10. Senja Di Kota Tua

103 21 1
                                    

Kali ini gue memutuskan untuk pergi ke Kota Tua. Senja ini,gue sama Zomi bakal ke sana untuk menenangkan pikiran gue. Mulanya,gue pengen mengajak Leo untuk ikut serta. Namun gue inget,dia phobia sama Zomi gue.

"Zom. Lo temenin gue ke Kotu ya..?" pinta gue.

"Meong..."

Setelah semua persiapan beres,gue menyertater motor gue dan langsung tancap gas menuju Kota Tua. 20 menit berlalu,akhirnya gue tiba di Kota Tua. Hari masih sore,jadi gue pengen berkeliling melihat orang pacaran. Haha.. gue pengen,gue baper aja. Setibanya di pelataran Museum Fatahillah,Zomi,kucing gue ketakutan karena ngelihat mbak kun dan kawan-kawan di sini. Dia terus saja memberontak dari gendongan gue.

"Zomi? Takut sama mbak kun? Hahaha..." tawa gue dalam hati sembari terus menahan Zomi yang memberontak.

Karena gue kasihan sama Zomi,gue memutuskan untuk pulang. Namun samar-samar,gue lihat Aisha di sini. Akhirnya,dengan jurus mengendap-endap ala Plengki gue dulu,gue bisa berada di belakang Aisha. Gue lihat dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Gue bingung. Deketin. Nggak. Deketin. Nggak.

"Gue deketin Aisha nggak ya Zom? Gue penasaran,dia kenapa? Gue takut kalau dia lagi ada masalah gitu.. Gimana Zom?" tanya gue sembari berbisik pada Zomi.

"Meong..." sahut Zomi keras hingga membuat Aisha menoleh ke belakang.

"Arya?" panggilnya keheranan.

"Ada apa?" tanya gue cuek.

"Ar. Aku minta maaf ya. Aku sadar,apa yang aku lakuin ke kamu itu salah. Maaf karena aku udah banyak bikin kamu sakit hati. Dan masalah Kak Arif,dia itu..." dia belum selesai berbicara,gue memotongnya.

"Stop Sha. Saya heran ya sama kamu. Giliran saya minta maaf aja,kamu cuek. Tetapi giliran kamu minta maaf,kamu sok baik lagi. Ada apa sih? Kamu mau apa? Kamu ngeharepin apa dari aku?" potong gue.

"Hati." jawabnya singkat,padat,jelas.

"Hah? Saya nggak ngerti ya apa maksud kamu. Sudahlah,saya mau pulang. Ayo Zom." sahut gue seraya pergi meninggalkan Aisha.

"Arya. Aku suka kamu." ucap Aisha pelan setelah gue pergi.

Gue segera berjalan ke motor gue untuk pulang. Gue sendiri juga bingung kenapa gue nggak bisa baikan sama Aisha? Ah,bodo amat. Dia nggak boleh ada dalam hidup gue lagi. Nggak boleh.

Saat gue tengah mencoba menyertater motor gue,namun.. dianya ngambek. Berkali-kali gue coba,dia tetep ngambek. Huh.. punya motor seperti ini nggak ada gunanya. Dikit-dikit ngambek.

"Ayo lah tor.. lo jangan ngambek nggak jelas gini dong.." pinta gue pada si motor sembari terus mencoba menyetarter.

"Meong.."

Karena motor gue masih ngambek,jadi terpaksa gue tuntun. Habis mau gimana lagi? Mau bawa ke bengkel,gue nggak bawa uang banyak. Mau gue otak-atik sendiri,takutnya malah tambah rusak.

Akhirnya,setelah setengah jam gue menuntun motor gue,gue tiba kembali di rumah. Sumpah,nggak masuk akal banget gue barusan. Gue rela nuntun motor dari sana ke sini. Ah,lupakanlah. Gue nggak mau nginget-inget kejadian konyol barusan.

***

Gue segera merebahkan diri gue di kasur sesaat setelah gue membersihkan diri. Gue pikir-pikir lagi perkataan Aisha di Kota Tua. Gue bingung. Kenapa sih gue nggak bisa maafin Aisha? Kenapa waktu gue di depan Aisha,gue cuek? Ada apa ini?? Saat gue mencoba meminta maaf,dianya acuh tak acuh. Eh.. giliran dia yang mau minta maaf,guenya yang acuh tak acuh. Sampai kapan coba kita seperti ini terus? Gue bosen.

Balada Jomblo NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang