Chapter 2.

3.4K 207 6
                                    

Bel isitirahat telah berbunyi. Seharusnya ini menjadi jam yang sangat ditunggu tiap anak di sekolah manapun kecuali bagi anggota OSIS SMA Gugus Bangsa. Para senior OSIS melakukan pengitungan cepat pada jam istirahat setalah dilakukannya pemilihan ketua OSIS yang baru.

Jari kelingking seluruh murid di Gugus Bangsa terdapat tinta ungu khas pencoblosan. Kali ini Fiyah berada di salah satu kursi ruang OSIS sambil memperhatikan kak Rama memberi pidato singkat sebelum ia melepas jabatannya.

Andra dan Nichol datang terlambat karena mereka satu kelas dan guru dikelasnya mengambil jam istirahat hampir limabelas menit. Tadinya Luna ingin mengomel, tapi saat pak Atep, pembina OSIS datang, Luna bungkam.

Satu persatu surat suara diambil dari dalam kotak. Dengan lantang, Yose, wakil ketua OSIS, membacakan nama-nama yang 'tercoblos' dan Maura menandakan nama yang disebut Yose.

Ajay-Fiyah: 356 suara
Nicholas-Dinda: 245 suara
Andra-Sisil: 144 suara
Total suara: 745

Mata Fiyah hampir melompat keluar dari tempatnya saat suara yang ia miliki diatas jauh dari Nicholas-Dinda dan Andra-Sisil. Yang benar saja? Visi Misi Ajay 'kan nyontek Google.

Setelah tangan Maura selesai menulis rentetan kata tersebut di papan tulis, suara sorakan dari Andra terdengar sangat kencang. "Selamat, Ajay!"

"Astoge, gue nggak nyangka ketos tahun ini cewek!"

"Widih, mantep lo, Jay."

"Congrat's, Jay!"

Fiyah menatap nanar papan tulis di depannya. Tulisan ala ceker bebek Maura seolah menghancurkan harapan Fiyah untuk mundur dari OSIS. Citra OSIS di mata siswa sebagai murid teladan, bijaksana, dan pastinya terkenal itu hanya topeng. Selebihnya, OSIS adalah orang yang terbebani oleh tanggung jawab, ya begitu, sih, kurang lebih menurut Fiyah anak pemalas.

Ajay menghempaskan napasnya kasar lalu memasang senyum lebar. "Akhirnya," ujarnya. "Akhirnya gue jadi ketos di SMA tercinta ini!"

Fiyah mengernyit heran. Yakali mereka harus akting lagi di depan senior? "Iya, Jay. Akhirnya, ya, kita menang!"

"Cie, jadi waketos, nih?" Andra menaik turunkan alisnya, tersenyum jahil kearah Fiyah. Senyum kecil terbit di ujung bibir Fiyah, senyuman sekilas khasnya.

"Selamat, Jay," pak Atep menjabat tangan Ajay, matanya lalu melirik Fiyah. "Selamat, Fiy!"

Kemudian secara bergantian teman-temannya mengucapkan selamat dan menjabat tangan keduanya. Fiyah membalas dengan cengiran kali ini saat Dinda memeluknya. "Yang sabar, Fiy," bisik Dinda tepat setelah melepas pelukannya.

Selang sepuluh menit, pak Atep pamit keluar karena ada keperluan menyangkut pelantikan OSIS minggu depan. Astaga, drama pasti akan dimulai, lagi. Belum sedetik pak Atep meninggalkan mereka, Maura maju selangkah. "Kok bisa, ya, Ajay yang jadi ketos?"

Itu suara Luna. Pernah merasa lega namun terikat? Itu yang Fiyah rasakan saat ini. Mendengar sindiran pedas dari salah seorang seniornya membuat dadanya sesak, perasaannya berkecamuk. "Nyogok, Jay?"

Osis vs RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang