untuk Bintang 11

125 10 1
                                    


Talking to the moon - Bruno Mars

•••

Pagi ini cuaca agak mendung. Langit yang berwarna kehitaman. Angin juga bertiup lebih kencang.

Bintang mengetuk pintu rumah Mentari, tak lama Mentari keluar.

"Loh tumben lo bawa Mobil?" Tanya Mentari heran, karena bintang jarang sekali membawa Mobil ke sekolah. "Emm Tar sorry banget ya," kata bintang ragu. "Kenapa?" Alis Mentari bertaut. "Hari ini, gue gak bisa berangkat bareng lo, gue udah janji jemput Icha." ucap Bintang.

Sontak Mentari terlihat kecewa. "Eh iya gak pa-pa," ucap nya. "Gak papa kan? Hari ini aja kok kayaknya," kata Bintang seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya, lain Kali juga ga pa-pa,"

Mentari munafik! Jelas-jelas hatinya berkata kalau kecewa jika Bintang akan berangkat sekolah sama Icha. Tapi mulutnya bilang sebaliknya. Bodoh!

"Serius?" Tanya Bintang dengan mata berbinar. "Hmm,"

"Ya udah sana nanti lo telat," kata Mentari. "Ay ay captain,"

Sejurus kemudian Bintang sudah berada di dalam mobil nya. Lalu hilang di balik gerbang.

.

"Kok lo jahat banget si ka?" Ucap Mentari saat ia meminta windy untuk memgantarnya ke sekolah.

"Gue ada kuliah pagi Mentari," kata Windy setelah melahap habis roti yang ada di genggamannya.

"Papa udah berangkat lagi, gue naik angkot gitu?" Tanya Mentari dengan dramatis. "Naik mobil aja tuh, gue naik motor, kunci nya di nakas kamar Mama," kata windy.

"Eh anjir kan lo tau gue trauma bawa Mobil gara-gara nyusruk ke pohon," ucap Mentari sambil mengetuk-ngetukkan sendok ke piring dihadapannya. "Ya udah gue naik Mobil, elo naik motor,"

"Gue ngeri, kan ujan. Licin om! Yang ada gue gak sampe ke sekolah tapi mampir dulu ke rumah sakit," ucap Mentari menggebu-gebu. "Ya kalo gitu serah lo deh, mau naek apa kek! Gak peduli gue! Lagian Bintang kemana sih?" Ucap windy sambil menganggkat sebelah alisnya.

"Jemput gebetannya," setelah Mentari mengatakan itu sontak tawa Windy pecah. "Makanya jangan ngejones mulu,"

"Ck gue mau fokus sekolah dulu,"

"Halahh alasan klise," ucap Windy lalu berjalan menuju garasi.

"Gue pokonya bareng lo." Ucap Mentari kekeuh. "Tempat kuliah gue sama sekolah lo ga searah kutil!"

"Terus gue naik apa?" Tanya Mentari sambil mengacak rambutnya frustrasi. "Angkot."

.

Oke dan setelah percakapan panjang dengan kakak nya tadi Mentari akhirnya ada disini, Halte depan kompleknya.

Sudah hampir masuk dan angkot yang diharapkan belum juga muncul. "Sial! Mane sih angkot lama bener. Mau dikasih makan apa keluarganya kalo suami kerja nya males-malesan gini! Udah jam segini tapi Angkot satu juga belom ada," decak Mentari kesal.

Untuk kesekian Kali nya Mentari melihat ke arloji kecil yang melingkar di tangan kirinya. "Ayo dong! Lima menit lagi ni,"

Tin! Tin!

Suara klakson menyeruak ke telinga Mentari. "Berisik," gumamnya.

Sang pengendara membuka helm nya.

"Ka Dylan," ucap Mentari tak percaya.

Mentari tak mengenali kalau itu motor milik Dylan pasalnya berbeda dengan yang ia kendarai tempo hari.

"Kok masih disini?" Tanya Dylan heran. "Naik." Katanya sebelum Mentari menjawab pertanyaan Dylan sebelumnya.

Mentari masih bergeming ditempatnya. "Naik! lo mau telat?" Perintah Dylan. Mentari berjalan mendekati Dylan lalu sejurus kemudian ia sudah ada di belakang Dylan.

.

"Yah Tar udah telat!" Pekik Dylan saat melihat pagar sekolah sudah ditutup. Mentari segera melihat arloji nya dan ya benar! Sudah telat 12 menit. "Gimana dong?" Tanya Mentari bingung. Seketika Dylan tersenyum lalu menjentikan jarinya ke udara. "Bolos aja," ucap Dylan. "Hah?"

"Bolos sekali aja ga pa-pa kali," ucap Dylan sambil menaik-turunkan alisnya. Mentari terlihat ragu.

"Mentari, daripada kita paksain masuk terus malah disuruh upacara dulu gimana? Atau bersihin toilet? Gue udah pengalaman banget di SMA yang lama gue. Udah langganan gue kayak gitu. Lo mau coba? Kayaknya toilet kita ga lebih baik Dari kandang ayam deh," ucap Dylan sambil menyeringai.

Mentari tampak berpikir sejenak "Hmm iya deh,"

"Mau kemana kalian?" Teriak seseorang saat Dylan menstater motornya dan hendak pergi.

Dylan menepuk keningnya. "Mampus!"

"Itu siapa ka?" Tanya Mentari gugup. "Coba aja lo nengok," Mentari memutar kepalanya dan mendapati pak Joko hendak membuka gerbang.

"Pak Joko," desis Mentari ngeri. "Yah mati dah," kata Dylan.

"Mau kemana kau? Dylan!" Ucap nya ganas. "Eh Mentari? Kau anak baru kan? Kenapa kau bergaul dengan anak ini?" Tanya pak Joko sambil menunjuk Dylan. Mentari tak menjawab.

"Tadi nya saya mau bolos pak," ucap Dylan polos. "Cepat masuk! Jangan kabur!" Perintah pak Joko. Dan mau tak mau Dylan dan Mentari menurutinya.

.

"Kalian berdua bersihkan toilet!" Ucap pak Joko. "Yah pak gak ada hukuman lain yang lebih bagus?" Tanya Dylan. "Udah telat, kepergok mau bolos, masih aja nawar!" Titah nya. "Ayolah pak!" Ucap Dylan.

"Baik! Berdiri ditengah lapangan, hormat pada bendera sampai istirahat!"

"Sip." Dylan berjalan menuju lapangan namun Mentari masih saja diam. Dylan menoleh. "Ayo tar,"

"Saya awasi! Kalau kalian kabur, hukumannya akan lebih berat dari yang kau bayangkan," ucap pak Joko sebelum pergi. Mentari mengangguk patuh.

To be continue...

Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang