Part 9

1.3K 104 9
                                    

WWF 9

Shilla refleks memejamkan matanya begitu merasakan bibir Cakka menyapu bibirnya. Jantungnya berdegub sangat kencang hingga rasanya akan lepas dari tempatnya.

Ini bukan kali pertama bibirnya bersentuhan dengan bibir Cakka, meskipun begitu ini adalah ciuman pertama mereka.

Ciuman pertama mereka!

Begitu Cakka menjauh, Shilla mundur selangkah.

Bibirnya membeku tak bisa berkata-kata, masih terasa aroma tembakau dan mint juga sedikit rasa vanilla dari es krim yang dimakannya, ah itu perpaduan yang benar-benar aneh.

"Kita pulang," ucap Cakka yang langsung menarik tangan Shilla untuk pergi dari tempat itu.

Ini terlihat bodoh ketika Shilla hanya diam, mengikuti Cakka, dan membiarkan es krim ditangannya mencair.

"Lo harusnya nggak biarin ini cair," ucap Cakka ketika mereka tiba di mobil.

Pemuda itu mengambil es krim Shilla dan membuangnya, ia mengambil beberapa tissu lalu membersihkan sisa-sisa es krim yang mencair ditangan gadis itu.

"Kenapa lo lakuin ini?" tanya Shilla akhirnya.

"Sekarang, gue benar-benar salah paham,"

Mendengar itu Cakka mendongak, ia hanya memandang Shilla sejenak lalu menarik pedal gasnya tanpa memberikan balasan atas ucapan gadis itu.

Shilla menghela nafas panjang, mengajak Cakka berbicara sama seperti mengajak patung berbicara, ia mengalihkan pandangannya keluar jendela dan ikut membisu seperti yang Cakka lakukan.

"Mulai sekarang, lo boleh lakukan apapun yang lo mau," ucap Cakka akhirnya.

Shilla menoleh dan mengernyit mendengar itu.

"Lo boleh akui gue pacar lo sesukanya,"

Kerutan dikening Shilla semakin tampak jelas.

"Apa?" tanya Shilla, meminta Cakka untuk mengulangi kata-katanya tadi.

"Bantu gue,"

"Untuk apa?"

"Bantu gue, keluar dari tempat yang buat gue tersesat," sambungnya.

Shilla mengerjap, ini Cakka kan?

Ia ingin Shilla untuk apa? Menariknya keluar dari kenangan masa lalunya?

"Apa itu ajakan pacaran?" tanya Shilla.

Cakka diam dan Shilla anggap itu jawaban 'Ya'.

"Oke, setuju," ucap Shilla lalu tersenyum lebar. Moodnya sudah lebih baik sekarang.

Kalau tau Cakka akan khawatir padanya jika ia tidak mengaktifkan ponselnya dan terlambat pulang, Shilla pasti sudah melakukannya sejak kemarin-kemarin.

"Tapi... Dari mana lo tau kalau gue ada di taman itu?" tanya Shilla.

"Insting," jawab Cakka sekenanya.

Shilla mengangguk-anggukkan¬ kepalanya, "terus, kenapa lo nyium gue?" tanyanya lagi.

Cakka yang awalnya memasang wajah datarnya kini tampak tersedak ludahnya sendiri, "refleks,"

Shilla memelototi Cakka, "APA? REFLEKS?!"

Refleks katanya? Jadi ciuman tadi hanya gerakan refleks? Jika ini dalam sebuah film, adegan ciuman itu pasti dikatakan kesalahan.

"Jadi, lo nyium gue itu kesalahan?"

"Gue nggak bilang itu kesalahan,"

"Jadi apa?"

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang