08. Floating Market

116 27 0
                                    

Banjir telah surut. Hari ini,tepatnya hari Selasa,gue mandi lebih pagi. Gue pengen berangkat pagi supaya sampai Jakartanya nggak kemaleman. Tak lupa,gue sarapan di rumah Pak Sudiro terlebih dahulu. Lauk pagi ini,cukup ngebuat gue suatu saat nanti teringat akan kenangan yang gue alamin di sini.

"Nak Arya. Nanti kamu biar dianter nak Roy ke terminal ya?" pinta Ibu Ningsih.

"Nggak usah bu. Nggak usah repot-repot. Saya bisa sendiri." gue mengelak.

"Ayo nak.. nggak papa. Atau bapak saja yang mengantar kamu ke terminal?" tambah Pak Sudiro.

"Iya deh." jawab gue singkat sembari tersenyum kecil.

Setelah sarapan gue selesai,gue pun langsung berpamitan dengan keluarga Pak Sudiro. Semoga saja,gue nggak balik lagi ke sini. Pertama,gue pamitan sama Pak Sudiro dan Ibu Ningsih. Gue ngucapin terima kasih kepada mereka karena telah ngerawat gue seperti halnya anak sendiri. Gue juga minta maaf karena telah ngrepotin mereka. Uh.. gue jadi pengen nangis. Kedua,gue pamitan sama adiknya Roy,Nabila dan Rizki. Gue juga kasih kenang-kenangan ke Rizki yaitu earphone kesayangan gue. Biarlah Rizki yang makai. Toh nanti,gue bisa beli lagi. Dan Nabila? Gue kasih dia sisa pewangi ketiak gue,lagipula gue pakainya yang woman. Lumayan kan.. daripada gue buang. Selang beberapa waktu setelah moment berpamitan ini selesai,gue dan Roy bergegas pergi ke Terminal Giwangan.

***

(Di terminal Umbulharjo)

"Roy.. makasih ya udah nganter gue. Makasih lo udah jadi kakak gue. Makasih banget. Oh ya,gue minta nomor telefon lo dong. Biar kita bisa hubungan.."

"Nih.." ucapnya sembari menyodorkan hp-nya ke gue.

"Makasih.." jawab gue 30 detik kemudian seraya mengembalikan hp-nya Roy karena gue telah mencatat nomornya.

"Iya. Oh ya Ar. Nanti,kamu mampir ke pantai lagi nggak? Sudahlah.. anggap saja,Aisha adalah kenangan kamu sewaktu kamu berada di sini.. Oke?" goda Roy.

"Hehe.. nggak lah Roy. Ya udah. Gue pergi ke busnya dulu ya?" pinta gue.

"Iya.. hati-hati,.." timpal Roy.

"Iya.." jawab gue untuk yang terakhir kalinya sebelum gue melangkahkan kaki gue menuju bus.

***

(Di dalam bus)

"Huh.. akhirnya.. masih banyak yang kosong. Gue duduk sini aja ah." ucap gue pelan seraya duduk di kursi paling depan,bukan kursi supir juga.

Setelah sekitar 1 jam gue nunggu,akhirnya bus berangkat juga. Uh senangnya gue karena kebagian duduk depan sendiri. Gue bisa lihat jalan depan deh. Nggak perlu lihat samping. Andai aja Plengki ada sama gue. Gara-gara insiden itu,Plengki jadi hilang. Awas aja,gue nggak rela kalau sampai kucing gue diadopsi jadi kucing kesayangan Nyi Roro Kidul.

Sumpah. Baru kali ini gue ngerasain hawa hangat-hangat dingin gimana gitu di dalam bus. Cuaca di luar hujan,sementara suasana di dalam hangat akibat banyaknya penumpang. Dengan segera,gue ambil selimut di kursi busnya dan gue pakai deh. Beruntung juga,kursi samping gue nggak ada yang dudukin. Jadi,tas yang semula gue tempatin di kursi gue pindah ke bawah,dan tubuh gue,gue taruh semua di atas kursi. Mulai dari ujung rambut gue sampai ujung kuku kaki gue. Gue pakai selimut dan gue mainan hp. Uh.. apple pen. Upss.. maksud gue,uh.. hangatnya.

"Hm.. gimana kalau gue mampir ke Floating Market dulu. Tapi nanti,gue nginep di rumah siapa? Ya kali' gue jadi gelandangan semalem. Tapi nggak papa juga sih. Oke,fiks! Gue akan ke sana dulu." batin gue.

***

Delapan jam telah berlalu. Kini,gue sudah sampai daerah Bandung. Berhubung ini sudah jam 16.00 WIB,jadinya gue numpang mandi dulu di pom bensin terdekat dan gue juga makan dulu. Setelah semua selesai,gue nurutin rencana konyol gue. Tetapi sebelum itu,gue jalan-jalan terlebih dahulu sembari menunggu malam tiba. Setelah malam bener-bener tiba,gue bergegas pergi ke emperan toko untuk numpang tidur semalam. Dan betapa terkejutnya gue saat gue lihat sudah banyak yang menggelar kardus ataupun tikar di sini. Karena kita satu sama lain nggak saling kenal,jadi gue gabung aja.

Balada Jomblo NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang