Chapter 9.

2.4K 142 0
                                    

Langkah kakinya begitu berat ketika ingin memasuki ruang kelas 11-MIPA-1. Ishak nggak begitu yakin kalau Fiyah akan menerima permintaan maafnya. Gimana ya, rasanya dikejar rasa bersalah itu nggak enak.

Ishak mengintip ke kelas Fiyah, matanya menyapu seluruh sudut ruangan. Pandangannya terhentik ketika melihat Fiyah duduk di barisan kedua dari belakang, di sampingnya ada Nichol.

"Woi, Shak!" seru Nichol melambaikan tangan kearahnya.

Ishak mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya Nichol mendekat. "Mau ada perlu sama waketos, ya?"

Ishak manggut-manggut kemudian ia melihat Nichol keluar kelas. Kakinya berderap mengunjungi Fiyah yang menatapnya datar disana.

"Makasih ya, Shak," ucap Fiyah ketika Ishak berjalan kearahnya.

Ishak melongo. "Ha? Makasih?"

Fiyah manggut-manggut. "Lo sama Najwa udah nungguin gue waktu di UKS."

Hatinya bergejolak. Harusnya sekarang Ishak meminta maaf. Harusnya sekarang Fiyah marah pada Ishak. Harusnya juga sekarang Fiyah nggak bilang makasih.

"Soal kemarin pas di masjid, eum, gue mau .." Ishak belum sempat menyelesaikan kalimatnya tapi Fiyah sudah memotongnya.

"Santai, Shak," kata Fiyah cepat. Kalau boleh jujur, hatinya terasa nyeri ketika tau dirinya nggak mahal. Iya, mahal. Seperti apa yang Ishak bilang kemarin.

Ishak diam. Sama sekali nggak bergerak dan bersuara.

"Setengah jam lagi mau ada rapat OSIS. Kalau anak ROHIS mau gabung dan sharing juga nggak apa-apa," tutur Fiyah seraya bangkit dari duduknya. "Gue mau ke ruang OSIS dulu. See you, Shak."

Ishak mengangguk, mengiyakan. Bahkan saat berhadapan dengan Fiyah kali ini, ia hanya berbicara dua-tiga kalimat.

Buru-buru, Ishak mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Tangannya begitu lihai mencari nama Noval di kontak Linenya.

Ishak: Val, OSIS mau rapat. ROHIS join nggak?

$$$

Alasan Fiyah yang seolah-olah bertingkah nggak terjadi apa-apa antara ia dan Ishak kemarin sebenarnya sederhana. Fiyah hanya nggak mau berurusan sama yang namanya Ishak. Kalau mau yang lebih sederhananya lagi, ya, Fiyah nggak mau aja disebut cewek murahan.

Saat ini, Fiyah sedang berada di ruang OSIS bersama Nicholas dan Andra. Fiyah bertugas menggeser kursi lipat ke sisi tembok, sementara Andra yang menggelar tikar untuk rapat kali ini. Di depannya, ada Nicholas yang sedang memasang LCD Projector.

"Ini pada kampret-kampret semua, nih," gerutu Andra ketika tikarnya nggak bisa terbuka.

Nicholas menimpuk Andra menggunakan pulpen. "Jangan ngebacot, Ndra."

"Ya, lagian gue capek bege, Kol. Lu bayangin aja, nih. Hampir tiap hari kita rapat. Rapatin apa coba? Anak-anak yang bawa makanan ke kelas kalau jam istirahat? Come on, Dude."

Fiyah mengelus dada dengan sabar. Gara-gara cerocosan Andra dan Nichol, lamunannya tentang Ishak buyar. Tunggu ...

... jadi tadi Fiyah ngelamunin Ishak?

"Kalau lo pada debat mulu, gimana kita mau solid?" Fiyah buka suara sambil menatap anak buahnya dengan tajam. Sebenarnya, ini hanya debat kecil, tapi kalau nggak menutup kemungkinan akan berkepanjangan 'kan?

Osis vs RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang