Chapter 14

343 31 5
                                    

Chapter 14 What is My Mistake?

Akashi POV

Sudah hampir seminggu aku berkeliaran di langit jepang. Rasanya tinggal di dunia manusia membuat hatiku menjadi lemah. Mengikuti tata cara dan kebiasaan manusia. Dan ini sungguh menjengkelkan. Kupikir waktu tujuh tahun di dunia manusia adalah waktu yang singkat, tapi faktanya bahkan baru satu tahun aku tinggal disini dan itu membuatku sangat tersiksa. Entah kenapa aku selalu ingin bertemu dengan mereka, kepala kuning yang menjengkelkan, si datar Tetsuya, dan si cerewet Tetsuna. Bahkan aku berpikir bagaimana jadinya jika aku tidak mempunyai teman seperti mereka di dunia manusia. Tunggu? Apa aku sudah mengatakan bahwa mereka temanku? Aku benar-benar tak mengerti sebenarnya apa yang terjadi denganku.

Sudah seminggu ini aku menghindari Tetsuya, dia terlalu keras kepala untuk mengetahui masa laluku. Disamping itu, aku tak ingin jika masa laluku terungkap, itu pasti akan menyakiti Nijimura. Untuk saat ini dan tak tau sampai kapan aku belum bisa menemui Nijimura entah kenapa aku benar-benar ingin sendirian.

Selama satu tahun, aku sungguh menikmati kehidupan sekolah. Ternyata sekolah itu menyenangkan walaupun juga membosankan karena aku selalu menguasai semua mata pelajaran dengan cepat. Aku juga selalu bertanya-tanya bagaimana keadaan dunia iblis sekarang. Kira-kira bagaimana pandangan rakyat padaku setelah aku melakukan semua itu?

Pandanganku yang lurus ke arah langit terganggu seketika terngiang suara Tetsuna dengan mantra untuk memanggilku. Padahal aku benar-benar tak ingin menemui siapapun saat ini, tapi karena aku sudah terikat olehnya, mau tak mau aku benar-benar harus bertemu dengannya.

Aku memutuskan untuk masuk melalui kamar Tetsuna seperti saat pertama kali aku melakukannya, tapi bedanya aku tak ingin mengacau dengan membuka paksa jendela Tetsuna. Aku tak ingin bertemu Tetsuya untuk saat ini, karena saat aku berhadapan dengannya, itu selalu membuat ku bingung bagaimana aku harus bersikap kepadanya.

Aku mengetuk jendela kamar Tetsuna, tak berapa lama ia membukanya dan menampilkan senyuman yang begitu lebar di hadapanku. "Akashi-kun, kenapa kau masuk lewat jendela kamarku? Tumben sekali?" aku mengabaikannya dan hanya melangkah untuk masuk kamarnya dan duduk di depan meja belajarnya. "Jadi, ada apa kau memanggilku?" ucapku tanpa basa-basi. Moodku hari ini dalam keadaan terburuk dan kuharap Tetsuna tak akan membuat masalah padaku malam ini.

"Aku tak menginginkan apapun dari mu. Aku hanya ingin bertemu dengan mu saja." Aku mengerutkan alisku. Ini benar-benar menjengkelkan, memanggilku hanya untuk tujuan tak penting. aku memilih tak menanggapi dan menunggu Tetsuna untuk melanjutkan penjelasannya. "Kenapa kau tak masuk sekolah seminggu ini?" ucapnya membuatku tambah tak berniat untuk bicara dengannya. Adik dan kakak sama saja. "Aku hanya sedang tak ingin sekolah." Aku benar-benar tak habis pikir, wanita yang ada di hadapanku ini sungguh tak berguna. Kenapa aku harus mendapat majikan seperti dirinya.

"Bisakah aku mengatakan sesuatu padamu?" ucapnya lagi. Aku hanya membalas bicaralah apapun itu. "Tetsuya-nii akhir-akhir ini benar-benar aneh. Ia sangat jarang keluar dari kamarnya, ia bahkan terkadang tak makan dan selalu membuat alasan tak jelas yang membuatku tak mengerti. Aku sangat sedih melihatnya. Wajahnya begitu pucat, sedih dan cemas setiap kali aku bertemu dengannya. Dan ia sering sekali pergi tanpa mengatakan apapun padaku. Aku harus bagaimana Akashi-kun?"

Aku sedikit kaget saat mengetahui keadaan Tetsuya. Aku benar-benar tak habis pikir apakah ini berdampak begitu besar pada dirinya. Entah kenapa setiap aku mendengar namanya aku selalu peduli dengan Tetsuya. "Akashi-kun maukah kau melakukan sesuatu untuk ku?" ucapnya. "Tolong cari tau apa yang sebenarnya terjadi dengan Tetsuya-nii." Secara tak langsung itu adalah perintah bagiku. Kupikir mungkin aku juga harus bicara dengan Tetsuya tentang masalah ini. Jadi malam itu aku berpikir untuk menerima perintah dari Tetsuna.

-0-

Senin pagi itu, aku memutuskan untuk masuk sekolah, melihat bagaimana keadaan Tetsuya. Saat aku memasuki kelas, benar saja, Tetsuya terlihat lebih kurus dari biasanya, dan juga ia terlihat sangat suram. Aku melewati tempat duduknya, tapi aku sangat terkejut karena dia mengabaikanku. Padahal seminggu kemarin ia selalu mencariku untuk mendapat penjelasan. Aku melihat situasinya, Tetsuya benar-benar menjadi pendiam, ia tak pernah mengatakan apapun saat melihatku atau menunjukkan ekspresi apapun. Ia terlihat kosong dan terlihat tak mempunyai semangat hidup. Aku sedikit khawatir saat melihat keadaannya. Tunggu? Khawatir? Kupikir ini benar-benar gawat, bukan hanya aku membunuh dan membenci kaumku sendiri sekarang aku menjadi peduli dengan kaum manusia. Apakah hatiku telah berubah menjadi lembut?

Pagi itu, pelajaran yang bahkan tak ingin ku pelajari saat ini mendapat tugas untuk membua karya tulis ilmiah. Dan lagi-lagi, aku sekelompok dengan Tetsuya. Aku tak terlalu ambil pusing, karena satu kelompok dengan nya pun cukup mengunungkan mengingat Tetsuya adalah orang yang rajin. "Sensei.." aku menengok ketika seseorang yang sangat ku kenal mengangkat tangannya. Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang akan ia katakan kepada sensei. "Bisakah aku mengganti teman sekelompok ku?" aku mengangkat alisku, bertanya-tanya atas dasar apa ia berani mengatakan seperti itu?

"Maaf Tetsuya. Tidak bisa, ini sudah dibagi berdasar teman yang cocok." Tetsuya seperti mau marah. Terlihat jelas sekali di wajahnya, tapi hanya satu kata yang keluar dari mulutnya. "Baiklah." Dengan nada yang sangat dingin ia menjawab sensei dan kembali duduk dengan tenang.

Untuk kesekian kalinya, aku merasa heran kenapa Tetsuya berubah. Apa karena begitu banyak masalah yang menimpanya? Ataukah dia sedang sakit? Saat istirahat, aku tak kuat untuk menahannya, akhirnya aku melenggang ke tempat duduknya tapi Tetsuya pergi meninggalkan ku begitu saja. Kulihat ia pergi ke kantin, dan duduk di paling pinggir sendirian. Aku berinisiatif membelikan milkshake dan pergi ke tempat duduknya. "Ini untuk mu."

Tetsuya menatapku dengan tajam, mengambil milkshake ku dan dengan kagetnya ia berjalan ke arah tong sampah dan membuangnya begitu saja. Aku ingin saja mengeluarkan kemarahanku dengan sangat. Tapi aku mencoba bersabar dan mencari tau ada apa dengan Tetsuya sebenarnya.

-0-

Bel pulang sekolah berbunyi, aku dengan cepat menghampiri Ryota. "Ryota, bisakah kau ikut dengan ku sebentar? Ada yang ingin ku bicarakan denganmu mengenai Tetsuya. " Kulihat Ryota sedikit bingung, tapi aku benar-benar harus memaksanya agar aku tau apa yang sebenarnya terjadi pada Tetsuya.

Pada akhirnya, kami berada di maji burger saat ini. "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan-ssu?" ucap Kise langsung ke inti permasalahan. "aku tak ingin basa-basi, apa yang terjadi dengan Tetsuya saat ini. Kenapa ia begitu membenciku dengan tiba-tiba?" Raut wajah Ryota berubah drastic. Aku tau pasti ada yang tidak beres dengan Tetsuya. "Ah, aku juga tidak tau, mungkin Tetsuyacchi sedang banyak masalah."

"Bukankah kau teman dekatnya?" kulihat Ryota sedikit jengkel, "Apakah karena aku teman dekatnya aku tau segalanya tentangnya?" baiklah, mungkin Ryota tak bisa memecahkan rasa penasaranku. "Baiklah aku akan mencari taunya sendiri."

dn.nI����rn

Wish For 7 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang