#20

3K 140 1
                                    

Fiyah terlalu bersemangat pagi ini, sehingga dirinya sering menabrak meja dan tiang-tiang di rumahnya. Neneknya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah Fiyah yang begitu... aneh. Nggak biasanya.

"Nek, kopiah nya Ishak mana?" tanya Fiyah yang langsung mencomot roti isi selai kacang di meja makan. Ini sudah jam 6 pagi, tapi Fiyah masih mengenakan piyama tidurnya.

"Masih disamping kamar kamu lah." kata Neneknya yang masih sibuk mengoles selai di setiap lembar roti.

"Oh," Fiyah mengambil selembar roti lagi lantas pergi meninggalkan neneknya, "Fiyah keatas dulu ya, ganti baju."

Neneknya mengangguk.

Fiyah kembali keatas, berganti pakaian dan mengambil tasnya lalu memeriksa buku apa saja yang akan dibawanya ke sekolah.

"Ini buku sejarah nggak usah gue bawa lah ya," gumam Fiyah seraya mengeluarkan buku tersebut, "ini ekonomi sama geografi juga, oh sama astronomi nggak usah gue bawa."

Matanya membulat ketika melihat tasnya kosong karena buku-buku yang sudah dikeluarkannya tadi. "Lah, terus gue bawa apa?"

"Pensil aja satu." sambung Fiyah kemudian menutup tasnya lalu berjalan keluar kamar, "Kalau bisa minjem, kenapa harus bawa."

Fiyah mampir sebentar ke ruangan service untuk mengambil pesanan Ishak, kemarin. Ia mencium kopiah Ishak, wangi. Iyalah, 'kan habis dicuci. Biasa, tipikal orang jatuh cinta.

"Nenee, Fiyah berangkat dulu."

"Hm."

Fiyah datang terlalu pagi ke sekolah, sehingga jadilah ia bermalas-malasan di kelas. Kelasnya ada di lantai dua, sementara kakinya enggan melangkah naik keatas. Jadilah ia duduk di bangku panjang depan meja piket.

Beberapa murid berlalu-lalang karena matahari sudah naik keatas, syukurlah, sekolah tidak terlalu sepi.

"Fiy," Fiyah menoleh, ternyata bu Ina.

"Ya, Bu?"

"Tumben jam segini udah dateng?"

"Ehm. Iya," ujar Fiyah, "Kepagian, Bu."

Bu Ina tersenyum, "Ada-ada aja, ikut ibu ke ruang guru, yuk."

Alis Fiyah menaut menandakan kebingungan.

"Ikut dulu, nanti dijelasin." ujar Bu Ina langsung melangkah, sementara Fiyah dengan lesunya mengekor.

Dirinya masuk keruang guru betapa terkejutnya Fiyah melihat punggung tegap itu berada disana. Duduk membelakanginya dan berhadapan dengan Bu Endang; bendahara sekolah.

"Gini, Fiy," ujar Bu Ina ketika sampai diruang guru, "Kamu belum bayar SPP bulan kemarin?"

Oh, jadi itu alasannya.

Fiyah mengangguk kecil, sementara Bu Ina tersenyum.

"Bukan apa-apa, Fiy. Kalau kamu nunggak nya sampe tiga bulan lebih kan kasian kamu nya jadi keteteran. Nah, mumpung masih sebulan, Ibu kasih tau aja, biar cepet rampung."

Fiyah mengangguk mengerti, "I-iya bu,  saya usahain bayar."

Tanpa mereka sadari, ada orang yang mendengar ucapan tadi.

Fiyah menarik langkah gontai keluar, hingga ia tersadar terlupa akan sesuatu. Dirinya memutuskan untuk duduk di kursi panjang depan ruang guru dan mengeluarkan kopiah yang tadi dibawanya--punya Ishak.

"Shak," panggil Fiyah ketika pintu terbuka, "Ini punya lo." Fiyah menyodorkan benda tersebut didepan Ishak.

Dengan senang hati, Ishak mengambilnya. "Makasih ya."

Osis vs RohisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang