Aku memilih-milih buku yang sekiranya menarik untuk dibaca. Entah menarik dari cover, isi atau title, yang penting bisa mikat perhatian buat dibaca. Di rak bagian buku non-fiksi aku mulai tertarik sama buku dengan cover cerah bergambar langit malam berbintang ditemani tata surya. Aneh, di saat kebanyakan orang suka dengan kisah romansa, tapi aku tertarik dengan buku-buku berisi tebal dan memuat hal yang bisa dibilang membosankan bagi teman-temanku. "selera orang beda-beda" gitu kata orang-orang.
Kuraih buku itu dan mulai mencari posisi yang nyaman untuk diduduki sekaligus membaca. Mataku mulai mencari-cari tempat yang aku tuju hingga mereka berhenti pada sosok perempuan yang sudah sangat aku kenal, cewek yang dari tadi gak nunjukin batang hidungnya. Yup, Gadis. Tanpa basa-basi langsung aja aku samperin.
"Sendirian aja" bisikku.
"Hei, kak" sapanya dengan pandangan yang tetap fokus pada buku yang sedari tadi ia baca. Tumben.
Aku mengambil posisi duduk di sampingnya dan mulai membaca buku tersebut. "Ntar malem ada acara gak?" tanyaku sembari membaca buku.
"gak ada"
Tiba-tiba sosok lelaki berwajah imut yang familiar mendatangi kami. Boleh aku sebut pengganggu? Dia benar-benar ganggu waktuku sama Gadis.
"Gadis~ ikut kakak ke ruang dance bentar, bisa?" cowok itu tersenyum. Dia nyebut dirinya pake 'kakak' kok geli sendiri dengernya.
Kulihat Gadis senyum sumringah dan ngangguk "bisa kok, kak Winwin" dia menutup bukunya. "Sekalian mau pinjem ini, hehe" lanjutnya. Hawanya jadi panas gini ya?
"Oh, yaudah. Ayok. Yuta-hyung, duluan ya" pamitnya. "duluan juga ya, kak"
Aku cuma bisa ngukir fake-smile. Sumpah ini kenapa hati jadi panas banget. Jangan-jangan aku kepincut sama si Gadis ini. Aih, masa sih? Aku meremas kepalaku, otakku mungkin mulai error sampai memikirkan hal sejauh itu. Tapi gimana kalo aku beneran suka Gadis? Haruskah aku konsultasi ke Taeyong? Iya, harus tanya Taeyong, si Dewa Asmara.
.
.
.
"kalo di sana ada rasa seneng yang berlebihan, dugeun-dugeun gak jelas, pengen senyum mulu deket doi, panas kalo si doi deket ama cowok lain, berarti lo positif!" dia nunjuk-nunjuk tepat di dadaku.
"positif apaan?"
"positif hamil! Ya positif kalo lo suka ama Gadis lah, ogeb" ucap Taeyong dibarengi dengan noyor kepalaku
Obrolan itu terus berputar di kepalaku.
"masa anak yang punya otak encer kayak lo gak tau begituan sih? Makanya jangan kebanyakan nyabe sama Ten! Jangan kebanyakan kencan sama buku!" gitu ejekan Taeyong tadi.
Line!
Gadis: kak, mau pergi gak?
Kedua alisku menyatu. Heran. Tadi aja sok ngehindar gitu.
Yuta: boleh
Gadis: ke Restoran B, ya. Aku udah nunggu disana.
Gadis: bilang aja atas nama 'Nakamoto Yuta'
Kok tumben, aneh banget. Tapi karena aku orangnya positif, aku coba pikirkan hal se-positif mungkin, misalnya Gadis mau ngetraktir mungkin?
Segera aku beranjak dari kasurku dan bersiap-siap. Tampil keren seperti biasa. Begitu percaya diri, bukan? Ya, itulah aku.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feelings ● Nakamoto Yuta ✔
FanficIf a kiss was a raindrop, I'd send you a shower. If a hug was a second, I'd send you an hour. If a smile was water, I'd send you the sea. If you needed love, I'd send you me -YUTA Copyrightⓒ2016-leettlevain