Sepuluh : Curhat

579 23 0
                                    

"Jadi gitu, Bim."

Dara kini tengah berada di sekolah Bimo tepatnya di lapangan sekolahnya. Tadi saat Dara menelpon Bimo sedang berada disekolah, sedang latihan paskibra. Dara yang sangat butuh tempat pelampiasan tanpa pikir panjang pergi ke sekolah Bimo setelah Bimo menolak bertemu dengannya.

Bimo menahan malunya ketika Dara menghampirinya saat sedang latihan. Bagaimana tidak malu, Dara datang sambil berteriak memanggil namanya dengan nada menyel yang membuat teman temannya tertawa. Untungnya sekolah sudah sepi dan hanya ada anak paskibra dan satpam di sekolah.

"Gitu doang masalah lo?" ucap Bimo yang kini menemani Dara duduk dipinggir lapangan.

"Gitu doang? Ini tuh gak sepele Bim. Kepala gue mau pecah." Ucap Dara yang kini tengah memijat pelipisnya. Dia pusing sekali.

"Gini doang kalo lo selesaiin sendiri bisa."

"Sebenernya gue juga gak minta saran lo."

"Trus ngapain lo kesini? Malu maluin gue aja lo."

Dara menunduk, menenggelamkan wajah dilipatan tangannya. Dara mulai menangis.

"Woi lo ngapain nangis?" Bimo panik saat Dara mulai menangis. Beberapa temannya melirik ke arah mereka. Bimo berjalan menuju teman temannya, meminta izin pulang duluan.

"Bangun woi! Jangan nangis disini!" Bimo mengambil tasnya dan kemudian menarik tangan Dara, membawanya pergi dari sana.

"HAHAHAHA," tawa Dara meledak saat mereka sampai di parkiran, Dara mengerjai Bimo.

"Wah gila nih cewek." Bimo menarik rambut Dara mempuat empunya mengaduh sakit.

"Sakit." ucap Dara.

"Bodo!"

"Jangan ngambek nanti gue beliin coklat." Dara masih tertawa. "Bimo kalo ngambek muka lo makin mirip monyet nanti."

"Sialan lo, untung cewek."

"Bim, berantem yuk! Butuh pelampiasan." ucap Dara.

Bimo paham, Dara sedang butuh pelampiasan. "Yuk, di rumah gue ya."

"Rame gak rumah lo?"

"Sepi"

Mereka pergi dari sekolah Bimo dan menuju rumahnya. Dara akan disana sampai malam sepertinya. Bimo memang pelarian terbaik bagi Dara. Selain Dimas dan Nadia, Bimo salah satu orang yang sangat mengerti dia. Vina? Dia tidak tau apa Vina masih sahabatnya atau tidak.

***

"Kenapa nyuruh gue kesini?"

Vina berjalan menuju laki laki yang kini sedang duduk membelakanginya. Vina sedang berada di belakang laboratorium sekolahnya, laki laki dihadapannya kini yang memintanya kemari.

"Gue denger semua omongan lo sama Azka."

Vina tegang ditempatnya, masih belum menghampiri laki laki yang ada dihadapannya. Bagaimana dia bisa dengar? Apa saja yang didengarnya? Badan Vina mulai gemetar, ia tak ingin orang lain tau masalah sebenarnya diantara dirinya dan Azka.

Laki – laki tersebut berdiri dan berbalik menghadap Vina. Ditatapnya tubuh Vina dari atas kebawah yang mempuat Vina makin tegang di tempatnya. Pandangan laki – laki tersebut terhenti diperutnya.

"Dim, jangan macem macem." Vina memperingatkan laki – laki tersebut, Dimas.

Dimas tersenyum tipis. Dipandangnya Vina yang berdiri takut dihadapannya. Berjalan mendekat dan menepuk pundak Vina.

Dara |new version|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang