Part 16

903 109 27
                                    

WWF 16

Shilla mengusap air matanya yang tiba-tiba saja menitik. Awalnya, ia tidak berniat nangis-nangis lebay jika Cakka akan berangkat ke Singapura nantinya, tapi karena perasaannya yang tak tertahan Shilla pun akhirnya merasa sedih juga ketika mereka tiba di bandara.

Cakka yang tampak seperti biasa malah membuat Shilla semakin sedih, ini memang kelihatan sekali kalau hanya dia yang jatuh cinta setengah mati pada pemuda itu.

"Gue akan segera kembali," ucap Cakka berusaha menenangkan Shilla yang sudah terlanjur menangis.

"Gimana kalau sebulan disana lo lupa sama gue?" tanya Shilla sedih.

Cakka tersenyum dan membawa Shilla kedalam pelukannya. "Nggak akan," ucap Cakka meyakinkan Shilla.

"Gimana kalau tiba-tiba lo suka sama cewek lain?"

Cakka terdiam untuk beberapa detik.

"Tuh kan!" Shilla malah semakin sedih karena tidak mendapat jawaban dari Cakka.

Cakka memeluk Shilla erat. "Harusnya itu jadi pertanyaan gue. Gimana kalau lo suka sama cowok lain? Gue tau lo orang yang mudah jatuh cinta,"

"Siapa bilang? Gue emang suka sama cowok-cowok ganteng tapi gue nggak jatuh cinta semudah itu ke mereka,"

"Fine, mulai sekarang berhenti suka sama cowok manapun kecuali gue. Berhenti liat cowok manapun kecuali gue,"

Shilla mengangguk setuju. Walaupun sebenarnya tidak benar-benar yakin.

Setelah terdengar suara operator yang mengatakan pesawat yang akan Cakka naiki akan segera lepas landas Cakka pun melepaskan pelukannya dari Shilla.

"See you soon," ucap Cakka lalu mencium puncak kepala Shilla sebagai salam perpisahan.

--

Di hari-hari awal setelah kepergian Cakka, Shilla benar-benar tidak mood melakukan aktivitas apapun selain makan-tidur dirumah. Papanya saja sampai heran dengan tingkah laku putrinya itu. Lalu hari ini, Mocha dan Latte datang ke rumahnya dan menyeretnya untuk ikut dengan mereka pergi ke mall.

"Muka lu jelek banget Shill, sumpah," komentar Latte saat mereka sedang makan siang.

Mocha terkekeh. "Sejak kapan muka Shilla cantik?"

Shilla mendengus mendengar setiap kalimat dari Mocha dan Latte, suasana hatinya sedang tidak baik, dan dua orang dihadapannya malah membuat suasana hatinya semakin buruk saja.

"Gue foto ah, biar gue masukin Instagram," ucap Mocha lagi, kali ini dengan ponsel ditangannya.

"Lo berdua brisik!" ucap Shilla kesal.

Mocha dan Latte malah tertawa mendengar kata-kata Shilla.

"Yakin nih gue Cakka pasti udah terpesona sama cewek-cewek Singapur,"

"Lo aja nggak pernah dihubungi, tuh berarti Cakka udah lupa sama lo,"

Mendegar mulut kompor Mocha dan Latte membuat Shilla sebal sendiri. Tapi, gimana kalau bener? Gimana kalau ternyata Cakka bener-bener lupain gue? Ah, nggak mungkin lah baru juga seminggu Cakka disana. Tapi kan cowok emang suka gitu, cuma bisa kasih-kasih janji.

"Yaudah Shill, karena gue baik mending lo ikut gue sama Mocha blind date aja, gimana?"

Shilla mengernyit. "Ngapain juga gue ikut-ikut gituan,"

"Ini demi kebaikan lo, mana tau setelah dicampakkan Cakka lo bisa langsung move on,"

"Lagian ini juga cuma buat senang-senang,"

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang