.. ada apa ya, kak?"
"Gak ada apa-apa sih, aku kesini juga disuruh Yuta" jelasnya.
"Oh" Gadis langsung duduk di sofa dihadapan seniornya itu.
"Ng.. kalian.. berantem?" tanya Akbar yang udah kepo daritadi karena Yuta, ditambah Gadis yang mulai cuek saat mendengar nama YUTA.
Gadis menggeleng pelan dan tetap bungkam. Suasana disana mulau canggung. Akbar yang gak kenal apalagi deket sama Gadis juga ikutan tutup suara.
"Mas.." lirih Gadis dan disambut cowok berwajah Indonesia banget itu dengan tatapan heran.
"Dia.. udah dimiliki ya?"
Mendengar ucapan Gadis, dia hanya mengerutkan dahi. "Dia? Yuta, maksudmu?" tanyanya meminta kejelasan.
"ya siapa lagi? Kak Taeyong? Kan gak mungkin" ketus Gadis.
Mendengar itu, Akbar cuma bisa ngelus dada, gak disangka kalo cewek dihadapannya nyeremin kalau udah sensi.
"Bukannya udah jadian sama kamu, dek?" pertanyaan itu hanya dijawab dengan gelengan pelan.
"Dia gak pernah pacaran, baru kamu yang dia jadiin, pre-girlfriend" jelasnya.
"Tapi..cewek- ah gak jadi" Gadis mendongakan kepalanya dan menutup matanya dengan telapak tangannya. Pikirannya kacau.
"gimana kalo kita kencan?" ajak cowok itu.
"E-eh?" Spontan Gadis mentap cowok itu heran.
Akbar berdehem kecil "Ehm.. gini, maksudku itu ya, kencan antar teman. Mulai hari ini, detik ini, kita temenan" rincinya.
"Oh oke. Aku mau prepare dulu" Gadis beranjak pergi dari sana, menuju ke kamarnya.
Saat punggung gadis cantik itu tak terlihat lagi, Akbar mengambil nafas panjang dan menghembuskannya. Jantung dan otaknya tak bisa berjalan normal. Baru kali ini dia bisa sedeket ini sama cewek, biasanya juga kencan sama bola basket atau raket tennis. Lagian kalau bukan karena dipaksa Yuta, dia juga bakal males banget kemari.
Ia mengingat-ingat ucapannya tadi. Kencan? Hei! Yuta gak nyuruh lo kencan, Bar! Inisiatif darimana itu hah? Tapi sesekali deketin adkel gak apa kan? Cuma ngehibur aja? Tapi kalo nanti jatuhnya sama-sama baper gimana? Ah, Baper? mana mungkin. Akbar meracau dalam batinnya. Ia mulai berpikir lagi tentang 'akan pergi kemana 'kencan' pertama ini?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings ● Nakamoto Yuta ✔
FanfictieIf a kiss was a raindrop, I'd send you a shower. If a hug was a second, I'd send you an hour. If a smile was water, I'd send you the sea. If you needed love, I'd send you me -YUTA Copyrightⓒ2016-leettlevain