Prologue

588 25 8
                                    


7 years - Lukas graham

•••

"Nih buat lo," ucap seorang lelaki seraya menyodorkan secangkir coklat panas kepada seorang perempuan. Yang dikasih hanya tersenyum simpul Dan kembali mengedarkan pandangan ke pepohonan yang basah akibat diguyur hujan sejak sore.

Pemandangan Dari atas balkon ini lumayan menyejukan mata. Tak ada kemacetan. Tak ada polusi, debu hanya ada udara sejuk yang menusuk kulit.

"Ciee yang mau jadi anak baru 19 jam lagi," ucap cowok tadi memecah keheningan sambil melihat arloji yang ada di pergelangan tangannya.

"Lo juga! Bintang," jawab sang perempuan. "Sekarang jam berapa emang?" Lanjutnya.

"Delapan," jawab lelaki yang dipanggil bintang

"Hmm 19 jam lagi yaa."

"Iyaa Mentari."

"Jangan kecentilan lo di sekolah baru nanti, malu-maluin gue tau ga," Ucap Mentari dengan nada mengancam. "Ya tergantung." kening Mentari berkerut alisnya sailing bertautan. "Apa?"

"Kalo cewenya cantik pasti gue deketin lah, mubazir nanti Tar," jawab Bintang sambil menyeringai lebar.

"Sialan," gerutu mentari kesal.

"Gue pulang ya, jam 6 lo harus udah rapi" pamit Bintang sambil mengusap puncak kepala Mentari.

Lalu Bintang menghilang dibalik pagar tralis. Dia melewati dengan cara melompat Dan langsung menghubungkan dengan kamar tidurnya. Rumah mereka bersebelahan. Balkon kamar mereka berdekatan. Jadi setiap malam mereka akan duduk di balkon kamar Mentari entah untuk sekedar ngobrol atau melamum berjamaah.

•••


Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang