Tujuh Belas : Dunia Menuju Dewasa

580 24 0
                                    

"Ciee, yang bentar lagi jadi maba."

Ucapan Bimo membuat dua orang yang ada di kamar Dara menoleh. Ada Nadia dan tentunya si pemilik kamar. Bimo yang berada diambang pintu masuk dan langsung berbaring di kasur milik Dara. Dimas yang mengikuti dibelakangnya hanya geleng – geleng kepala dan duduk mengemper di lantai kamar.

"Ciee, yang masih bocil." ucap Nadia kepada Bimo yang kini menoleh ke arahnya.

Siang ini mereka berkumpul untuk terakhir kalinya sebelum berpisah karena beda universitas. Nadia yang ke Bandung, Dara yang ke Bali, dan Dimas yang sampai saat ini belum memberi tau mereka. Azka tidak bisa datang karena ada urusan keluarga, katanya, namun ia berhasil masuk universitas impiannya yang terletak di Surabaya.

"Jadi besok gue berangkat nih. Jangan kangen sama gue ya." ucap Nadia.

"Gak bakal kangen gue." ucap Bimo.

"Yakin?"

Nadia menggoda Azka yang kini menatapnya malas. Nadia terkikik melihat ekspresi Bimo kemudian melempar bantal yang ada didekatnya.

"Anjing kau." umpat Bimo. Kemudian merubah posisinya menjadi duduk dan mengamati Dimas yang sedari tadi menatap kearah Dara. "Trus lo kuliah dimana?" tanyanya ke Dimas.

"Jogja." jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya ke Dara.

Dara menoleh dan kini mereka saling tatap.

"Kapan berangkat ke Jogja?" tanya Nadia.

"Minggu depan."

"Samaan dong. Gue juga minggu depan." ucap Dara.

"Yah, gue bakal sendirian nih." ucap Bimo.

"Derita lo." Nadia tertawa kencang setelahnya membuat Bimo melempar bantal kearah Nadia namun berhasil dihindari Nadia. Dara menggeleng melihat tingkah keduanya.

Ia akan sangat rindu dengan momen seperti ini.

***

Besok Dara berangkat ke Bali begitu juga Dimas yang ke Jogja. Dimas menelponnya dan menyuruhnya menuju minimarket dekat rumahnya. Sepertinya ia akan sangat merindukan tempat itu saat di Bali nanti.

Dimas duduk di kursi depan minimarket sambil meminum susu kotak. Dara berjalan cepat menuju Dimas yang masih belum menyadari kehadirannya.

"Dimas," ucapnya kemudian berlalu masuk kedalam minimarket membeli minuman soda dan duduk disebelah Dimas. "Jadi kenapa manggil gue?"

"Besok berangkat jam berapa?" tanya Dimas.

"Pagi jam 7. Lo? Naik kereta jadinya?"

"Iya kereta. Jam 9 malem."

Hening kemudian. Keduanya sama sama menatap kedepan, kearah jalanan yang sepi. Dara melirik Dimas melalui ekor matanya, Dara akan merindukan sahabatnya ini. Sangat.

"Dar," Dara menoleh cepat kearah Dimas yang kini menatapnya. Dimas terlihat menghembuskan nafasnya kasar dan membuka mulutnya. Namun urung, ia kembali menutupnya.

"Kenapa? Mau ngomong apa?" Dara memposisikan badannya menghadap Dimas sepenuhnya.

Dimas mengangkat tangannya, mengelus kepala Dara dengan lembut. Dara sempat terkejut karenanya, namun tak menampik bahwa dia nyaman. Dara tersenyum lebar kemudian mengikuti apa yang dilakukan Dimas olehnya, mengelus kepala Dimas.

"Mau ngomong apa sih lo?" Dara menurunkan tangannya begitu juga Dimas.

"Soal yang sebelum UN."

Dara |new version|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang