untuk Bintang 12

108 10 11
                                    


That's what I like - Bruno Mars

•••

Sekarang hari sabtu dan semua murid tidak ada kbm, hanya ada ekstrakulikuler. Mentari dan Tania sedang makan di kantin dengan enaknya. Tiba-tiba...

Brak!

Seseorang menggebrak meja yang sedang di tempati oleh Tania dan Mentari. "Maksud lo apaan?" Bentak Tania. "Kalian punya otak ga?" Ucap Anin-ketua Kelas XI-3. Anin itu terkenal dengan gaya sok intelektualnya, selalu cari perhatian para guru, dan selalu ingin dianggap baik.

"Menurut lo?" Tanya Tania sarkas. "Kalian kemana aja Dari tadi?" Ucap Anin bertanya balik. "Di sini lah, punya mata kan?" Kata Tania. Tania memang selalu sensi dengan apa-apa yang berhubungan dengan Anin. "Kalian harusnya ada di Kelas, bersih-bersih! Bukannya enak-enak disini! Mana tanggung jawab kalian?!" Ucap Anin dengan nada yang meninggi. "Lah seharusnya lo bilang lah! Kita kan gak tau," ucap Mentari.  "Ya inisiatif lah, udah jangan kebanyakan omong, ikut gue ke Kelas!" Ucap nya lalu ngeloyor pergi. "Stress!" Gumam Tania.

Setibanya dikelas, tak ada orang lain disana hanya ada mereka bertiga.

Anin melempar sapu dan pel kearah Mentari dan Tania. "Bersih-bersih tuh! Kelas Kotor banget, nanti kalo ada guru masuk, kelasnya Kotor gue yang disalahin." Bentaknya. "Gue disini mau sekolah bukan magang jadi OB," ucap Mentari datar.

"Anak baru ngelunjak ya," katanya lalu sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman licik.

"Eh lagian yang lain pada gak disuruh, Kerena kita berdua doang yang disuruh? Yang piket hari ini aja malah keluyuran, lo gak omelin tuh?!" Tanya Tania. "Udah jangan banyak bacot lu bangsat!" Emosi Anin memuncak.

"Astagfirullah!" Mentari berdecak seraya menggelengkan kepalanya. "Ternyata siswi yang selama ini dibangga-bangga kan, yang jadi panutan buat adek kelas, yang selalu baik dimata guru, yang selalu dapat pujian Dari guru. Kata-katanya ga bisa dikontrol ya tan?" Ucap Mentari kepada Tania.

"Anjing lo!!" Ucap Anin sedangkan tangannya sudah siap melayang kearah pipi kanan milik Mentari. Dan.. Plak!!

"Aww." Ringis Mentari. "Itu balasannya kalo lo berani lawan gue," ucap Anin sombong.

"ANIN!!" bentak seseorang. Anin sontak menoleh kearah suara. "Ckckck, kamu ini apa-apaan sih? Mau jadi jagoan? Ibu gak sanggka kamu kayak gini," kata Bu Maryam sambil berdecak.

"Mereka Bu yang gak bisa dibilangin! Hari ini jadwal piket mereka!" Kata Anin berdalih.

"Eh apa-apaan lo!" Ucap Tania tak terima. "Sudah-sudah! Sebagai hukumannya Anin kamu yang bersihkan Kelas ini! Ibu kecewa sama kamu, Tania kamu bawa Mentari ke UKS ya," ucap Bu Maryam.

Tania bergegas membawa Mentari ke UKS. "Jangan pernah ulangi lagi Anin!" Bu Maryam memberi peringatan sebelum pergi meninggalkan Kelas.

"Aaaaaa Mentari, awas lo yaaa!!!" Teriak Anin frustrasi, kaki nya mendekati bangku didekatnya dan langsung menendangnya sekuat tenaga untuk melampiaskan kemarahannya. Bagaimana ia tak kesal? Reputasi Yang sudah ia bangun dengan susah payah rusak begitu saja..?

Saat ia berteriak matanya sirna karena terlalu sipit - macam hidung milik Voldemort. Sebetulnya ia siswi yang bisa dibilang cantik. Tapi, yah..tak secantik kelakuannya.

.

"Lo ga apa-apa kan Tar?" Tanya Tania khawatir. "Engga gak apa-apa," hening sejenak. "Ya lo punya mata kan? Pipi gue merah ni!" Ucap Mentari seraya menunjuk pipinya yang memerah, bukan! Bukan karena ia malu karena digombali oleh Bintang, tapi karena tamparan keras yang dilemparkan Anin kepadanya tadi.

Tania terkekeh.

Mentari membaringkan tubuhnya di atas matras. Sedangkan Tania mengambil kotak P3K.

Tania mengambil kapas dan alkohol yang dituangkan diatasnya untuk membersihkan luka Mentari. "Aww, pelan dikit gila! Perih nih," Mentari mendumel sendiri. "Iya iya sorry,"

"Udah kan?" Tanya Tania. "Hmm, thanks ya Tan,"

"Santai aje."

"Tan,"

"Iya?"

"Tan!"

"Paan?"

Mentari terkekeh. "Kok gue kayak manggil setan ya, tan tan, hahah,"

Bibir Tania mengerucut. "Sialan!"

"Hahaha,"

.

"Tar," panggil Bintang saat Mentari berjalan melewati gerbang. "Hmm?"

"Gue ga bareng lo ya," ucap Bintang. "Yaap, mau anter Icha kan?" Tanya Mentari.

Memang sudah dua minggu terakhir ini Bintang selalu mengantar Icha pulang, kadang Bintang juga menjemputnya saat berangkat sekolah sebagai bagian Dari aksi PDKT nya. "Iya," jawab Bintang. "Lo pulang sama Tania kan?" Tanya Bintang.

"Eh kan rumah gue ga sear-- aww." Mentari menginjak kaki Tania yang menyela perkataan Bintang. "Iya gue bareng Tania kok Tang," sergah Mentari. "Oke, gue duluan ya."

"Yep,"

Bintang berlalu. "Sabar ya Tar," ucap Tania tiba-tiba. "Hah?" Mentari terperangah. Sabar buat apa?

"Sabar, lo ada rasa kan sama Bintang? Eh Bintang nya malah ngejar cewek lain," kata Tania. "Gue gak ada rasa sama dia bego!" Mentari berusaha menutupinya.

"Halahh jujur ama gue! Lo kan sahabat gue, santai aja kali,"

"Hah sejak kan lo jadi sahabat gue?" Ucap Mentari seraya menatap Tania dengan tatapan minta ditabok. "Kampret, udah intinya gue tau kalo lo suka sama Bintang,"

"Ketara banget ya emang?" Tanya Mentari. "Ya iya, lah. Dari cara lo tatap Bintang aja udah keliatan, belum lagi pas gue main kerumah lo, kamar lo tuh, ya ampun. Di langit-langit kamar lo ada Bintang. Di dinding ada Bintang. Sprei lo gambar Bintang. Pokonya banyak Bintang. Jadi ketara lah lo suka!" Cerocos Tania. "Ya," jawab Mentari singgat.

"Sialan gue ngomong panjang lebar lo cuma jawab ya,"

Saat sampa di halte depan sekolah, Tania sungguh beruntung karena angkutan kota yang ia tunggu datang dengan cepat, sedangkan Mentari tidak tahu ingin pulang dengan siapa, naik apa, sungguh menyedihkan.

"Gue duluan ya, lo ga apa-apa kan sendiri?" Tanya Tania sebelum naik ke dalam Angkot. "Iya,"

Aduh gue pulang sama siapa nih? Batin Mentari.

To be continue...

•••



Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang