21. Hari Pertama di Kota Pelajar

72 12 4
                                    

   Hari rupanya sudah pagi. Matahari mulai menampakkan sinarnya di celah-celah dedaunan. Gue lalu membangunkan teman-teman gue. #singkat banget sih 😑.

"Bangun Yan.. bangun..." teriak gue tepat di depan telinga Ryan. Biar tahu rasa dia.

"Aryaa!!!!!!!!!" teriaknya balik seraya bangun dari tidurnya.

"Kalian berdua kenapa sih? Nggak ada habis-habisnya buat berantem. Di grup, berantem. Di sini, berantem. Apa kalian juga akan berantem di alam kubur???" nasehat Guruh sekaligus tanyanya.

"Iya!" jawab gue dan Ryan serempak.

"Tunggu Ar, Yan. Bicara masalah alam kubur nih.. di belakang kita..." Rizki menggantung ucapannya.

"Aryaa.. gue takut.." keluh Kelvin pada gue.

"Biarin. Biar lo dimakan sama pacarnya suster ngesot!!" jawab gue ngasal.

"Ihh.. lo mah.." dengus Kelvin.

"Sekalian biar lo dimakan sama neneknya kakek cangkul." tambah Ryan.

"Sama cucunya nenek gayung juga.." Rizki ikut-ikutan.

"Atau nih Vin.. yang paling menakutkan, lo bisa dimakan sama suaminya sundel bolong." Guruh juga ikut-ikutan.

"Kalian kenapa sih nakut-nakutin gue.. yowes lah. Ra urus! Aku arep lunga!!!" marah Kelvin yang jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, "Ya sudah lah. Bodoh amat. Aku mau pergi!!!"

"Ya elah galak banget sih.." goda Guruh. "Maaf deh.." lanjutnya.

"Ya udah deh.." timpal Kelvin.

"Dasar cowok pemaaf!" umpat gue pelan.

"Hah, apa??" tanya Kelvin.

"Nyamuk gosong." jawab gue ngasal.

"Mana ada nyamuk gosong??" tanya Kelvin nggak percaya.

"Terserah lo." tukas gue.

   Kita lantas melanjutkan perjalanan. Dan jika dipikir-pikir nih, kita bukannya berada di Yogyakarta kota, tetapi justru di pelosoknya. Tetapi beruntung sih, kalau di kota kita dikira anak jalanan. Lagipula, kita juga tidak bisa mengekspresikan diri kita. Soalnya kan, di kota itu ramai.

"Gengs.. kita ada di desa mana sih?" tanya Ryan.

"Kalau gue tahu pasti sudah gue jawab." jawab gue acuh tak acuh.

"Anjaii.." umpat Ryan. Yes.. gue berhasil ngebuat Ryan mengumpat 😈.

"Hais sstttt... ini desa orang, nggak baik berkata kotor di sini. Jaga imej dong.." nasehat Guruh.

"Image kali Ruh.." koreksi Rizki.

"Iya intinya itu lah.."

"Kita mau tinggal di mana?? Kita mau kemana??" tanya Kelvin.

"Kalau gue tahu pasti sudah gue jawab." jawab gue mengulangi kalimat yang sama dengan yang tadi.

"Anjaii..." kali ini, Kelvin yang mengumpat. Yuhu... 😈😈💀

"Kelvin!!" bentak Guruh.

"Mangap.." ucap Kelvin pelan seraya menunduk.

"Gaes.. lihat deh itu.." pinta Ryan seraya menunjuk ke suatu rumah.

"Ada apa? Rumahnya kelihatan kosong gitu? Nggak ah, nggak mau." tolak Kelvin.

"Hih. Ya terus gimana dong??" tanya Ryan. "Ponsel gue mati. Lo semua nggak kasihan sama gue apa? Oke, kalau nggak kasihan sama gue, ya tolong lah.. kasihan sama hubungan gue.." lanjutnya.

Balada Jomblo NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang