"Dar lo nyari buku apaan? Lama banget." tanya Dimas yang sudah mulai bosan menunggu Dara yang sangat lama melihat isi rak buku dihadapannya.
Ini adalah hari Minggu, hari libur dimana biasanya Dimas beristirahat seharian di kamarnya tanpa diganggu oleh siapapun. Namun semua kegiatan pribadinya terusik oleh Dara yang tiba – tiba saja masuk ke dalam kamar dan memaksanya untuk mengantar Dara pergi ke toko buku.
Saat ditanya alasan mengapa Dimas harus mengantarnya, Dara menjawab "Dim, ini tuh hari minggu dimana orang – orang itu bakal pergi berbanyak alias gak sendiri, nah biar gue gak ngenes banget ke toko buku sendiri lo harus temenin gue!" dengan nada penuh paksaan yang mau tak mau Dimas turuti.
"Gue nyari novel yang gue sembunyiin minggu lalu pas gue nganter Nadia kesini. Mana sih?" ucap Dara kesal.
Matanya sibuk menelusuri rak buku tersebut. Dimas melihat Dara yang sedang mencari 'harta karun' tersembunyinya itu hanya bisa geleng – geleng kepala.
Mata Dara berbinar ketika buku yang ia cari ada di rak paling atas.
"Akhirnya ketemu." Dara mendesah pelan ketika buku yang ia inginkan tak bisa ia ambil.
"Dimas tolongin gue dong!" ucap Dara pada Dimas yang hanya melihatnya sedari tadi.
"Makanya jangan pendek, tumbuh tuh keatas bukan kesamping!" ucap Dimas sambil mengambilkan novel tersebut.
"Gue gak pendek ya, cuma gak sampai aja ngambilnya." ucap Dara membela dirinya.
"Sama aja." Dimas berjalan mengikuti Dara menuju rak buku yang tak jauh dari rak sebelumnya.
"Lo mau cari buku apalagi sih? Dari tadi gak kelar kelar." tanya Dimas.
"Bentar Dim, gue nyari titipannya si Nadia."
Dimas menggerutu dan itu membuat Dara kesal. "Diem atau gue aniaya lo disini!" ancam Dara
"Iya iya." Dimas diam menuruti Dara. Ia menyandarkan badannya di rak dan mengamati Dara yang nampak serius membaca bagian sinopsis. Diam – diam Dimas mengambil ponselnya dan menfoto Dara.
"Udah nih." Dara mendongak dan mendapati Dimas yang masih menfoto dirinya. "Dimas lo ngapain? Coba lihat!"
"Nambah koleksi foto di galeri."
"Serah lo deh." Dara berjalan menuju kasir dan diikuti Dimas dibelakangnya.
Dara mengambil sebuah permen di meja kasir dan lekas membayar miliknya. Setelah memberikan uang dan mengucapka terimakasih Dara meninggalkan toko buku bersama Dimas.
"Nih buat lo." Dara memberikan permen yang tadi ia beli, permen rasa stroberi kesukaannya.
"Gue gak suka stroberi Dara, lo berapa lama sih temenan sama gue?" walau begitu Dimas tetap mengambil permen pemberian Dara. Permennya bisa ia simpan saja, kan.
"Ke MCD yuk." tanya Dara
"Gausah sok sok mau traktir gue, dikasi permen aja udah syukur gue." Dimas berkata jujur, dibelikan permen saja ia sudah senang.
"Siapa yang mau traktir lo, gue mau nuker kupon bazzar." Dara berjalan mendahului Dimas.
"Dasar pelit."
***
Sesampainya Dara di rumah, dia langsung disambut oleh teriakan yang tidak asing lagi buat dia.
"Daraaaaa.." Teriak Nadia
"Gak usah teriak - teriak juga kali! Ngappain kesini lo?" tanya Dara
"Mau main aja masa gak boleh sih. Sekalian titipan gue mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara |new version|✔
Teen FictionPernah dengar kata orang kalau persahabatan antar lawan jenis itu nyaris mustahil ada karena salah satu atau (kalau beruntung) bahkan keduanya saling menyimpan rasa? Sepertinya hal itu berlaku untuk persahabatan Dara dan Dimas. Dimas menyukai Dara...