Part 6

1K 86 0
                                    


WWF 6

"Selamat pagii..." sapa Shilla pada setiap orang yang dilewatinya.

Orang-orang yang mendengar sapaan Shilla itu meliriknya sebentar lalu langsung memaklumi jika itu adalah Shilla.

Memang sudah banyak yang meragukan kewarasan gadis itu.

"Lo liat Cakka nggak?" tanya Shilla pada Bagong begitu masuk ke dalam kelas.

Bagong yang melihat gelagat Shilla buru-buru menutupi perut buncitnya dengan tangannya, was-was jika sewaktu-waktu Shilla kembali menyikutnya seperti waktu lalu.

"Gue nggak liat Shill, serius!" jawab Bagong tampak serius. Shilla mendecakkan lidahnya dan kembali menyusuri koridor kelas. Shilla sudah pergi ke gudang dilantai tiga dan tidak ada Cakka disana, ia juga sudah kesana kemari mencari pemuda itu tapi tidak ada jejak dimanapun.

Rasanya tidak mungkin Cakka tidak masuk sekolah hari ini sementara motornya, terparkir manis di parkiran sekolah.

Lalu kemana?

Disisa-sisa waktu sebelum bel masuk, akhirnya Shilla menemukan Cakka di atap sekolah. Shilla tidak tau bagaimana cara Cakka membuka pintu kesana, karena setaunya pintu itu selalu terkunci.

Dari kejauhan Shilla dapat melihat asap rokok Cakka yang mengudara, perlahan ia mendekati Cakka dan berujar, "lo suka tempat ini?"

Cakka menoleh begitu mendengar suara Shilla, ia melemparkan sisa-sisa batang rokoknya ke lantai dan menginjaknya.

"Lo selalu tau dimana gue," ucap Cakka.

"Karena gue berusaha mencari," balas Shilla.

Cakka mengangkat bahunya acuh. Shilla mendekati Cakka hingga ia tepat berada dihadapan pemuda itu, tangannya tiba-tiba merampas bungkus rokok dari tangan Cakka yang membuat pemuda itu terkesiap kaget.

Tak hanya itu yang membuat Cakka kaget, lebih lagi begitu Shilla mengambil salah satu batang rokoknya dan bersiap seolah ia akan merokok.

"Lo gila?" omel Cakka setelah menghentakkan batang rokok itu dari jari Shilla.

"Lo nggak mau berhenti merokok kan? Kalau gitu gue yang akan merokok," ucap Shilla.

Cakka menghela nafas kasar merampas bungkus rokok dari tangan Shilla dan melemparnya sejauh yang ia bisa.

"Lo bisa lakuin itu tapi nggak dihadapan gue," ucap Cakka.

"Kenapa nggak? Bukannya lo nggak peduli apa aja yang gue lakukan?" Cakka bergeming.

"Dan sekarang lo malah kelihatan seperti orang yang benar-benar peduli,"

Shilla mengangguk-anggukkan¬ kepalanya. "Rokok nggak baik buat kesehatan, lo bisa aja kena impotensi. Nah, setelah itu, lo pikir cewek mana yang mau sama lo? Atau jangan-jangan udah kena?" ucap Shilla yang membuat Cakka tidak bisa untuk tidak syok mendengarnya.

"Lo..." Cakka tidak dapat berkata-kata lagi dan meninggalkan Shilla begitu saja. Shilla yang melihat punggung Cakka yang semakin menjauh malah cekikikan tidak jelas. Geli sendiri memikirkan Cakka terkena impotensi. Ck ck.

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Shilla langsung mengikuti Cakka hingga ke parkiran. Ia ber, "pstt...psstt," ria seperti ban kempis.

Namun Cakka sama sekali tidak mendengarnya dan malah pergi begitu saja mengendari motornya.

Dan ini bukan pertama kalinya jika Shilla menguntit Cakka.

Shilla mendesah ragu ketika jarak antara motornya dan motor Cakka terpaut jauh, namun Shilla tidak menyerah dan menancapkan gasnya hingga rasanya tubuhnya akan terbawa angin.

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang