Chapter 7.

2.3K 141 14
                                    

Baru tiga hari Fiyah menjabat sebagai wakil ketua OSIS, tuntutan dari kakak kelas sudah menumpuk di pikirannya. Contohnya saat ini, ada aja kakak kelas yang ngotot untuk bicara sama Fiyah.

"Eh waketos," panggil Adam, kakak kelas yang tampangnya sangar tapi punya pensil Hello Kitty. Tangannya mencekat tangan Fiyah, tepat di pergelangannya.

Fiyah menoleh, menghampiri Adam di taman belakang dekat kantin. "Kenapa?"

"Nanti angkatan gue ada pensi, nggak?" mata Adam sama sekali nggak memandang Fiyah.

"Iya," balas Fiyah sedikit meringis. Cengkraman Adam makin kencang membuat tangan cewek itu memerah. "Adam, sakit."

Adam menatap Fiyah sinis, yang ditatap berusaha menatap balik walau tangannya memerah. "Pokoknya gue nggak mau tau, harus ada Young Lex."

Disaat seperti ini rasanya Fiyah ingin tertawa. Untuk pensi tahunan kayak gini biasanya OSIS menampilkan bakat yang dimiliki murid, bukan mengundang artis, pemain film, apalagi ... eh, tunggu, rasa sakit di tangan Fiyah makin menjalar membuat cewek itu lagi-lagi meringis.

"Iya, Dam. Saran lo gue tampung di kotak saran," sahut Fiyah cepat. Itu hanya alasan belaka. Yang tadi Adam ucapkan saja sama sekali bukan saran.

Mata Adam menatap tajam ke Fiyah, cewek itu mengatur napasnya. "Kalau nggak ada yang gue minta, OSIS gagal banget jadi-"

"Astagfirullah, Akhi, Ukhti," suara bariton itu membuat Fiyah terlonjak. Di belakang Adam, ada Ishak. Iya, yang tadi ngomong gitu, Ishak. "Lepasin tuh tangannya, kalau pacaran jangan di sekolah."

Fiyah menghela napas lega karena ucapan Ishak tadi membuat Adam melepas cemgkramannya, tapi di sisi lain ia nggak terima kalau dibilang pacaran di sekolah ... apalagi sama Adam.

Fiyah meringis kesakitan.

Adam menatap Ishak nggak kalah garang.

Ishak memasang wajah datarnya seperti biasa.

"Ganggu lo," umpat Adam lalu pergi meninggalkan Fiyah dan Ishak.

Kini kejadian canggung menyelimuti keduanya. Fiyah mencoba menatap Ishak dan Ishak yang menundukan kepala.

"Well, ucapan lo yang tentang pacaran itu nggak benar sama sekali," terang Fiyah, berusaha memberi penjelasan walau nggak diminta. "Gue sama Adam nggak pacaran."

Ishak manggut-manggut kemudian pergi. Sebelum Ishak pergi, Fiyah sempat melihat peci hitam punya Ishak yang barusan terjatuh dari kantung celana abu-abunya. Kakinya terseret menjangkau peci itu untuk ia dekatkan.

Fiyah tersenyum lebar sambil memandang punggung Ishak yang menjauh dari jangkauannya.

Kali ini kaki Fiyah lari menuju kantin, ia nggak mau kehabisan soto ayam atau dihadang kakak kelas lagi. Ia menemukan Michaelyang sedang asyik makan di sudut kantin.

"Maykel!" seru Fiyah. Bukan apa-apa, cewek itu hanya malas mencari tempat duduk.

Michael mendongak ketika melihat Fiyah mendekatinya. "Hai, Fiy."

Fiyah tersenyum hangat seraya melirik kursi di depan Michael. "Ini nggak ada orangnya, kan?"

"Ada. Tapi masih muat, Fiy. Asal badan lo nggak overload aja."

Fiyah melototi Michael garang tapi ia juga duduk di depan Michael. Ia melirik mangkuk soto yang masih terisi penuh.

"Soto punya siapa, Kel? Kok nggak dimakan?"

Osis vs RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang