untuk Bintang 10

124 9 1
                                    


Swear it again - westlife

•••

"Naik," perintah Dylan dan nampaknya tak bisa dibantah.

"Tapi gue pulang bareng Bintang ka," jawab Mentari gugup.

"Bintang nya mana?" Tanya Dylan datar.

Sial! Bintang mana sih? Gue jadi ga ada alesan dah buat kabur Dari ka Dylan.

"Kan gue udah bilang kalo ini bagian Dari permintaan maaf gue, jadi lo jangan pikir aneh-aneh. Naik!" Ucap nya lagi.

"Ayo naik," ucap Dylan lagi. meyakinkan Mentari.

Mentari tampak ragu. Tiba-tiba Bintang datang.

Kali ini dewi fortuna berpihak pada Mentari. Karena jujur! Mentari takut pada Dylan.

"Tar gue minta maaf, tapi kali ini gue mau anter pulang Icha," ucap Bintang sambil mengedipkan sebelah matanya. Sial! Mentari menghembuskan nafas keras.

Dewi fortuna tidak dipihak nya kali ini.

Akhirnya Mentari mengangguk prihatin. "Ya udah," namun tetap saja tersirat rasa kecewa yang mendalam pada raut wajahnya.

"Ga ada alesan lagi! Ayo naik," ucap Dylan lagi. Mentari menganguk patuh, tidak lebih tepatnya pasrah.

Mentari pun naik ke atas motor milik Dylan. Tentu saja tak luput dari tatapan-tatapan siswa siswi SMA Bina Bangsa.

.

"Rumah gue belok kanan ka," ucap Mentari memperingati. Namun Dylan tetap saja lurus. Apa-apaan ini?

"Ka kita kelewat," ucap Mentari lagi. "Siapa bilang gue langsung anter lo pulang?" Tanya nya datar. Suaranya samar-samar karena terbawa oleh angin. "Mau kemana dulu ka emangnya?" Tanya Mentari ragu, cemas, takut, semua menjadi satu.

Namun Dylan bergeming.

Tak lama Dylan menepikan motornya. Lalu memasuki sebuah coffee shop yang ada tak jauh Dari sekolah.

"Ngapain ka?" Tanya Mentari saat tepat sudah turun Dari motor. "Masuk aja dulu," ucapnya lalu masuk ke dalam coffee shop tersebut.

Dylan memilih meja yang berada tepat di tengah-tengah. Padahal Mentari inginnya di pojok dekat dengan jendela besar. Namun apa daya? Seorang Mentari memang ditakdirkan tidak bisa membantah perintah seorang Dylan.

Seorang pelayan datang.

"Mau minum apa?" Tanya Dylan. "Terserah," jawab Mentari singgat.

"Mochachino dua mba,"

Sang pelayan mengangguk. Lalu seketika hening. Hanya ada lantunan lagu yang sedari tadi setia memecah keheningan yang ada di tempat ini.

Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang