きゅう : Klarifikasi

1.5K 244 6
                                    

Sepulangnya Yuta dari rumah Gadis, cewek bersurai hitam itu hanya bisa diam dikamarnya. Menatap malas layar ponsel yang terus menyala dan menampilkan pesan-pesan baru kiriman grup chat squad bobrok itu. Tak habis pikir dia bisa menjadi malas dan tiba-tiba menjadi orang yang tidak memiliki semangat hidup seperti sekarang. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Ayo Gadis! Semangat! Kak Yuta itu cuma kakak-kakakan kamu aja!" ia menyemangati dirinya sendiri.

Sedangkan Yuta yang berada di rumah seberang sana hanya bisa tertawa geli mengingat apa yang dia lakukan saat membajak ponsel milik adik kelasnya tadi.

Gadis: iya ini Yuta

Koeun: pantes typingnya beda

Hina: sepemikiran^

Lami: kakak ngapain sama Gadis?!

Jasmine: Gadis dimana kak?

JessVal: kak, naksir Gadis gak?

Elga: kak Yut! Itu kak Taeil kosong kan?

Herin: lu kata bakso:))

Gadis: jgn ksh tau Gadis ya soal adekku

Gadis: Lagi nge-les-in Gadis

Lami: loh kenapa?

Gadis: iya Taeil hyung kosong. Nanti disalamin.

Gadis: ada deh. Jgn ksh tau aja 'k?

Herin: Siap, kak!

Koeun: (2)

Jasmine: (3)

Elga: (4)

Lami: (5)

JessVal: (6)

Hina: (7)

Yuta mulai tersenyum kembali. Gak disangka dia terkenal sampai diomongin para degem. Ia meraih ponselnya dan membuka Line. Ibu jarinya mengetik sesuatu dengan tempo yang normal seperti biasa.Ia lalu menekan tanda send.

Yuta: Dis

Gadis: Y?

Yuta: singkat bgt mb

Gadis: so?

Yuta: km knp?

Gadis: gpp

Yuta: km marah?

Gadis: g

Yuta: mau jalan?

/read/

"Tau ah. Males ama kak Yuta" gadis itu meletakkan ponselnya kasar.

Ia tidak mengerti apa yang ia rasakan saat ini, perasaannya campur aduk. Ia meringkuk di atas kasurnya, memeluk guling, teman setianya. Memejamkan mata, mencoba untuk tidur, melupakan segala hal yang ia alami tadi, termasuk mulai melupakan Yuta.
.
.
.
.
.
.
Gadis melangkahkan kakinya santai, ia bangun pagi hari ini, jadi tidak akan takut kata 'telat'. Ia mengambil oksigen di pagi hari yang bisa dibilang masih fresh. Melukiskan sebuah senyum pada bibirnya, menikmati pemandangan pagi hari di musim gugur ini. Melihati dedaunan yang berjatuhan, mendengarkan nyanyian burung-burung, merasakan belaian lembut dinginnya angin musim gugur.

"Gadiiis!" terdengar teriakan seseorang yang sangat sangat tidak asing di telinga gadis remaja itu. Ia mengacuhkan panggilan dari pemilik teriakan tadi.

"Pagi cantik" ucap orang yang meneriakinya tadi. Tetap tak ditanggap.

Lelaki itu mengayuh sepedanya pelan, mengejar langkah Gadis yang sedikit dipercepat. Tak putus asa untuk menarik perhatian cewek mungil itu.

"Marah ya?" pertanyaan yang ia lontarkan membuat Gadis makin emosi. Gimana gak? Sudah tau malah nanya.

"Dis, udah dong jangan marah. Sini kak Yuta boncengin" tawarnya.

"No, thanks" Gadis mempercapat langkahnya lagi.

"Dis, jangan ngambek gitu"

"bodo"

"Dis, ntar capek loh kalo jalan" tak ditanggap. Gadis terus berjalan menjauh.

"jangan kayak gak kenal gini, Dis"

"emang kita pernah kenal?"

Entah kenapa hati Yuta terasa ditusuk gading gajah. Terlalu pedas, terlalu sakit ucapan gadis itu. 'emang kita pernah kenal?' sebesar itukah kesalahan Yuta sampai Gadis bisa mengeluarkan kalimat itu?

"Dis, kamu cemburu?"

DEG!

Langkahnya tiba-tiba terhenti setelah mendengar pertanyaan dari Yuta. Rasa sesak itu hadir lagi, bersamaan dengan ingatan tentang gambaran foto itu yang tiba-tiba muncul di pikiran Gadis. Yuta turun dari sepedanya, menuntunnya hingga sampai tepat di sebelah kiri Gadis.

"jangan cemburu, dia cuma adekku. Sekarang, ayo naik" Yuta mengacak pelan puncak kepala gadis itu.

BLUSH!

Seketika pipi Gadis memerah, hanya karena perlakuan tadi ia bisa merona. Apa ini yang namanya gagal move on?. Yuta menarik tangan gadis dan menyuruhnya duduk menyamping di boncengan yang tersedia. Cowok itu menaiki sepedanya dan mulai mengayuh. Ia menjulurkan tangannya kebelakang, meraih tangan Gadis lalu menaruhnya tepat di pinggangnya.

"Pegangan, nanti jatuh"

Sekali lagi cowok itu sukses membuat pipi Gadis merah merona. Gadis itu hanya menuruti perkataannya. Tiba-tiba bibirnya tertarik, membuat senyuman tipis.

Feelings ● Nakamoto Yuta ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang