Tujuh : Kangen

853 32 0
                                    

Saat ini mereka sedang berada didalam wahana bianglala. semua wahana sudah mereka naiki dan ditutup dengan naik bianglala. Dimas tengah melihat foto Dara yang ia ambil diam – diam dari tadi. Sepertinya Dimas berbakat menjadi paparazzi, seperti saat ini ia diam diam mengambil foto Dara yang sedang melihat keluar bianglala.

"Lo gak dicariin ortu, Dar?"

Dimas membuka percakapan karena sedari masuk bianglala mereka berdua diam, mungkin karena lelah. Dara membuka ponselnya yang ia silent sejak pagi, ada 10 telpon tak terjawab dari Mamanya dan 3 pesan dari Papanya.

"Dicariin. Nih" Dara melihatkan notifikasi ponselnya.

"Bales dulu, ortu lo pasti khawatir."

"Iyaiya."

Dara membalas pesan Papanya yang isinya menanyakan Dara dimana. begitu juga dengan Mamanya, ia mengirimkan pesan juga.

Papa

Dara dmn?

Dara plg Mama kamu kawatir

Dara plgnya hati2 ya


Dara

Dara lagi diluar

Sebentar lagi pulang

Mama

Dara dmana?

Dara

Dara di taman bermain sama Dimas

Sebentar lagi pulang

Dara menoleh dan mendapati Dimas tengah memotonya. Dengan sadar ia memasang senyum terbaiknya.

"Coba liat fotonya!" dara merampas ponsel Dimas.

"Bagus nih. Nanti kirimin ke gue ya, mau gue post di IG."

"Lo kenapa kabur, Dar?"

Dari kemarin Dimas ingin menanyakan alasan Dara kabur dari rumahnya. Namun urung karena mood Dara sepertinya tidak terlalu bagus.

"Gue dijodohin, Dim."

Dimas kaget namun sebisa mungkin bertingkah biasa saja. "Sama siapa?"

"Azka."

Dimas kali ini tidak bisa menahan rasa kagetnya. Azka? Serius?!

"Kenapa Azka? Trus lo terima gitu dijodohin?"

"Ya mana gue tau."

Bianglala berhenti dan mereka keluar dari wahana tersebut, berjalan keluar dari taman bermain.

"Anterin gue pulang ya." Dimas mengangguk mengiyakan suruhan Dara.

Ah, Dimas kepikiran perihal perjodohan Dara. Kenapa dijodohkan? Kenapa Azka? Kenapa harus Dara? Kenapa rasanya kesal?

Mereka sudah sampai didepan rumah Dara. Sudah ada mobil terparkir di garasinya, Papa Dara sudah di rumah. Dara dengan enggan turun dari motor Dimas, melepas helm yang ia gunakan dan memberikannya ke Dimas. Dara sudah siap jika ia akan di omeli habis habisan setelah ini.

"Hati – hati lo!" Dara berbalik dam membuka gerbang rumahnya. Belum sempat Dara menutup gerbang, suara Dimas menginstruksinya.

"Dar," Terlihat Dimas menarik nafasnya. "Jangan terima perjodohannya ya!"

Dara mengernyit, "Kenapa?"

Dimas diam. Haruskah? Haruskah sekarang dia bilang?

"Soalnya gue gak rela," Dimas berdehem.

Dara |new version|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang