22. Pantai Tak Bernama

90 10 1
                                    

Itu foto sunset yang berhasil dijepret sama Guruh.

●●●●●●●●●●

    Tidak terasa, sudah 3 hari gue dan kawan-kawan ada di Kota Pelajar ini. Dan hari ini, gue dan kawan-kawan mengunjungi suatu pantai tak bernama. Di sini, kita mengekspresikan diri kita masing-masing. Guruh dengan ke-alay-annya, Kelvin dengan ketakutannya, Ryan dengan tasbihnya, dan Rizki dengan pesona tampannya. Sementara gue? Gue cukup dengan kelumutan gue 💩.

"Subhanallah..." tasbih Ryan.

"Keren banget sih!! Selfie yuk Yan.. Ayo Riz.. lo kan yang paling tampan diantara kita semua. Ayo Ar, lo juga ikutan." ajak Guruh alay.

"Sstt.. diem dulu deh Ruh. Kayaknya nih.. gue pernah ke sini. Waktu gue sama Plengki nyariin Aisha. Iya, bener. Gue pernah ke sini." jelas gue seraya mengamati sekeliling.

   Yaps. Gue pernah ke sini. Dan perlahan, gue termangu. Gue bernostalgia tentang dahulu Aisha jalan sama cowok selain gue, yaitu Arif. Dan di sini juga, Plengki hilang untuk yang pertama kalinya. Sebelum akhirnya dia dikembalikan oleh Aisha. Lamunan gue dibuyarkan oleh Kelvin, si penakut. Dasar Kelvin!

"Arya!" panggil Kelvin menepuk pundak gue keras.

"Gue lumutan!" sahut gue refleks.

"Ahahahahaaaa..." Kelvin tertawa.

"Kelvin! Lo jahat ah. Ngagetin gue yang lagi ngelamun."

"Ar, ikutan enggak? Tuh, mereka foto-foto. Kamu kan biasanya yang paling narsis sendiri kan. Gih, sana!" suruh Kelvin nggak sopan. Beneran, nggak sopan.

"Apaan sih lo Vin. Lo sendiri, nggak ikutan foto gitu??" tanya gue.

"Enggak. Gue takut sama ombak gede gini. Oh ya Ar, btw,, lo punya makanan?"

"Yee dasar.. Ambil aja di tas gue. Asal jangan semua. Gue mau gabung dulu sama mereka." sahut gue seraya pergi ke arah temen-temen gue. #gue juga pengen narsis.

"Thanks Arya yang ganteng.." pungkas Kelvin.

***

"Arya.. sini-sini. Jangan ngelamunin Aida terus. Ayo foto bareng." ajak Guruh alay.

"Aida? Aisha kelesss.." koreksi gue.

"Bodoh amat lah. Ayo, sini.." ajak Guruh sekali lagi.

   Oke. Gue ikutan foto sama mereka. Hari berubah menjadi senja. Gue lalu mengajak mereka untuk pergi dari sini. Namun, Guruh menolak. Dia ingin mengambil foto sunset terlebih dahulu.

"Gini aja Ar. Misal nanti kita kemaleman, kita nginep di pantai ini aja dulu. Gue bawa tenda kok. Ya.. meskipun hanya satu." jelas Rizki.

"Iya Ar. Gue setuju. Lagipula nih, di sini sinyalnya justru penuh. Dan, gue suka itu!" tambah Ryan.

"Ya udah deh. Nurut gue.." jawab gue pasrah.

"Yakin mau nginep di sini??" tanya Kelvin dengan raut muka ketakutan.

"Yakin dong Vin.. Santai aja. Nggak bakalan ada suaminya Nyi Roro Kidul kok.." jawab Guruh seenaknya. "Gue mau bidik sunset dulu nih. Baru setelah itu, kita buat tenda bareng-bareng." lanjutnya.

"Yang ada justru Nyi Roro Kidulnya sendiri Ruh.." jawab Kelvin.

"Sssttt... jangan gitu Vin, Ruh. Kita nggak boleh bicara seenaknya di sini." nasihat gue. Auwahh 😘

   Tanpa sadar, hari sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Gue heran ya, di sini masih terang benderang. Padahal, sudah malam. Bodoh amat lah. Tenda juga telah selesai. Kita pun memasuki tenda. Gue sengaja nggak mengeluarkan semua barang gue dari tas. Karena gue takut jika sewaktu-waktu ada bahaya, terus nggak bisa lari hanya karena isi tas gue keluar semua. Gue juga memperingatkan mereka.

Balada Jomblo NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang