WWF 14
Shilla pikir proses dicintai dan mencintai itu tidak serumit ini. Tapi, ketika ia mengalaminya, segalanya terasa sangat rumit. Terkadang kita mencintai dan yang kita cintai tidak mencintai kita, dan terkadang kita dicintai namun sulit sekali untuk mencintainya kembali.
Seperti itulah cinta sering sekali terjadi.
Shilla merasakan seluruh tubuhnya menjadi kaku sesaat setelah Cakka mengucapkan bahwa ia akan melupakan Vaika jika Shilla melakukan hal yang sama pada Axl. Tapi entah mengapa itu malah terdengar seperti ia sudah kalah. Ck.
"Ashilla Q!" Sesorang memanggil namanya saat itu juga, Shilla berterima kasih kepada orang yang memanggilnya karena itu ia berhasil menghindari Cakka.
"Lo harus membedakan tempat orang yang sedang lo cintai dan orang yang pernah lo cintai," ucap Shilla berniat menyudahi percakapan mereka.
Cakka bergeming lalu Shilla berbalik dan menoleh pada Mocha dan Latte yang saat itu berada tak jauh dari tempat mereka.
"Shilla cepetan!" Mocha dan Latte langsung menarik Shilla begitu mendekat.
"Kenapa sih?" tanya Shilla kesal.
Mocha dan Latte tampak panik, keduanya hanya menyeret Shilla hingga terus berjalan cepat ke parkiran dan masuk ke dalam mobil mereka.
"Motor gue!" pekik Shilla yang sama sekali tidak di gubris Mocha dan Latte.
Anehnya didalam mobil juga ada Papa Daniel dan Mama Neta, mereka membawa Shilla ke rumah sakit tempat Mamanya di rawat, Shilla tidak perlu penjelasan lebih untuk tau kalau pasti ada sesuatu yang terjadi. Begitu keluar dari mobil, Shilla berlari ke ruang ICU seperti yang Mocha dan Latte katakan ketika diperjalanan.
Shilla kaget sekali melihat beberapa saudara dan kerabat orang tuanya berdiri di ruang tunggu, mendadak lututnya terasa lemas hingga membuat langkahnya jadi terasa berat.
"Shilla, yang sabar ya sayang," ucap salah seorang kerabat orang tuanya yang tiba-tiba mendekat kearahnya dan membantunya berjalan.
"Pa..." Shilla memanggil Papanya yang berada didalam ruangan.
Alan merengkuh Shilla kedalam pelukannya yang membuat air matanya tak terbendung lagi.
"Papa kenapa?" tanya Shilla yang juga melihat sudut mata Papanya berair.
"Pa... Mama kemana?" tanyanya lagi.
Alan mencium puncak kepala Shilla. "Mama bilang kamu cantik," itu yang Papanya katakan dan itu malah membuat tangisnya semakin pecah.
"Mama mana?" tanya Shilla diantara isakannya.
Alan membawa Shilla ke balik tirai yang berada disisi lain ruang ICU. Saat itu Shilla merasa seperti hatinya remuk tak berbentuk melihat Mamanya terbaring diatas ranjang dengan mata yang terpejam sempurna, wajahnya pucat dan alat-alat medis sudah terlepas dari tubuhnya.
"Ma.. Ma..." panggil Shilla.
Ia berlalri memeluk tubuh Mamanya yang sudah lunglai tak bernafas, ruangan hening itu berubah menjadi ruang duka untuk Shilla.
"Nggak... Nggak mungkin!" Shilla terus berteriak histeris seolah apa yang baru saja ia lihat bukanlah kenyataan.
"Mama..." panggilnya berkali-kali.
Alan yang berada tepat disamping Shilla hanya bergeming, air mata juga membasahi pelupuk matanya. Nyatanya, ia bahkan sudah tak bisa menangis lagi karena rasa sakit yang begitu dalam menusuk hatinya.
"Pa... Tolongin Mama... Dokter, tolong!!!"
Shilla merosot ke lantai, kakinya terasa lemas hingga ia tak dapat menopang tubuhnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where We Fell
RomanceWhere We Fell. Genre : Romance + Comedy Ratings : PG-13 Sinopsis : Kisah ini tertulis sejak Ashilla Q bertemu dengan Cakka Field Nuraga. Ia tidak dapat berhenti memikirkan lelaki itu, bahkan ketika Cakka tidak pernah memikirkannya sekalipun. Shilla...