Di tolak Jepang bukan akhir dari hidup Dara, masih banyak jalan lain untuk sukses. Dara kini tengah mempersiapkan diri untuk UN yang sudah ada di depan mata dan pendaftaran SNMPTN sudah dibuka.
Dara sudah menetapkan pilihannya. Satunya salah satu universitas terkemuka di Jakarta dan satunya di Bali dengan jurusan yang sama yaitu pendidikan dokter. Entah apa yang membuatnya yakin dengan pilihannya itu, agak beresiko tidak diterima. Tapi jaga jaga ia juga menyiapkan untuk tes SBMPTN. Intinya jangan berharap 100% pada SNMPTN.
Besok adalah hari pertama Ujian Nasional dan kini ia tengah malas malasan di kamarnya. Otaknya mumet belajar terus, ia ingin berhenti sejenak. Sedari pagi ia hanya makan cemilan, nonton, dan rebahan.
"Dar?" sebuah panggilan dari balik pintu kamar membuatnya menoleh dari film yang tengah ia tonton.
"Gak dikunci." ucap Dara. Ia malas membukakan pintu kepada orang tersebut.
Dimas masuk dengan tentengan ditangannya.
"Nih, martabak." ucap Dimas menyodorkan martabak di depan wajah Dara.
"Baiknya."
Dimas beralih menuju meja belajar Dara yang dipenuhi kertas kertas catatan milik Dara. Sedikit merapikan kertas tersebut, Dimas mengeluarkan buku dari tas ia bawa dan mulai membacanya.
Dara yang tengah asik memakan martabaknya bergerak perlahan ke arah Dimas, memperhatikannya yang kini tengah mencocokkan jawaban dari buku pembahasan soal UN milik Dimas dengan miliknya.
Dara segera menandaskan martabak ditangannya dan keluar kamar dengan cepat, mengambil kursi. Di kamar Dara hanya ada satu kursi yaitu kursi belajarnya yang kini diduduki Dimas.
"Geser!" ucap Dara kemudian menaruh kursi kecil yang ia dapat dari kamar orangtuanya dan duduk disebelah Dimas.
"Bikin sempit aja lo." ujar Dimas
"Meja punya gue, terserah gue dong." ucap Dara kemudian mengambil kotak martabak dikasurnya dan melahapnya lagi. Dilihatnya Dimas yang masih mencocokkan jawaban matematika mereka.
"Gue beli martabaknya gak cuma buat lo kali." ucap Dimas
"Iyaiya." Dara mengambil potongan martabak, "Buka mulut!"
Dimas menoleh dan membuka mulutnya, membiarkan Dara menyuapinya. Kemudian kembali sibuk dengan pembahasan soal. Dimas kalau sudah belajar matematika pasti serius banget. Dara mendekat dan kemudian menaruh dagunya di pundak Dimas.
"Jangan serius serius, lo jadi tambah ganteng." ucap Dara didekat telinganya.
Dimas menoleh, "Emang gue ganteng." ucapnya diiringi senyuman.
"Gue juga cantik." ucap Dara
Dimas mendekatkan wajahnya sehingga kini dahi mereka menempel. Jujur, jantung Dimas serasa mau meledak dekat dekat dengan Dara seperti ini. Dipandang dengan jarak dekat begini oleh Dimas membuat Dara tidak karuan. Dia deg degan parah.
"Cantik. Jadi pacar gue, yuk."
***
Hari ini adalah hari terakhir Ujian Nasional. Seluruh siswa siswi kelas XII berlarian keluar dari ruang ujian. Ada yang saling berpelukkan dan berteriak bahagia.
"Akhirnya selesai juga nih SMA." ucap Nadia yang sedang merangkul Dara di koridor.
"Yah bakal pisah deh." Dara membayangkan hari harinya nanti saat tidak ada Nadia disampingnya, sepi pasti.
Sebentar lagi mereka akan terpisah karena harus menggapai mimpi mereka masing masing. Dunia perkuliahan, mereka tidak bisa main main lagi.
"Dar, Nad." mereka berdua menoleh ke asal suara, Dimas. Dimas tidak sendiri, tak jauh darinya Azka berjalan menuju mereka juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dara |new version|✔
Teen FictionPernah dengar kata orang kalau persahabatan antar lawan jenis itu nyaris mustahil ada karena salah satu atau (kalau beruntung) bahkan keduanya saling menyimpan rasa? Sepertinya hal itu berlaku untuk persahabatan Dara dan Dimas. Dimas menyukai Dara...