THE LAST

147 3 2
                                    

Setelah Danar pulang, Ae merebahkan diri di tempat tidurnya. Menghadap ke atap dan menerawang apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Rumah lumayan sepi, papa akhirnya pergi bersama rekan kerjanya. Mama mungkin sedang bertelpon ria dengan teman arisannya di kamar. Dan Aaron, entahlah.

Ide iseng Ae muncul. Ae bangkit menuju kamar Aaron. Terdengar suara berisik dari dalam. Tanpa mengetuk Ae langsung masuk dan mendapati Aaron sedang bermain game di playstationnya.

“Gak bisa ngetuk pintu dulu apa”Aaron berdecak sebal. Tampakya ia masih kesal dengan Ae gara-gara kejadian tadi pagi.
Ae duduk di sebelah Aaron dan mengambil stik playstation yang menganggur. Memencet tombolnya dengan asal. Toh, juga tak berpengaruh pada permainan Aaron.

“Pacar lo, anak mana?”

“Anak sini, temen sekolah gue. Kenapa?”

“Nggak papa, tanya aja.”

“Pacar lo, mana kak?” Ae mematung sebentar. Skak mat! Harus jawab apa nih, gue? Tanya Ae dalam hati.

“Pacar gue bentar lagi dateng”

Ae diam-diam meringis, “Dateng ke mimpi lo, kan?” ujar Aaron langsung menertawakan Ae. Sialan!

“Kak, mau gue kasih tau sesuatu gak?”

“Pacar gue, adiknya Kak Ezha”

“SUMPAH LO, DEMI APA!”

“Kagak usah teriak di kuping gue juga kampret” Ae hanya cengengesan sambil memikirkan hal lain. itu dia! Kak Ezha!

^^^

“Hai, sorry gue telat” Ae menoleh melihat Kak Ezha yang baru saja sampai.

“Eh, kak, gak papa. Gue juga baru dateng”
Kak Ezha duduk di hadapan Ae. sambil menepuk-nepuk bekas air yang meresap di jaketnya.

“Diluar hujan, kak?” tanya Ae.

“Iya, gak deres, sih. Gerimis doang” Ae hanya ber-oh ria sambil mengangguk paham. Setelahnya, dia meringis sendiri.

“Sorry ya, kak. Gara-gara gue lo jadi kebasahan gini”

“Gak usah minta maaf kali, dek. Gue kebetulan ada di deket sini, makanya begitu lo telpon tadi, gue langsung dateng. Yah, walaupun telat dikit”

“Gue juga heran. Perasaan tadi pagi cerah-cerah aja. Sekarang hujan” Kak Ezha tersenyum. “Oh iya, katanya lo mau curhat. Curhat apa?”

“Pesen makanan dulu aja, kak. Biar santai. Lagian pasti laper, kan?”

Kak Ezha tertawa, “Tau aja lo, dek. Ya udah deh, gue pesenin sama aja kayak, lo” Ae memanggil pelayan dan memesan pesanannya.

Setelah pelayan tersebut pergi, Ae memulai sesi curhatnya. Ae memulai ceritanya dari Ron yang tiba-tiba saja mendekati Ae. Kemudian, saat berpacaran. Semua sikap Ron yang mencurigakan bagi Ae, dia ceritakan. Bahkan sampai bagian dimana Abigail, sahabatnya sendiri menikungnya. Dan tak lupa, ia juga bercerita tentang ‘misterious-man’. Kak Ezha diam memperhatikan. Sesekali mengangguk dan bergumam. Cerita Ae teputus saat makanan mereka datang.

“Nah, lo kan udah tau apa yang harus lo lakuin, kan?” tanya Kak Ezha sambil meminum jus yang dipesankan Ae tadi.

“Iya, gue juga uda putusin si Ron. Tapi, masalah yang sebenarnya itu bukan disitu, kak” Ae yang tadi sudah menggulung mienya, kembali meletakkan garpunya dan menyandarkan punggungnya ke kursi.

“Masalahnya, setiap kali gue ada masalah sama Ron, setiap kali gue butuh seseorang buat nemenin gue disaat Ron gak bisa, setiap kali gue butuh seseorang buat lari dari Ron, ‘dia’ ada, kak”

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang