Rembang petang bulan desember sudah terlihat ketika gadis itu melangkahkan kaki keluar ruang rapat OSIS. Ekor kuda nya ikut melompat seiring langkah kaki yang dipercepar. Awan mendung menggantung membuat lagi-lagi cewek berumur 16 ini memeluk dirinya cemas.
Ini pukul empat sore dan gedung sekolah sudah sepi. Hanya ada segelintir anak dari berbagai organisasi yang ikut rapat mengenai keputusan OSIS barusan.
Lutfiyah Fadiyah, pasangan nomor urut dua yang dipilih menjadi kandidat wakil ketua OSIS di SMA Gugus Bangsa. Astaga, Fiyah sebenarnya nggak niat ikut organisasi seperti ini, tapi karena sifat tekun dan keulatannya entah kenapa OSIS malah memilihnya menjadi wakil ketua OSIS. Kalau tahu begitu, harusnya Fiyah malas saja dari awal.
"Fiy, cepet!" seru Ajay, cewek yang satu ini memang selalu terburu-buru.
Fiyah berlari kearah Ajay, tangannya mengoper buku catatan tahunan OSIS angkatan tahun yang lalu. Kira-kira, buku itu sudah berumur 12 tahun, nggak heran kalau baunya sudah lapuk dan noda kuning melekat disana.
"Tungguin jemputan gue ya."
Sial, Ajay dijemput.
"Gue juga dijemput."
"Bohong, Abang lo kan kuliah. Siapa yang jemput?" mata Ajay memicing. "Udah lah, bareng aja."
Bukan apa-apa, Fiyah hanya nggak mau ketemu Fedro, kakaknya Ajay. "Iya, gue dijemput. Dijemput taksi online."
Ajay memutar matanya sebal. Fiyah hanya memberi cengiran, menunjukkan gigi seri yang putih ke Ajay, entah kenapa dimata Ajay malah terlihat seperti gigi busuk.
"Tuh, lo udah dijemput." kata Fiyah ketika melihat City Car milik Fedro masuk ke parkiran sekolah.
Jangan gugup Fiy, Fiyah memperingati dirinya. Sekilas tentang Fedro, dia satu tahun lebih tua dibanding dirinya dan Ajay. Sekarang, Fedro sekolah di Dunem International School kelas duabelas. Fedro itu ganteng, banget, wajah nya agak bule karena memang Ayah nya asli Jerman. Bego nya, si Fiyah malah nge-gantungin Fedro yang jelas-jelas minggu kemaren udah mengucapkan kata sakral untuknya.
"Gue duluan ya," pamit Ajay.
Pintu mobil terbuka dan menampilkan Fedro disana. "Fiy, bareng, yuk. Santai, gue anterin sampe rumah," tawar Fedro.
Fiyah memberi seulas senyum, "Nggak usah, Do. Gue dijemput."
"Oke, duluan ya," kata Ajay menutup pembicaraan. Mobil nya sudah keluar dari tempat parkir dan menyisakan Fiyah sendiri disana.
Tangannya sibuk mencari aplikasi ojek online di ponselnya. Sinyal disini sangat lambat, mungkin karena hujan. Astaga, Fiyah bisa oulang ke rumah dengan jalan kaki kalau begini. "Lupa, gue 'kan nggak ada kuota."
Sekarang, cewek itu hanya berdiri di ujung koridor depan gerbang dan menunggu hujan reda. Hanya itu. Hanya itu, namun bisa bikin kepala Fiyah berasap.
Satu jam berselang, datang anak ROHIS yang mungkin habis rapat dan sudah selesai. Setahu Fiyah, ROHIS juga sedang mengadakan pemilihan pemimpin baru untuk menggantikan kak Rahmat yang bentar lagi lengser.
"Selamat ya, Val."
"Orang kayak gini bisa jadi ketua, nih?"
"Nggak nyangka gue, Val."
"Planning ke depannya apa, nih?"
"Pokoknya jangan buat nama ROHIS hancur, ya."
Fiyah sempat mendengar kalimat-kalinat tadi saat sekitaran duapuluh anak ROHIS lewat di depannya. Segan, Fiyah mundur satu langkah memberi jalan lebar. Yang Fiyah tahu, anggota OSIS lainnya sudah pulang, nggak mungkin kan Fiyah sok jagoan di depan dua puluh anak yang siswinya memakai kerudung semua?
"Eh ada Fiyah," rupanya anggota ROHIS menyadari keberadaannya yang tengah menunggu hujan reda.
Tersenyum canggung, Fiyah mengangguk.
"Pulang bareng kita aja yuk," tawar kak Rahmat.
Namanya bego kalau Fiyah menolak ajakan Rahmat barusan, ia nggak mau mengambil resiko kalau dirinya harus menunggu sampai larut malam disini. "Boleh, Kak."
Matanya sempat menangkap sosok tinggi yang terkenal sebagai kapten basket di sekolah. Kapten basket yang alim, maksudnya. Biasanya, kapten basket terkenal dengan sifat player nya, tapi dia enggak. Dia alim, wajar kalau dia juga ikut organisasi ROHIS.
Dia Ishak, yang daritadi hanya diam.
"Kok ganteng?"
₩₩₩
Author Note
Sori, remake
Selamat membaca ulang, kawan-kawan ku! Naskah ini banyak revisi makanya gue unpublish dan ngulang semua dari awal. Masih ada yang nungguin nggak, nih?Love,
Anna O'Brien.
KAMU SEDANG MEMBACA
Osis vs Rohis
Teen Fiction"Kita nggak bisa pacaran. Kita jalanin aja ya." cowok itu, Ishak. Sial, airmata nya langsung mengalir begitu saja. Namun dengan segenap kekuatan untuk mengangguk, cewek itu melakukannya. "Aku nggak mau pacaran, karena takut kita putus. Cuma gamau ke...