Sebelas : Kecelakaan

578 21 0
                                    

Dimas berlari disepanjang koridor rumah sakit. Ia tak peduli dengan orang orang yang sedari tadi mengumpat karena ditabrak olehnya. Yang ada di pikirannya hanya Dara. Sejak pagi ia tak melihatnya di sekolah hingga Nadia tiba tiba menangis dan memberi taunya kalau Dara kecelakaan.

Ia berhenti didepan ruang gawat darurat dimana disana sudah ada kedua orangtua Dara. Mama Dara menangis dan Papa Dara sedang menenangkan istrinya. Dimas menatap ruangan didepannya dan tak lama Nadia datang sambil menangis.

"Tante," Nadia berhambur kepelukan Mama Dara. Mereka sama sama menangis.

"Ini masih jam sekolah, kalian kenapa kemari?" tanya Papa Dara.

Tak ada yang menjawab. Nadia masih menangis dipelukan Mamanya Dara sedangkan Dimas masih menatap ruangan gawat darurat didepannya dengan tatapan khawatir.

"Kenapa bisa?" tanya Dimas lirih.

"Dara ditabrak mobil." ucap Papa Dara. "Dara kuat, dia pasti bisa ngelalui ini." sambungnya.

Mereka berempat menunggu dengan cemas. Setelah menunggu cukup lama, seorang dokter dan perawat keluar dari ruangan tersebut. Papa Dara menghampiri Dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan Dara, Dok?"

"Luka di kepalanya tidak terlalu dalam jadi tidak ada yang perlu dicemaskan. Beberapa luka ditubuhnya juga akan segera sembuh. Tapi tulang kaki kiri anak bapak sedikit bergeser jadi kami memasang gips dikaki anak bapak." Ucap Dokter.

Setidaknya mereka sedikit lega dengan ucapan Dokter. "Parah banget kakinya, Dok?" tanya Nadia

"Tidak parah, hanya untuk berjalan anaknya harus menggunakan tongkat untuk sementara." Ucap Dokter.

"Untuk obatnya bisa bapak tebus dan bapak dapat melengkapi administrasi dahulu." ucap Perawat yang berada disebelah Dokter.

"Kalo gitu saya permisi dulu." Ucap Dokter lalu pergi.

"Papa urus administrasi dulu." ucap Papa Dara dan meninggalkan mereka bertiga.

Dara dipindahkan ke ruangan inap. Dimas dan Nadia berada didalam menemani Dara sedangkan kedua orangtuanya pulang untuk mengambil beberapa barang yang diperlukan. Keduanya saling menatap kearah Dara yang tertidur.

"Kenapa bisa lo gini sih, Dar?" Nadia mengusap tengkuknya, ia lumayan lelah seharian di rumah sakit.

Dimas melihat ke arah Nadia. Sedari pagi mereka berada di rumah sakit hingga kini matahari sudah perlahan turun. "Lo pulang dulu Nad, dari pagi lo disini."

"Lo juga dari pagi. Udah gak usah khawatirin gue." ucap Nadia

Pintu ruang inap terbuka. Sebuah kepala menyembul masuk.

"Ya ampun ini serius?!" Bimo masuk kedalam dan langsung menuju ke arah Dimas. "Gue kira prank astaga."

"Prank pala lo." ucap Nadia.

"Lo berdua pulang gih, biar gue yang jaga disini." ucap Bimo

"Gak mau." Dimas dan Nadia menjawab dengan kompak.

"Lo berdua dari pagi disini, belum makan juga kan? Ini perintah dari ortu Dara, cepetan pulang!"

Melihat keduanya yang tak kunjung bergerak, Bimo terpaksa harus mengusir mereka. "Pulang habis itu mandi, makan, nugas baru tidur. Sono pulang lo berdua."

Mau tak mau mereka pulang kerumah masing masing meninggalkan Bimo yang menjaga Dara di rumah sakit. Bimo melihat Dara yang masih belum bangun dari kasurnya, terbesit rasa sedih melihat temannya berbaring di rumah sakit.

Dara |new version|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang