Part 8

1.3K 108 6
                                    

WWF 8

Seandainya Shilla memiliki kekuatan supernatural, kekuatan yang paling Shilla inginkan adalah kekuatan untuk dapat menghentikan waktu.

Ia ingin menghentikan waktu ketika seperti ini, Cakka berada dihadapannya, memandangnya dan mengucapkan 'cepat sembuh' padanya. Shilla tidak tau kalau kecelakaan ini malah akan membuatnya bahagia setengah mati, rasanya ia seperti menang lotre spesial.

"Jangan salah paham," ucap Cakka setelah hening beberapa saat.

"Nggak! Gue salah paham," ucap Shilla.

"Lo datang kesini, dan gue anggap ini bentuk ke khawatiran lo ke gue," sambungnya.

"Sepertinya gue salah datang kesini,"

Shilla mendengus, "eiy, bilang 'iya' aja apa susahnya sih,"

Cakka bergeming dan mengalihkan pandangannya ke layar ponselnya.

"Gue senang lo dateng kesini," ucap Shilla.

Hening. Cakka tidak menggubris ucapan Shilla.

"Gue anggap lo peduli walaupun lo terus amenyangkal itu,"

"Kalau lo nggak diam, gue pulang," ancam Cakka yang membuat Shilla mengerucutkan bibirnya.

Suasana kembali hening begitu Shilla diam dan itu malah terasa seperti suasana kelas ketika ujian.

Ponsel Shilla berdering memecahkan keheningan, mendengar itu Cakka dan Shilla sama-sama menoleh ke arah meja. Tangan Shilla berusaha menggapai ponsel namun Cakka lebih dulu mengambilnya.

"Kalau lo angkat telefon ini, gue pulang," ucap Cakka setelah membaca nama kontak si penelfon diponsel Shilla.

Shilla mengernyit dan mengambil ponselnya dari tangan Cakka.

Axl Dinata Calling...

Sesaat kemudian ia bimbang untuk menerima panggilan itu karena ancaman Cakka.

"Ck," ia mendecakkan lidahnya dan akhirnya membiarkan ponselnya terus berdering.

"Sebagai gantinya lo harus disini sampai malam nanti," ucap Shilla.

Shilla yakin 100% kalau ia melihat Cakka menyeringai mendengar ucapannya, meskipun tidak tau arti dari seringaian itu tapi Shilla yakin ada kepuasan dari tatapannya.

Pintu kamar rawat Shilla kembali terbuka, tampak Mocha dan Latte berjalan penuh minat ke arahnya.

"SHILLA!" pekik keduanya yang membuat Shilla hampir jatuh dari ranjangnya hanya karena mendengar suara mereka.

"Lo baik-baik aja kan?"

"Lo sehat kan?"

"Kok bisa nabrak sih? Lo bego apa tolol?"

"Udah gue bilang minta beli mobil juga,"

Shilla mendecakkan lidahnya mendengar ucapan-ucapan Mocha dan Latte yang membuatnya pusing tujuh keliling, bagaimana mungkin ia punya sepupu seperti mereka ini?

Apa Shilla pura-pura amnesia saja? Dan bilang, 'lo siapa ya?' mungkin dengan begitu keduanya akan jadi cewek pendiam.

"SHILLA?" panggil Mocha dan Shilla mendongak.

"Apaan sih? Bawel banget dari tadi!" ucap Shilla kesal.

Pandangan Mocha dan Latte kini beralih pada Cakka, tatapan keduanya sekarang berubah menjadi tatapan napsu seolah siap menerkam Cakka kapan saja.

"Eiy, jangan liat-liat," sentak Shilla pada Mocha dan Latte.

"Gue Mocha,"

"Gue Latte," disaat Shilla melarang keduanya untuk tidak melihat Cakka seperti itu, Mocha dan Latte malah menyodorkan tangan mereka minta kenalan.

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang