Part 13

1.2K 108 20
                                    

WWF 13

Seminggu sebelum ujian akhir sekolah dilaksanakan, Shilla sering sekali melihat Mamanya absen masuk ke sekolah. Di rumah, Mamanya menjadi mendadak pendiam dan ia sering mendengar Papa dan Mamanya cekcok.

Awalnya Shilla sama sekali tidak curiga tentang apapun sampai hari ini, ia mendengar Mamanya berteriak pada Papanya. Seumur-umur, ia baru kali ini mendengar Mamanya berteriak seperti itu pada Papanya.

Itu semua membuat Shilla terus bertanya-tanya hingga ia tidak bisa tertidur.

"MAMA BILANG NGGAK YA ENGGAK!!" teriakan Mamanya kembali terdengar sampai ke kamarnya.

Shilla melirik jam dinding dan mengeluh dengan pertengkaran Papa dan Mamanya di larut malam seperti ini.

To : Cakka Field

'Udah tidur?'

Send.

Dan selama terjaga, Shilla mengirimkan Cakka pesan singkat.

From : Cakka Field

'Gue tau lo kenapa'

Hanya butuh beberapa detik saja, Shilla sudah menerima pesan balasan dari Cakka.

'Emang kedengeran ya?'

'Hmm'

'Gue ngk bisa tidur'

'Mau keluar?'

Tanpa berfikir dua kali lagi, Shilla tentu saja menerima tawaran Cakka.

"DIAMM!!"

Baru saja Shilla menginjakkan kakinya di anak tangga pertama suara teriakan Mamanya kembali terdengar, jantung Shilla seolah melompat dari tempatnya karena kaget mendengar itu.

Shilla kesal sekali, ia merasa marah dengan apa yang didengarnya, sebenarnya ia tidak ingin ikut campur dengan masalah kedua orang tuanya tapi mendengar teriakan-teriakan itu akhirnya dengan sengaja Shilla melemparkan vas bunga kristal milik Mamanya ke lantai hingga pecah berkeping-keping.

Hanya ada dua kemungkinan ketika kedua orang tuanya mendengar suara itu, mereka berhenti bertengkar atau semakin meninggikan suara.

Shilla keluar dari rumah begitu memecahkan vas itu, ia berjongkok di depan gerbang rumah sambil memeluk dirinya sendiri. Ini lebih baik dari pada ia berada di dalam rumah dan mendengar pertengkaran orang tuanya.

"Kenapa lo disini?"

Shilla mendongak begitu mendengar suara disekitarnya. Alih-alih menjawab, Shilla malah memalingkan wajahnya dan menangis begitu saja.

Cakka ikut berjongkok dihadapannya, ia memandang Shilla lalu mengusap air mata dipipi gadis itu dengan ibu jarinya.

"Kenapa lo malah nangis disini?"

Bukannya menjawab pertanyaan Cakka, Shilla malah semakin menjadi-jadi, ia menangis hingga sesenggukan dan tubuhnya bergetar hebat.

"Cakka... Gue harus gimana?" tanya Shilla diantara isak tangisnya.

Cakka hanya diam saja, tampak tidak menemukan jawaban dari pertanyaan Shilla.

Bagaimana mungkin, orang yang meskipun mereka tau mereka saling jatuh cinta tapi mereka masih saja bertengkar?

"Raih tangan gue, ketika lo merasa hidup tidak adil dan dunia terasa sulit," Cakka berbisik.

Shilla masih menangis ketika ia merasakan lengan Cakka merangkul kepalanya dan memeluknya.

Meskipun Shilla tau kalau dalam rumah tangga segalanya tidak selalu berjalan mulus tapi tetap saja ia benci fakta kalau Papa dan Mamanya bertengkar. Itu membuatnya merasa kesal, marah juga ketakutan diwaktu bersamaan.

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang