Malam ini Ishak sedang berada di rumah Lagas. Cowok itu memintanya untuk menemani sampai ibunya pulang. Ishak setuju aja, lagi pula Ishak juga mau pinjam komik Haii Miko punya Lagas.
Lagas, si cowok kacamata, malah memangku laptopnya di tempat tidur dan menonton serial tv kesukaannya, Teen Wolf.
"Anak pintar satu angkatan kerjaannya nggak belajar?" tanya Ishak, tangannya menggeledah rak buku Lagas.
Lagas melirik lalu terkekeh pelan. "Mumpung nggak ada Bunda, Shak. Gue udah ketinggalan banyak episode, nih."
Ishak mendengus pelan lalu kembali mengacak rak buku Lagas. "Episode 28-nya kemana, sih, Gas?"
Lagas melirik Ishak sambil cemberut. "Komik gue kalau dipinjemin suka nggak pulang."
"Yeuuu," cibir Ishak, "Nuduh gue, nih?"
Lagas bergidik. "Lagian, cowok alim di sekolah nggak baca Quran, nih?"
Mengangkat alisnya sebelah, Ishak membalas. "Baca Quran itu nggak boleh ria."
"Ria mah anak 11-IPS-4, Shak."
Ishak menatap Lagas sengit. "Tadi Tara kabur pas OSIS."
Kali ini, mata Lagas melotot. Yang benar saja, gebetannya nekat kabur dari OSIS. Kalau boleh Lagas katakan, OSIS di mata siswa itu punya citra yang nggak sebaik ROHIS atau organisasi lainnya. Apalagi anak kelas 12 yang suka banget nuntut. Pensi harus ngundang artis lah, perpisahan harus ke luar kota lah, ini-itu bikin mumet. Belum lagi anak kelas 12 yang lebih suka menganggap OSIS itu ba-
"Enaknya pacaran tuh apa, sih?" celetuk Ishak membuat cowok itu hampir tersedak ludahnya sendiri.
"Jangan bilang lo mau pacaran?" Lagas maju mendekat ke Ishak yang duduk di samping rak. "Shak, jangan, Shak. Jangan kotori diri lo dengan hal-hal menjijikan apalagi sama Luna."
Tadi Lagas bilang apa? Luna? Ishak bergidik ngeri mendengarnya, tangannya mengusap dada. "Astagfirullah."
"Terus kenapa lo nanya begitu?" alis Lagas terangkat, matanya menyipit. "Ada yang lo taksir, ya?"
Ishak menggeleng cepat. "Gue nggak kepikiran buat naksir cewek-"
"Jadi lo naksir cowok, gitu?" Lagas kini menatap Ishak ngeri. Takut aja gitu kalau mereka saling tatap, si Ishak bisa kepincut.
Ishak memanyunkan bibirnya sebal. "Lo kenapa nuduh gue gitu terus, sih?"
Lagas terkekeh lalu kembali tersenyum. Kalau saja mereka bukan teman dari SD, pasti nggak akan langgeng kayak sekarang. "Yailah, Shak. Becanda, Bang."
"Kalau pacaran nggak enak," gumam Ishak, "kenapa lo mau pacaran sama Tara?"
"Kata siapa gue sama Tara pacaran?" Lagas menunduk. "Mungkin cuma gue aja yang berharap sama di-"
Ishak tahu kemana arah pembicaraan ini berlangsung, makanya buru-buru Ishak mengalihkan pembicaraan. Ishak tahu kalau ujung-ujungnya Lagas galau gara-gara kena harapan palsu oleh Tara yang jelas-jelas lagi berharap dengan Satan, anak IPA-2. "Tapi tadi Tara nggak dihukum, Gas."
Ada binar terang di bola mata cokelat madu milik cowok berkaca mata itu. "Serius? Gue kira lo bakal menghukum dia abis-abisan kayak yang dilakuin Luna CS."
KAMU SEDANG MEMBACA
Osis vs Rohis
Teen Fiction"Kita nggak bisa pacaran. Kita jalanin aja ya." cowok itu, Ishak. Sial, airmata nya langsung mengalir begitu saja. Namun dengan segenap kekuatan untuk mengangguk, cewek itu melakukannya. "Aku nggak mau pacaran, karena takut kita putus. Cuma gamau ke...