#17

2K 139 0
                                    

Fedro datang kerumah kerumah Fiyah siang ini, city car nya sudah terparkir cantik dihalaman rumah Fiyah. Ini pasti tujuang datang nya untuk meminta penjelasan kenapa kemarin Fiyah nggak pulang bareng dirinya.

"Lo bener pulang bareng sama Ishak?" tuh 'kan benar.

"Lagian kenapa si, Do. Itu cuma pulang bareng."

"Gue cuma nggak mau lo kenapa-napa, Fiy."

"Do, gue cuma pulang bareng aja. Lo nggak seharusnya se-khawatir ini." tutur Fiyah, "gue udah nelfon lo tapi nggak diangkat. Gue mau nelfon lo lagi, tapi gue takut ganggu."

Fedro memengang bahu Fiyah pelan, "Lo nggak perlu takut ngeganggu gue. Gue seneng banget bisa bareng sama lo, Fiy. Meskipun gue tau kita ini cuma terjebak di kakak-adek-zone."

"Do," Fiyah memelas, "Lo bikin gue merasa bersalah. Karena gue nggak--"

"Karena lo nggak bisa bales perasaan gue." potong Fedro.

"Do, gue nggak mau kehilangan lo, itu aja."

"Lo nggak mau kehilangan gue karena lo merasa ada yang jagain 'kan? Lo merasa kalau gue Abang lo dan selalu ada buat lo." tuduh Fedro, dan itu benar.

"Edo, please." Fiyah ingin sekali menangis, ingin sekali. Tapi ia nggak mau kalau Fedro melihatnya menangis. "Gue sayang lo. Gue sayang lo. Sayang Edo. Sayang Fedro. Gue sayang Edo. Gue sayang Fedro Davidson." racau Fiyah sembari menangkup wajahnya yang sudah dibasahi airmata.

"Fiy, maaf gue kalap tadi. Fiy, please." Fedro memeluk erat tubuh Fiyah.

"Do, gue sayang lo. Gue nggak mau kehilangan lo."

Apa salah nya si, lo ubah rasa sayang dan nggak mau kehilangan gue itu jadi rasa cinta. batin Fedro meracau.

"Iya, iya. Gue juga nggak mau kehilangan lo. Gue sayang sama lo, sayang sama Fiyah. Cinta sama Fiyah." Fedro mengusap puncak kepala Fiyah, "Uuuuuuuww, Tayang tayang."

Tuh 'kan, Fedro masih bisa membaikkan suasana.

"Sejak ka-kapan Sayang jadi Ta-tayang?" tanya Fiyah disela isakannya.

"Nah, senyum dong. Maaf ya, gue kalap tadi."

Fiyah mengangguk.

"Lo mau tau sejak kapan sayang jadi tayang?"

Fiyah menautkan alisnya seraya menunggu jawaban Fedro. Fedro tersenyum. Sangat tulus, bahkan bisa Fiyah rasakan.

"Sejak lo nggak bisa cinta sama gue."

"Tapi 'kan gue sayang." elak Fiyah.

"Ehm," Fedro berdehem pelan, "Rasanya nggak enak kalau lo meluk-meluk gue gini. Takut diliat nenek lo. Atau lo udah pw?"

Fiyah refleks melepas pelukannya lalu memukul manja lengan Fedro, "Sialan lo!"

Fedro menggaruk tengkuknya yang mungkin tidak gatal, "Lo-"

"Apa?"

"Ehm. Gue bingung mau ngomong apa."

"Apa?" tanya Fiyah lagi.

"Gue balik dulu deh. Jangan kemana-mana." ingat Fedro.

"Lagian gue mau kemana coba?" Fiyah membalikkan pertanyaan.

"Kali aja lo mau pergi dari gue." decak Fedro.

"Kan gue nggak mau kehilangan lo."

Terkadang yang bilang 'nggak mau kehilangan' dia sendiri yang pergi, dia sendiri yang bikin kita kehilangan dia.

Osis vs RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang