10

429 45 1
                                        

"Kalian sudah kembali?" aku berjalan turun dari tangga

Kizzy, Naoki, dan Shin sedang menikmati beberapa kotak pizza di ruang TV.

Bukannya menjawab, Kizzy tersenyum geli. "Bagaimana hari pertama mu disini?" sebelah alis ku naik, memandangnya heran. "Kau menyukainya?"

"Ku rasa jauh lebih baik meninggalkan mereka berdua disini" Naoki menimpali

"Berhati-hati lah, dia tidak akan membiarkan mu lolos" Shin ikut bicara

"Maksudnya?" tanya ku acuh

Tak ada jawaban, mereka asyik menikmati pizza, kecuali Shin yang terus fokus pada laptopnya. Sepuluh jarinya menari cepat di atas keyboard, wajahnya selalu serius. Apa yang dilakukannya? Karena penasaran aku mendekatinya, duduk di sampingnya. Aku tak begitu memahami apa yang sedang ditampilkan di layar laptop. Semua berupa huruf dan angka yang menurut ku aneh.

"Apa yang kau lakukan?"

"Dia sedang mencari data-data perusahaan yang dinaungi Yamazaki. Kita bisa memancing mereka melalui dunia bisnis, dengan kata lain menariknya agar mau bekerja sama dengan perusahaan Rie" jawab Kizzy, tak berhenti mengunyah

Aku menggeleng kepala, memperhatikan caranya makan layaknya anak kecil, belepotan dan rakus.

"Kau sudah bangun?" suara Naoki mengalihkan perhatian ku, mengikuti arah pandangnya.

Ara berjalan ke mini bar, mengabaikan sapaan Naoki. Ia membuka kulkas dan mengambil minuman bersoda, kemudian memasak mie instan. Tiba-tiba pikiran jahil terlintas di benakku. Senyum ku melebar, raut wajah ku menjadi lebih ceria. Shin memandang ku heran, namun ia kembali pada aktifitasnya.

Aku berjalan santai mendekatinya. Tatapan heran dan alis yang berkerut, aku membalasnya dengan senyuman. Saat ia fokus pada masakannya, diam-diam aku mengambil minumanan bersoda di atas meja dan mengocok cepat sekuat tenaga kemudian meletakkan kembali pada tempatnya. Aku bersiul senang, berjalan kembali ke tempat duduk ku seolah-olah tak terjadi apa pun. Kizzy, Shin, dan Naoki menatap ku polos. Senyum ku belum juga pudar, menunggu reaksi apa yang akan terjadi, mengawasinya setiap detik sampai gadis itu selesai masak.

'Saatnya pertunjukan' batin ku berteriak riang

Ia mulai membuka botol tersebut, saat tutup botol terbuka secara otomatis tekanan gas dalam botol mendadak memaksa keluar, membuat soda menyemprot dan membasahi separuh tubuh Ara. Tawa ku lepas, terbahak-bahak, puas dengan hasil perbuatan ku.

Wajahnya memerah, menatap ku sinis penuh benci. Ia beranjak ke kamar mandi dengan perasaan dongkol. Tawa ku belum juga reda. Shin, Kizzy, Naoki melongo, diam tak bergeming.

"Sepertinya perang sudah dimulai" gumam Shin masih menganga tak percaya

Selang beberapa detik seseorang menyiram ku dengan setimba air, seketika tawa ku berhenti. Seluruh tubuh ku basah total. Aku terpaku dan shok. Balasannya jauh lebih buruk dari perkiraan ku. Aku menggeram kesal, menahan emosi, berbalik menemukan gadis itu membawa sebuah timba berukuran sedang. Tatapannya tajam dan keras.

"Jangan pernah mengganggu ku lagi, jika tidak...silakan angkat kaki dari sini" ia membuang timba ke sembarang tempat lalu pergi dengan berbagai macam emosi. Kemarahan gadis itu berada di ujung tanduk.

Kizzy memandang ku simpati, sedangkan Naoki dan Shin menggeleng kepala menyayangkan perbuatan ku. Aku menghela nafas kasar.

*****

Aku baru saja selesai mandi dan menemukan Naoki berada di kamar sedang memasukkan beberapa pakaian ke dalam sebuah tas ransel.

"Malam ini tidak pulang lagi?"

Give Me One Last ShotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang