Part 11

1.2K 119 13
                                    

WWF 11

Ujian akhir sekolah sudah didepan mata, sebentar lagi kegilaan masa SMA akan segera berakhir.

Ah, rasanya seperti baru semalam Shilla memakai seragam putih abu-abunya dan sekarang hanya dengan menghitung jari saja, ia sudah harus melepaskannya. Waktu memang berlalu sangat cepat.

Hubungannya dengan Cakka juga masih begitu-begitu saja, Cakka masih pergi ke makam mantan pacarnya setiap minggu, ia juga sama sekali tidak ingin membahas tentang itu, dan terus melarangnya dekat dengan Axl.

Ah ya, juga sejak UAS semakin dekat. Ia dan Cakka semakin jarang bertegur sapa karena sibuk dengan kegiatan belajar masing-masing.

Itu semua malah membuat Shilla semakin pusing.

"Ma.. Pa.. Shilla berangkat dulu,"

Setelah menyelesaikan sarapan paginya, Shilla langsung berpamitan dengan kedua orang tuanya.

"Nggak mau Papa anter?" tanya Alan.

Shilla menggeleng samar, "Shilla sendiri aja, Pa," ucapnya.

Setelah mengucapkan itu, Shilla bergegas keluar dari rumah.

Shilla berjalan gontai ke gudang di lantai tiga begitu ia tiba disekolah, ini bahkan menjadi kebiasaannya untuk pergi kesana setiap pagi. Alasannya tentu saja untuk bertemu Cakka dan memastikan pemuda itu tidak merokok.

"Nih," ucap Shilla setelah melewati pintu gudang dan bertemu dengan Cakka.

Cakka memandang Shilla sejenak dan beralih pada buku ditangan Shilla yang ia sodorkan. Itu adalah buku 'Latihan Soal UN' milik Shilla yang Cakka belikan, gadis itu hanya harus menjawab setiap soal dan Cakka akan memerika jawabannya.

Itu malah seperti menegaskan, bahwa dirinya adalah gadis bodoh yang beruntung berpacaran dengan lelaki pintar seperti Cakka.

Cih, tapi... Benar, sih.

"Besok gue nggak pergi kesini, lo bisa pulangi buku gue pas pulang sekolah atau dirumah," ucap Shilla.

Cakka menganggukkan kepalanya.

"Apa lo nggak ingin tau kenapa?" tanya Shilla karena mendapat reaksi anggukan saja.

"Kenapa gue harus ingin tau?" Cakka balik bertanya.

"Ck, jadi lo nggak mau tau alasannya?"

"Hmm,"

"Jadi lo nggak peduli kalau gue besok pergi sekolah sama Axl?" tanya Shilla memancing-mancing Cakka.

Cakka menaikkan alisnya, "Axl?"

"IYA!"

"Kalau gue bilang nggak, lo juga bakalan tetap ngotot,"

Shilla mendecih, "lo benar-benar cowok nggak peka," dan setelah mengucapkan itu, ia segera pergi meninggalkan Cakka.

Sialan! Bahkan pemuda itu sama sekali tidak mengejarnya.

Selama perjalanan menuju kelasnya, tak henti-hentinya Shilla mendengus kesal, beberapa siswa yang ia lewati hanya dapat menggelengkan kepala, dalam hati berkata, 'harap maklum'.

"Muka lo jelek banget Shill, sumpah!" ucap Rere begitu Shilla duduk dibangkunya.

"Kenapa lo?" tanya Rere.

"Gue kesel. Rasanya gue kayak mau bikin puisi, 'pecahkan saja gelasnya...' Ah! Cowok brengsek!" teriak Shilla lalu memukul kasar mejanya.

Rere yang melihat teman semejanya sudah seperti orang kerasukan jadi ngeri sendiri.

Where We FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang