Chapter 19 Sacrifice
Ketika Tetsuya meninggalkan restoran, Kise maupun Akashi tidak berniat untuk mengejarnya. Mereka memutuskan untuk berdiskusi kecil tentang apa yang baru saja di bicarakan. "Hei, apa menurutmu Tetsuya akan setuju?" ucap Akashi agak ragu karena tanggapan Tetsuya yang menurutnya berlebihan.Kise terlihat menggeleng. "Entahlah, kupikir ia akan setuju, karena menurutku rencana ini cukup bagus, tidak saling membunuh dan tidak ada pihak yang terlalu di rugikan." Akashi berpikir sejenak, "Apa menurutmu, aku harus bicara langsung pada Tetsuna?"
Kise hampir saja menyemprot Akashi dengan cola yang ada dimulutnya. "Ah kurasa jangan, karena Tetsuya yang terlalu protektif dan posesif terhadap Tetsuna, aku takut ia mengira kau menghasut Tetsuna. Biarlah ia memutuskannya sendiri. Mungkin ia memang butuh waktu."
Akhirnya Akashi dan Kise sepakat untuk membiarkan Tetsuya sendiri dan memberikannya waktu tiga hari untuk memikirkannya.
-0-
Di jalan pulang, pikiran Tetsuya kacau. Benar-benar kacau, entah harus berpikir apa lagi. Bahkan kini pikirannya kosong. "bagaimana ini?" monolognya. "apa aku harus membicarakannya dulu pada Tetsuna?"
Tetsuya memilih untuk cepat-cepat pulang dan memutuskan untuk tidak pergi bekerja dulu. Sesampainya di rumah, Tetsuna terlihat sedang menonton tv sambil menyeruput coklat panas yang di genggamnya. "Kenapa kau membolos Tetsuya-nii? dari mana saja kau?" ucapnya agak ketus tapi terlihat tidak marah. "Ah dari mana kau tau?"
"Midorima-kun mengatakannya padaku." Entah apa raut wajah Tetsuya saat ini. "Ano.. itu.. aku..." putusnya. Tetsuya menggaruk leher belakangnya. Tetsuna tau ia gelisah saat ini. ia pasti punya masalah. "Mandilah dulu Tetsuya-nii, kita akan bicarakan ini setelah pikiran mu tenang." Tetsuya menyetujuinya dan langsung pergi ke kamar.
"Mungkin aku harus membicarakan ini kepada Tetsuna." Ucap Tetsuya pada diri sendiri lagi. Seluruh tubuhnya ia hangatkan dengan air panas itu, bahkan kepalanya kadang ia tenggelamkan ke dalam bak mandi agar lebih tenang. "Ah bagaimana aku mengatakannya?" Tetsuya terlihat kesal dan menjambak rambutnya sendiri.
Keluar kamar mandi, ponsel Tetsuya yang terletak di kasur berbunyi tanda pesan masuk.
"Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik? Sebelumnya mungkin aku harus minta maaf. Tapi, hanya itu cara terbaik yang ku punya saat ini. jika kau memang ingin membunuhku untuk menyelamatkan Tetsuna. Aku akan melakukannya untukmu."
Terlihat pesan yang cukup panjang dari si surai merah. "Ah Akashi-kun. apa dia sudah punya hati sekarang?" tak di sangka Akashi telah mengirimkan pesan seperti itu. Tetsuya masih mengeringkan rambutnya yang basah, ia telah siap keluar kamar dengan kaus putih dan celana pendeknya.
Tetsuna terlihat telah menyuguhkan kue dan coklat panas diatas meja makan. Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam, tapi mereka tak berniat makan malam karena suasana yang tak mendukung. "Hangatkan dirimu dulu Tetsuya-nii. duduklah. Ayo kita bicara pelan-pelan."
-0-
Tetsuya Pov
Aku benar-benar damai melihat wajahnya. Ia tak tampak marah, kesal atau apapun. Ia tampak tenang dan aku sangat menyukainya. "Jadi apa yang terjadi dengan mu hari ini nii-chan? Kenapa kau membolos?" ucapnya dengan wajah tersenyum. "aku tidak akan marah padamu. Jadi bicaralah. Aku akan menuruti semua perkataan mu mulai sekarang nii-chan bukankah aku telah berjanji?" ucapnya lagi. Dan itu membuat terharu.
"Ano... Tetsuna. Aku akan membicarakan hal yang sedikit sensitif atau mungkin berat bagimu. Tapi ku harap kau memutuskan nya dengan bijak. Aku akan menghargai semua keputusanmu." Ucapku. Aku sedikit takut bahwa Tetsuna akan menyetujuinya tapi jika ditanya aku juga tak bisa mengambil pilihan bahwa aku akan membunuh Akashi-kun. ah ini benar-benar membuat ku sakit kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish For 7 Years
FanfictionMenemukan sebuah botol aneh mungkin adalah takdir yang mempertemukan kita. Rasa penasaran akan jati diri seorang Akashi Seijuurou membuat Kuroko Tetsuya harus memikirkan cara yang pas untuk mencari taunya. Akashi Seijuurou. Kuroko Tetsuya. Telah di...