Chapter 17

297 31 3
                                    

Chapter 17 Nothing.

Si kepala merah terlihat terbang di langit Tokyo pada sore hari, ia tak peduli jika banyak orang yang melihatnya. Kepalanya kini sakit karena pertistiwa tak penting yang terjadi akhir-akhir ini. "Aku tau ia menyayangi adiknya tapi kenapa sampai seperti itu. Toh aku juga tidak akan macam-macam padanya, masalah kontrak itu mungkin memang sudah takdir." Ucap Akashi sembarang pada dirinya sendiri.

Saat Akashi terbang ke sembarang arah terlihat si kepala biru tengah berlarian terengah-engah. Matanya terus tertuju pada laki-laki biru. Wajahnya sungguh sarat akan kekhawatiran. Akashi memutuskan untuk mengikuti kemana Tetsuya pergi. Sangat pelan dan teratur, Tetsuya terlihat bertermu si kepala kuning di tengah taman rimbun di pusat kota.

Terlihat Tetsuya terengah saat menghampiri Ryota. Akashi mencoba untuk menyelinap, menguping dan mencari tau apa yang sedang terjadi saat ini. Di kejauhan, Akashi melihat Tetsuya yang sangat emosional dan bahkan mata merahnya tak bisa membohongi Akashi bahwa ia kini benar-benar panik.

"Apa yang harus kulakukan? Apa aku terlalu keras pada Tetsuna?" ucap Tetsuya dengan tatapan kosong. "Baiklah, kita bicarakan itu nanti saja-ssu. Ayo kita cari Tetsunacchi bersama."

Akashi menangkap inti pembicaraan mereka. Rupanya surai biru panjang selaku majikannya itu kini entah ada dimana keberadaannya. Tetsuya dan Kise terlihat berpencar untuk menanyai teman sekolah nya satu per satu. Bahkan ponsel nya tak pernah luput dari telinga si surai biru. Mengecek satu per satu nomor kontak yang ada diponselnya barangkali kenalannya ada yang tahu dimana Tetsuna saat ini.

Akashi tak beranjak dari tempatnya sejak Tetsuya dan Kise meninggalkan taman itu. Ia tau ini adalah kesempatannya bertemu dengan Tetsuna tanpa ada yang tahu. Karena Akashi dan Tetsuna memiliki ikatan perjanjian. Akashi tau betul dimana Tetsuna berada saat ini. Akashi bersiap mengepakkan sayapnya, terbang dengan kecepatan tinggi dan membelah langit Tokyo. "Untuk apa dia berada sejauh ini?" kira-kira sepuluh menit sejak ia meninggalkan taman. Ia telah dapat melihat dari kejauhan surai biru yang diterpa angin.

-0-

Akashi mendarat dengan sempurna di tengah rumput dengan pemandangan senja yang sangat indah. Ya, Tetsuna sedang ada di pinggir sungai menikmati senja yang sebentar lagi berganti malam. "Sedang apa kau disini?" ucap Akashi tanpa basa-basi. Ia duduk di sebelah Tetsuna dengan menekuk kakinya mengikuti posisi Tetsuna. Tetsuna terlihat sangat kaget melihat Akashi ada di sampingnya. Sontak, ia terkejut dan langsung memeluk Akashi. 'Apa-apaan anak ini?' ucapnya dalam hati. "Ada apa dengan mu?" Akashi tak habis pikir dengan sikap manusia. Tiba-tiba menangis lalu memeluk. Apa maksudnya semua ini.

"Diamlah dulu, biarkan aku begini untuk sebentar saja." Akashi tak menolak tapi tubuhnya juga tak merespon pelukan Tetsuna. "Kakak mu sungguh khawatir. Ia mencari mu kemana-mana, Ryota juga. Jangan buat mereka cemas." To the point memang ciri khasnya.

Tanpa melepas pelukannya, "Kau pikir kenapa aku seperti ini? dan apa penyebab semua ini terjadi? itu semua karna kau Akashi-kun." tanpa melepas wajah kaku nya, Akashi tak merespon. Tetsuna melepas pelukannya, ia menatap Akashi lama. Memerhatikan setiap ukiran indah yang ada di hadapannya. Terbawa suasana, Tetsuna menempelkan bibirnya dengan pemuda iblis di hadapannya. Tetsuna berusaha untuk menikmati setiap inchi kulit lembut yang menempel dengan miliknya. Tapi kali ini Akashi memberontak. ia tersentak dan memegang bahu Tetsuna. "Hentikan." Ucap Akashi tegas.

"Aku mencintaimu, Akashi-kun." ucapnya lantang dengan keyakinan. Mata Tetsuna menatap dalam ke heterokrom milik Akashi. "Maaf, aku tak mengenal apa itu cinta. Jadi kau tak bisa mencintaiku." Akashi berdiri lalu membersihkan sisa rumput yang tertinggal di celananya. "Apa maksudmu? Aku telah suka padamu sejak pertama kita bertemu."

Wish For 7 YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang