untuk Bintang 2

224 19 2
                                    

"Ayo tar pulang," rengek Bintang layaknya anak kecil yang minta dibelikan balon. "Sabar elah gue rapihin barang-barang gue dulu."
Bintang menghela nafas panjang.

"Mau ngapain si tang. Buru-buru banget?" tanya Mentari saat hendak berjalan keluar kelas. "Ya engga apa apa sih," jawab Bintang sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Aneh lo, kok lo makin gak waras si tang?"

"Hahaha gue tuh gila gara-gara cinta sama lo," ucap Bintang dengan ringannya.

Seketika Mentari menghentikan langkahnya. "Apa lo bilang?"

"Gue cinta sama lo Tar," ucap Bintang seraya mengusap puncak kepala Mentari. Bintang memang tidak peka! Tindakannya barusan berefek besar pada kinerja organ tubuh Mentari.

"Udah yuk ah lama lo," alibi Mentari, dia jadi salting gara-gara tingkah Bintang.

•••

Bintang merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Ia membuka bajunya karena kepanasan. Dan hanya menyisakan kaus tipis berwarna putih.

Tok tok tok...

"Gak dikunci," pekik Bintang.

"Anjerr abis ngapain lo tang, cuma pake kaus oblong doang? Hmm jangan-jangan..." Celetuk Dion. Dia ini kakak nya Bintang, sedang kuliah semester 5. Orangnya jail setengah mati.

"Bersihin otak lo biar gak ngeres," ucap Bintang datar. "Hahaha gitu doang baper. Eh lo tadi liat Windy ga?"

"Gue liatnya Mentari bukan ka Windy," jawab Bintang sekenanya.

Windy adalah kakak nya Mentari, Dion memang suka sama Windy. Dan entahlah hubungan mereka tidak jelas.

"Udah deh ah ganggu hidup orang mulu kerjaan lo bang, gue mau tidur," Ucap Bintang seraya mendorong-dorong bahu kakak nya itu.

"Ya udah kamu tidur, cepat besar ya nak," ucap Dion dengan nada yang menjijikan. Bintang menggidikan bahunya. "Dasar stress!"

•••

"Tang, bangun! Kebo dasar!" Dumel Mentari sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Bintang Dari balkon.

Sudah malam dan Bintang belum bangun sejak pulang sekolah tadi.

"Ah bodoamat lah! Derita lo ga ngerjain PR. Udah malem gini bukannya bangun!" Mentari akhirnya menyerah dan kembali ke kamarnya.
"Tari!" Suara itu mengagetkan Mentari yang baru saja masuk ke dalam kamar nya. "Lo apaan si ka? Kalo gue jantungan gimana?!" Ucap Mentari menggebu-gebu.

"Abis darimana lo?" Tanya Windy dengan seringai jahil. "Kepo lo kawin!"

"Sekali lagi lo panggil gue kawin high hills gue yang tingginya 8 cm bakal melayang ke muka lo!" Ancam nya.

Mentari memang agak jail, dia kerap memanggil kakaknya dengan sebutan Ka-Win.

"Hahaha ampun mbah dukun," ucap Mentari sambil cengengesan.

"Tadi lo nanya gue abis darimana ka?" Tanya Mentari. "Hmm."

"Gue abis Dari kamar calon Ade ipar lo," ucapnya. "Tapi sayangnya Ade ipar lo lagi tidur jadi nya gak jadi deh," lanjutnya.

"Ada Dion ga disana?" Tanya windy setengah berbisik. "Gak ada," jawab Mentari ketus.

"Udah ah keluar sana gue pengen tidur!"

"Iya iya. Kalo ada info tentang Dion jangan lupa kabarin gue."

"Bawel!"

.

"Kawin cepet dong, gue telat nih!! Lo ngapain si dikamar mandi? Lama amat!" Dumel Mentari.

"Sabar kek dikit lagi nih!" Sahut windy tak kalah kencang.

"Apa si kalian pagi-pagi udah ribut aja?" Tanya ayah mereka. "Si kawin pah lama banget di kamar mandi, udah tau aku mau sekolah. Dia kan jadwal kuliahnya siang," adu Mentari pada ayah nya.

Tak lama windy keluar Dari kamar mandi. "Makan tuh kamar mandi! Dikit-dikit ngadu," dumel Windy.

"Baperan," cibir Mentari.

Setelah Mentari masuk ke kamar mandi. "Kampret bau banget kawin! Makan apa si lo?!" Pekik Mentari.

Windy hanya terkekeh di meja makan. "Jaga kata-kata mu Mentari, barusan terlalu kasar!" Ayah nya memperingati.

Mentari hanya menghembuskan nafas pasrah. Sialan!

•••

"Udah jalan duluan aja, nanti gue dianter sama kawin," ucap Mentari Dari atas balkon kepada Bintang.

"Seriusan nih? Yaudah tapi pulang bareng sama gue ya Tar," ucap Bintang. Mentari hanya mengacungkan Ibu jarinya.

Kawin emang sialan! Gara-gara dia gue hari ini gabareng bintang. Kampret emang.

•••

To be continue...


Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang