"....Sekian yang dapat saya sampaikan. Saya harap, kalian semua memilih saya sebagai ketua osis yang baru. Terima kasih" bertepatan dengan itu suara tepuk tangan bergemuruh di lapangan sekolah. Danar baru saja menyelesaikan kampanyenya mengenai visi dan misinya untuk menjadi calon ketua osis yang baru
"Danar!" panggil Charissa ketika melihat sahabatnya ingin kembali ke kelas. Danar berhenti dan berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya. Senyumnya kembali mengembang dan ia merentangkan kedua tangannya.
Melihat itu, Charissa berlari menghampiri Danar dan berhambur ke dalam pelukan sahabatnya.
Charissa melepaskan pelukannya dan melihat Rafi beserta Vio yang datang menghampiri mereka
"Waduu, selamat pagi pak caketos" sapa Vio sambil merangkul bahu Danar
"Duh ya tau, kalo gebetannya jadi caketos"
"Apaan sih Fi" ucap Charissa sambil berusaha menyembunyikan rona merah dipipinya
"Utututu, pipinya merah"
"Ih, pergi sana lo" usir Charissa
"Kita emang udah mau pergi, ya gak bro?" Tanya Vio yang langsung dijawab oleh Rafi
"Yoi bro" lalu mereka pergi begitu saja membuat Charissa dongkol setengah mati
"Dasar idiot" Danar tertawa mendengar umpatan Charissa pada Vio dan Rafi
Charissa mendongak menatap Danar "Lo hebat. Gue yakin, habis ini fans lo pasti bertambah" ucap Charissa mantap
"Ya walaupun gitu, lo tetep sahabat gue selain dua cunguk itu tadi" mendengar penuturan Danar, Charissa tersenyum dan mencubit pinggang Danar
"Aduh, kok gue di cubit sih?" keluh Danar sambil mengusap pinggangnya
"Hehe, sorry. Gemes gue sama lo" Danar dan Charissa sama sama tersenyum
"Balik ke kelas yuk" ajak Danar. Charissa mengangguk dan mereka berdua berjalan menyusuri lorong sekolah yang telah sepi.
^^^
"Aduh, sumpah. Danar kece abis"
"Iya, apalagi tadi pas penutupan. Senyumnya, ya Tuhan. Gak kuat gue"
"Duh, kalian lebay tau gak? Biasa aja kali" ucap Aerilyn menanggapi sahabatnya
"Ae, lo masih normal kan? Masa lo ga bisa nyadarin cowok sekece itu?" Tanya Abigail
"Iya gue tau dia kece. Tapi dia itu adik kelas. Lo berdua mau nggebet adik kelas? Sarap lo pada"
"Gapapa lagi. Kan berondong, lumayan tuh" sahut Trixie.
Gadis yang kerap disapa dengan Ae tersebut menggelengkan kepalanya dan mencoba fokus pada novel yang sedang ia baca tadi. Beberapa menit kemudian, terdengar pintu terbuka. Sontak semua anak melihat kearah pintu. Ae tak menghiraukan hal tersebut. Ia masih tenggelam dalam bacaannya sampai Abigail yang kebetulan satu bangku dengannya menyenggol lengan Ae.
Ae menoleh ke Abigail dengan tatapan bertanya. Belum sempat menjawab seseorang memanggil namanya"Aerilyn" Ae menatap seseorang yang memanggilnya. Ia bagaikan batu sekarang, tak berkutik sedikitpun. Dengan susah payah Ae menelan ludahnya dan berusaha menjawab
"I-iya?" tanyanya gugup
"Boleh ikut gue bentar gak?"
"Uhm, bo-boleh" lalu Ae berdiri dan keluar kelas mengikuti orang tersebut. Jantungnya berdetak tak karuan. Keringat dingin membasahi tangannya.
Orang tersebut berhenti didepan kelas Ae dan berbalik. "Gue cuma mau nawarin. Lo mau gak, nyanyi di pensi HUT sekolah bulan depan?"
Ae sedang tak fokus. Pikirannya terbagi pada laki laki didepannya. Tanpa sadar, Ae mengangguk dan membuat laki-laki itu tersenyum. Ae tak berkedip melihat senyuman itu"Bagus. Nanti gue kabarin lagi, siapa temen duet buat lo" lagi-lagi Ae hanya mengangguk
"Kalo gitu, gue balik ke kelas. Makasih Ae" matanya melebar begitu mendengar laki-laki itu menyebut nama panggilannya
"Sama-sama Ron" akhirnya Ae bisa mengeluarkan suaranya.Ron pergi meninggalkan Ae yang sedang mematung dengan hati berunga-bunga.
Begitu Ron menghilang di belokan lorong sekolah, Ae tersenyum lebar dan masuk kedalam kelas.
Ron atau Ronaldy Agya Purnama adalah teman seangkatannya, ia sudah mengagumi Ron sejak ia masih menduduki kelas 7 smp sampai sekarang. Entah kenapa ia tak ingin Ron tahu tentang perasaannya. Namun disisi lain, ia lelah karena terlalu lama menyimpan perasaannya.
Saat itu, Ron sedang beristirahat di bawah pohon palem setelah bermain futsal dengan teamnya. Ae merasa pada saat itu Ron terlihat cool dengan keringatnya yang terkena sinar matahari. Ia memiliki lesung pipit di kedua pipinya. Kulitnya yang putih dan perawakan yang tinggi. Siapa yang tak akan tergoda dengan hal itu? Tapi sayang, saat ini Ron tak memberikan respon apapun. Walau Ae telah mencoba membuat kode untuk Ron agar dia peka."Lo habis diapain sama si Ron?" Tanya Trixie saat gadis itu duduk di bangkunya.
"Gue tadi tuh habis di tawarin nyanyi di pensi HUT sekolah bulan depan"
"Terus lo iya in?" Ae baru ingat bahwa ia menyanggupi tawaran Ron
"I-ya. Duh, mati gue. Gimana nih? Tadi gue gak konsen sama sekali"
"Ya, mau gimana lagi. Lo uda nyanggupin tawaran itu. Jadi mau gak mau lo harus tetep tampil bulan depan" ujar Abigail.
Ae tersenyum kecut dan kembali membaca novelnya, membiarkan kedua sahabatnya tengelam dalam pembicaraan yang tak menarik baginya'Sialan' umpat Ae dalam hati
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kelasku, Ketua Osisku, Pacarku
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Ombak jahat ya. Dia terus-terusan nerjang karang, bikin karangnya jadi bolong seakan-akan karang itu rapuh" ujar Danar dari belakang Ae yang entah sejak kapan berada disana "Ombak emang bikin karang jadi bolong. Tapi lihat, bolongan i...