untuk Bintang 4

166 18 6
                                    


Still into you - paramore

•••


Hancur, satu kata yang menggambarkan hati Mentari saat ini. Telinga nya panas. Hati nya dibakar api cemburu saat Bintang dengan terus menerus menceritakan dan mendeskripsikan tentang seorang siswi yang Bintang temui di jalan tadi pagi.

"Lo tau Tar? Gue kayak liat bidadari. Semoga aja Icha jodoh yang dikirimkah Allah buat gue," ucap Bintang menggebu-gebu. Mentari hanya memutar bola matanya malas.
"Udah ah pulang sono gue mau tidur," ucap Mentari sambil berjalan menuju pintu kamarnya dan tak menghiraukan Bintang yang masih nyerocos tentang Icha.

"Ah parah banget lo, gue mau cerita lagi ni!" Ucap Bintang dengan nada kecewa. "Bodo," sarkas Mentari.

"Lo setuju ga kalo besok gue tembak dia?" Ucapnya dengan polos tanpa merasa bersalah telah menghancur leburkan hati Mentari.

Jleb!

Serasa ada pisau tak kasat mata yang menembus Dada Mentari. Sungguh sakit, Pedih merasuk ke relung hati terdalam.

Kenapa harus sesakit ini?

Mentari berlalu tanpa menggubris pertanyaan Dari Bintang, ralat lebih tepatnya pernyataan.

"Parah lo ah sama gue Tar, ya udah gue pulang. bye," Bintang berlalu. Mentari yang sudah masuk ke dalam kamar nya ternyata masih memasang telinganya tajam untuk mendengar perkataan Bintang selanjutnya.

"Lo lebih jahat sama gue tang. Lo ga pernah pikirin perasaan gue. Dengan entengnya dia bilang Icha cantik lah, ini lah, itu lah," ucap nya lirih. "Sedangkan gue aja belum pernah liat yang namanya Icha ini. Besok gue cari tau deh," lanjutnya.

•••

"Udah dong tar, masih aja ngambek."

"Siapa yang ngambek si? Childish banget,"

"Lo lah yang ngambek. Buktinya Dari tadi sikap lo beda banget. Atau lo lagi PMS ya?" Tanya Bintang sambil menyipitkan matanya.

Sepanjang koridor Yang sepi, sejak kedatanga Bintang dan Mentari sekarang menjadi bising. Udara dingin masih menusuk kulit. Namun keadaan hati Mentari sepanas saat Matahari berada tepat di atas kepala.
"Ga," jawab Mentari singkat. Padat dan jelas.

"Emm," gumam Bintang seraya mengetuk-ngetuk telunjuk di dagu nya. Setelah beberapa detik. "Ahaaa gue tau!" Pekik nya. "Apa?"

"Lo cemburu kan?"

Deg!

"Ga lah gila lo," elak Mentari.

"Jangan bohong. Lo cemburu gara-gara Dari kemarin gue terus-terusan cerita tentang Icha ya kan?" Tanya Bintang sambil menaik-turun kan alisnya. "Ga, ngeyel dibilanginnya."

Bintang hanya cengengesan tidak jelas.

Baru sedetik Mentari menaruh bokongnya diatas kursi Bintang datang kembali dan duduk di kursi depan nya. Mentari menatap Bintang dengan tatapan malas. "Masih marah? Udah gue traktir deh biar ga marah lagi," tawar Bintang. Mentari tampak tak tertarik.

"Ga laper,"

"Yaudah temenin gue aja deh tar, please!"

Bintang langsung menarik lengan Mentari dan membawanya menuju kantin.

Selama menyusuri koridor semua pasang mata menatap dua orang ini. Beragam tatapan mereka, mulai Dari tatapan tidak percaya, kagum, tidak suka sampai bisik-bisik lainnya.

Baru 3 hari Bintang sekolah di SMA Bina Bangsa ia sudah menjadi salah satu most wanted disini.

Followers semua akun sosmednya pun mengalami peningkatan yang signifikan.

Saat sampai di kantin mereka duduk di salah satu meja yang berada di tengah. "Lo tunggu ya gue mau beli minum dulu," Mentari mengangguk. "Lo mau ga?" Tanya Bintang sebelum benar-benar pergi. "Boleh deh,"

•••

Bel berbunyi, pelajaran pun dimulai.

Bu Maryam pun datang memasuki kelas. Dia adalah guru matematika. Umurnya sekitar 50 tahunan. Biasanya guru matematika terkenal dengan sifatnya yang killer bukan? Tapi dia tidak. Bu Maryam tidak killer dia baik hati, murah senyum dan rajin menabung. Guru favorite karena beliau tidak pernah tega menghukum para murid yang telat ataupun kesalahan lainnya. Anti mainstream bukan?

Setengah waktu pelajaran berjalan lancar, namun di pertengahan Bintang berdiri. "Bu saya permisi ke toilet ya. Udah ga tahan bu," ucapnya sopan dan santun. "Silakan, jangan lama-lama sebentar lagi Ibu akan menjelaskan materi," Bintang mengangguk mengerti. "Mau ikut dong," pekik Gitta dengan nada Yang sangat amat menjijikan. Seketika ia langsung mendapatkan pelototan tajam dari Bintang.

Sesekali Bintang bersiul ria saat melewati koridor Yang sepi dikarena kan semua murid sedang melakukan kbm di dalam kelas masing-masing. Tak ada mapel olahraga di hari ini.

Bintang memasuki kamar mandi dengan santai. Membuka pintunya dan....

Sejetika Bintang terlonjak kaget. Dan sepersekian detik selanjutnya suara pekikan keras keluar Dari mulutnya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa..."

Dengan secepat geledek, eh maksudnya kilat Bintang lari pontang-panting menuju kelas.

Napas nya tersengal-sengal tak keruan saat sampai di daun pintu.

"Loh Bintang kamu kenapa?" Tanya Bu Maryam khawatir. "Lo liat penampakan noni belanda ya di toilet?" Celetuk Leon. Bintang masih bungkam dengan napasnya yang belum teratur.

"A..ada.."

"Apa?" Tanya Bu Maryam.

"Ke... Kecoa bu,"

Sontak sesisi kelas tertawa terlingkal. Siswa yang berani melawan Bu sukarni yang killer nya gak ketulungan malah takut dengan serangga kecil bernama kecoa.

To be continue..

•••

Untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang