Akhirnya,gue tiba kembali di Jakarta. Tepatnya di depan Stasiun Jakarta Kota. Gue lantas mengucapkan terima kasih kepada bapaknya karena telah ngizinin gue buat numpang sampai sini. Suasana di sini cukup ramai. Meski ini hari kamis,namun sudah banyak orang yang lalu-lalang masuk-keluar stasiun. Gue pun berhasrat buat teriak sekenceng-kencengnya. Ya,gue pengen bersyukur karena gue telah sampai sini kembali dengan selamat. Lakuin. Nggak. Lakuin. Nggak. Ah,gue lakuin aja.
"Pagi Jakarta!!!!!" teriak gue sembari memutar badan gue satu kali putaran. "Huh.. lega juga akhirnya." ucap gue sembari mengelus dada. Inikah yang namanya bersyukur? Dengan berteriak *pagi Jakarta* kah?
Tak lama kemudian,gue naik angkot untuk pulang. Gue seneng banget karena gue bisa sampai Jakarta lagi. Selama di angkot sih,gue sibuk sama imajinasi gue tentang keadaan selanjutnya. 10 menit berlalu,kini gue telah tiba kembali di rumah kesayangan gue. Buru-buru gue buka pintunya. Tetapi.. ada apa ini? Kuncinya? Kuncinya mana? Gue pun merogoh kantong gue dan hasilnya nihil. Gue obrak-abrik tas gue,masih nihil. Gue cari di ketiak gue,juga nihil. Gue cari juga di sekitar rumah,tetap nihil. Huh.. kunci gue mana? Percuma dong kalau sampai sini nggak bisa masuk..
"Oh mai got.. kunci gue mana? Zom.. lo tahu kunci gue nggak?? Zom.. kalau gue nggak ada kunci,mati gue." keluh gue dengan muka layaknya cacing kepanasan.
"Meong.."
"Duh.. kunci.. lo ilang kemana sih? Plis lah.. bantu gue kun.. kasihanin gue.."
Gue kembali mencoba mencari kunci gue. Gue buka setiap bagian tas gue,dan.. masih belum ada. Seketika,gue teringat kalau kuncinya gue jadiin kalung ke Plengki. Dan Plengki? Dia ilang...
"Astaga!! Plengki.. kuncinya ada di lo. Uh.. gini aja Zom. Lo tunggu di sini,sementara gue akan coba masuk lewat pintu belakang dan cari kunci cadangan. Lo tunggu ya.." pesen gue pada Zomi.
"Meong.." sahutnya pelan.
Dengan segera,gue berlari ke pintu belakang dan mencoba masuk lewat jendela. Siapa tahu,gue lupa ngunci jendelanya. Dan.. ya! Jendelanya gue kunci. Fiks,gue nggak bisa masuk. Gue mencoba mendobrak pintu belakang.. dan alhamdulillah,pintunya nggak bisa kebuka. Mati gue!
"Ya Tuhan.. gimana ini? Apa,gue pecahin kaca jendelanya aja ya?? Iya deh. Daripada gue nggak bisa masuk.." gumam gue sembari mencari batu di sekeliling gue.
*prang....!!!!* kaca jendelanya berhasil gue pecahin.
Buru-buru gue masukin badan gue lewat jendela. Dan sumpah,ini rasanya susah banget. Badan gue gede,sementara jendelanya hanya sempit. Tetapi gue nggak boleh nyerah. Gue harus bisa masuk rumah. Masalah perot,gepeng,memar,patah,jadi kurus seketika,badan nggak bentuk seperti semula,itu urusan belakangan.
"Huh.. akhirnya. Makasih Tuhan.." ucap gue lega karena tubuh gue berhasil masuk lewat jendela tadi.
Karena gue nggak mau lama-lama ninggalin Zomi,gue segera mencari kunci cadangan. Tetapi,gue lola. Banget. Gue lupa gue taruh dimana. Apes kan?
"Kuncad.. lo dimana?" gue panik sembari tetap mencari keberadaan kuncad,kunci cadangan.
Gue bingung harus cari kuncad kemana lagi. Gue sudah cari di lemari,nggak ada. Di kulkas,nggak ada. Di meja,nggak ada. Di tong sampah,nggak ada. Di bak mandi,nggak ada. Huh..
"Mana sih kuncad? Oh ya,gue kan belum ngecek kolong tempat tidur. Siapa tahu,kuncad ada di situ."
Dengan segera gue mendongakkan kepala gue ke bawah karena kebetulan posisi gue sedang duduk di atas kasur kamar gue. Dan betapa terkejutnya gue saat gue dapati sosok perempuan bergaun putih sedang tidur di kolong tempat tidur gue. Gue panik. Dengan segera,gue berlari ke ruang tamu. Gue bener-bener takut. Gue udah mikir yang nggak-nggak. Saat ini pula,gue teringat akan Rinai. Duh.. gue serasa pengen keluar. Tetapi ya kali' gue lewat jendela lagi. Akhirnya dengan sikap panik gue,gue berhasil nemuin si kuncad dan beranjak keluar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Jomblo Ngenes
HumorGue Arya, dan gue jomblo. Jomblo ngenes tepatnya. Jadi jomblo selama bertahun-tahun itu pahit. Sampai gue pengen muntah dibuatnya. Bebas sih bebas. Tetapi, kita nggak akan pernah bisa pamer gebetan ke manapun kita pergi. Sesek. Senep. Baper. Laper...