Sore ini rapat Osis sudah selesai, sebenarnya ini hanya rapat untuk membahas tugas BPH di setiap anggota. Fiyah juga tidak terlalu excited tentang rapat pertamanya sebagai BPH. Selama rapat berlangsung terlihat jelas bahwa ia tidak tertarik dengan rapat ini.
"Fiy, pulang sama siapa?" tanya Yose yang tiba-tiba menghampiri Fiyah.
Fiyah yang sedang berjalan bersama Ajay lantas menengok ketika Yose menghampirinya, "Ya, sama pacarnya lah." cerocos Ajay.
"Bareng gue yuk, Fiy." Yose nampaknya mengacuhkan ucapan Ajay tadi ia malah sibuk menggebuk-gebuk jok motornya.
"Ehm, nggak usah, Se. Duluan aja."
Yose bersungut, "Lo nolak halus tawaran gue nih?"
"Lain kali ya, Se. Gimana?" Fiyah terkekeh melihat tampang Yose.
"Next time ya? Oke." seru Yose lalu melajukan motornya dan keluar dari wilayah sekolah. Ajay jangan ditanya, dari tadi ia hanya mencibir.
"Ngape luh?"
"Si Yose tuh ya, mentang-mentang senior seenaknya aja ngacangin gue. Awas aja lu, Se. Sekarang gue ketosnya, gue kerjain lu besok." Ajay masih mencak-mencak nggak tahu sama siapa.
"Besok 'kan minggu, Jay." koreksi Fiyah.
"Orang kalo lagi marah-marah tuh selalu bener." sungut Ajay, "Lo dijemput sama Edo nggak?"
"Tadi si Edo bilang kalau rapatnya udah selesai suruh ngubungin dia aja. Tapi gue takut ganggu."
"Yaelah, sama Edo aja takut repot. Dia malah seneng kali kalo sama lo mulu." kata Ajay antusias, "Sebenernya hubungan lo sama Abang gue apa si?"
Fiyah hanya mengangkat bahu nya sebagai jawaban.
"Gue nge ship hubungan kalian banget." kata Ajay lalu tiba-tiba pergi menyisakan Fiyah disana.
Fiyah membuka ponselnya lalu menekan mendial nomer Fedro bermaksud untuk menelfonnya namun hanya suara dari operator diseberang sana. Fiyah memasukkan kembali ponselnya kedalam tas. Niatnya terurung ketika Fedro tidak menjawab panggilannya. Di sekolah sudah menyisakan beberapa murid saja, Nikolas dan Sisil yang sedang berpacaran, Michael, Najwa, dan Ishak.
"Gue pulang sama siapa.." gumam Fiyah dengan wajah nelangsanya.
"Fiy, duluan ya." sapa Sisil yang sudah berada di jok motor Nikolas. Fiyah tersenyum dan menaikan alisnya sebagai jawaban kemudian Nikolas membawa pergi motornya bersama Sisil.
Fiyah melirik Najwa yang berdiri menunggu di gerbang sekolah. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat Najwa berdiri, bermaksud mengajaknya pulang bareng.
"Hai, Jwa!" sapa Fiyah.
Najwa tersenyum, "Nggak pulang, Fiy?"
Belum sempat Fiyah menjawab, Michael dengan sepedanya menghampiri mereka berdua.
Bukannya Najwa lagi deket sama Dikko ya?, batin Fiyah. "Baru aja gue mau ngajak pulang bareng, eh ternyata lo lagi nunggu Bekel." tutur Fiyah.
Michael menatap Fiyah tajam, "Nama gue Michael JT. Bukan Bekel."
Fiyah tertawa renyah, "Iya deh, Maykel. JT apaan tuh? Jeremi Teti?"
Jika saja tatapan Michael bisa membunuh mungkin Fiyah sudah terkapar dilapangan sekarang, "Enak aja lo. Gue bilangin bapa gue lu ganti-ganti nama orang."
"Yaelah, Teti belagu amat. Nama lo Teti sekarang, bukan Bekel."
Untungnya ada Najwa yang memisahkan Fiyah dan Michael yang adu mulut dalam artian saling meledek, "Udah. Kalian berdua berantem mulu, bosen gue. Fiy, bareng kita yuk."
"Eh, eh. Najwa, sayang. Ngapain sih ngajak mih orang. Nggak mau." Michael mulai menampilkan adegan romantis yang malah membuat Fiyah mual.
"Eh, enak aja. Lagian ya, gue nggak mau bareng lo sama sepeda lo ini. Ew."
"Yaudah, Bye." kata Michael akhirnya lalu menuntun sepeda nya dan jalan beriringan demgan Najwa.
"Duluan ya, Fiy." pamit Najwa akhirnya. Fiyah tersenyum sebagai jawaban.
Fiyah melihat Ishak keluar dari parkiran dengan membawa sepedanya. Ia pura-pura sok sibuk memainkan ponselnya yang padahal nggak ada kuota. Ada. Tapi dikit.
"Fiy," sapa Ishak.
Fiyah tersenyum. Ishak juga.
Senyuman itu entah mengapa sangat manis. Manis sekali sehingga dada Fiyah dibuat sedikit sesak.
"Nunggu jemputan?"
"Engga. Gu-gue lagi mau mesen ojek."
"Pulang bareng gue aja, Fiy. Ojek nya di cancel bisa 'kan?" jadi, Ishak menawari Fiyah untuk pulang bareng toh. Oh.
Fiyah menyapu pandangan Ishak dari atas sampai bawah, agak nggak sopan memang tapi ia melihat Ishak sangat manis. Teramat manis.
"Ya, walaupun ngajak pulang nya pake sepeda butut." Ishak merendah, nampaknya ia menyadari bahwa Fiyah memandangnya tadi. Tidak, bukan tatapan sinis yang Fiyah berikan tadi. Itu tatapan terpesona.
"Ih, apasi, Ishak. Sepeda lo keren gini kali, tapi--"
"Apa?"
"Ini bukannya punya Michael ya?"
Ishak menggaruk tenguknya yang mungkin tidak gatal, "Sama doang."
"Oh, beli nya barengan?"
"Enggak, cuma kebetulan."
"Gue kira lo nyolong." celetuk Fiyah.
Ishak menatapnya tajam lalu mendegus pelan, "Su'udzon mulu."
"Becanda, Shak. Yaelah." Fiyah melayangkan tangannya bermasuk menepuk Ishak kembali, namun tersadar ketika mengingat kejadian kemarin. Ia tidak mau kejadian kemarin terulang kembali.
Ishak yang nampaknya sadar akan situasi langsung menanyakan pertanyaan pertamanya tadi, "Mau cancel terus pulang bareng gue nggak?"
"Oke deh, gue cancel. Anterin sampe rumah ya?" Fiyah lalu cepat-cepat memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.
Lucu, batin Ishak. Ishak kemudian mengangguk sebagai jawaban. Lalu kembali menuntun sepedanya dan berjalan bersamaan bersama Fiyah.
Ke jalan yang lurus.
Bersama Fiyah.
Lalu belok kanan.
•°°•××Osis vs Rohis×ו°°•
A/N
Ending nya PART ini gue bikin begitu buat yang ngerti aja ya. HAHA.
Nggak mau banyak ngomong ah, segitu dulu.
Love,
Anna Mendes😆Peace, Love, and Gawl.
KAMU SEDANG MEMBACA
Osis vs Rohis
Teen Fiction"Kita nggak bisa pacaran. Kita jalanin aja ya." cowok itu, Ishak. Sial, airmata nya langsung mengalir begitu saja. Namun dengan segenap kekuatan untuk mengangguk, cewek itu melakukannya. "Aku nggak mau pacaran, karena takut kita putus. Cuma gamau ke...