Ae menghentak-hentakkan kakinya di lantai mall. Masa bodoh dengan tatapan aneh para pengunjung mall lainnya. Ia kesal. Bagaimana tidak? Mantannya saja sudah punya yang baru, masa dirinya tidak? Ia malu. Harga dirinya searasa seperti diinjak-injak ketika mengatahui pacar baru mantannya itu super lebih darinya. Lebih pintar, lebih cantik, lebih tinggi, dan kelebihan lainnya.
Ia juga masih kesal dengan laki-laki disebelahnya sekarang. Bukannya membelanya, ia malah memuji semua kelebihan pacar baru mantannya itu.
Wajah Ae sudah seperti singa sekarang. Rambutnya sedikit berantakan karena ia mengacak-acaknya tadi. Matanya memicing kesegala arah. Tangannya terkepal erat dan mulutnya terkatup rapat.
"Udah dong ngambeknya, diliatin banyak orang noh. Gak malu apa?"
"Bo.do.a.mat!" ujar Ae kemudian berlalu terlebih dahulu ke food court dan duduk disalah satu bangku kosong. Ae melipat tangannya diatas meja dan menelungkupkan wajahnya disana
"Lo mau pesen apa, Ryn?" Tanya Danar sambil celingukan mencari stand makanan yang ingin ia beli
Dengan cepat Ae mengangkat wajahnya dan menatap Danar horror."Jangan panggil gue Iryn" rengek Ae setengah kesal. Iryn adalah panggilan sayang dari Azka untuknya. Baginya, hanya Azka yang boleh menyebut nama panggilannya itu.
"Emang kenapa? Cowok tadi juga manggil lo Iryn" ujar Danar pura-pura bodoh. Sebenarnya ia tahu kalau panggilan itu merupakan panggilan sayang dari mantannya. Dan Danar juga tahu kalau perempuan didepannya ini belum sepenuhnya move on, alias gagal move on.
Ditambah lagi tadi mantannya membawa pacar baru dan mengenalkannya pada 'kak jutek'. Tadi ia hanya ingin menggoda 'kak jutek' nya lagi, tapi ternyata 'kak jutek' nya ini kesal berkelanjutan.
"Pokoknya gak boleh! Lo panggil gue Ae aja. Gak usah pake embel-embel apapun" Danar menghela nafas dan bangkit dari duduknya.
Ae tak peduli dengan Danar sekarang. Terserah laki-laki itu mau apa. Lalu Ae kembali menelungkupkan wajahnya di dalam lipatan tangannya. Danar menengok sekilas kearah Ae. Dilihatnya perempuan itu sedang menelungkupkan kepalanya. Danar menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Sepuluh menit kemudian, Danar kembali dengan nampan di tangannya. Ae pun sudah meredakan emosinya. Kini ia sedang duduk manis dan memainkan ponselnya
"Nih, makan. Maaf kalo lo gak suka sama makanan pilihan gue" Ae menoleh kearah nampan di tangan danar dan sedetik kemudian senyuman Ae mengembang. Bagaimana bisa Danar tahu kalau ia sangat suka terhadap kwetiaw? Dengan cepat Ae mengambil satu piring kwetiaw tersebut dan mulai makan dengan lahap. Danar yang melihat itu, hanya tersenyum senang. Ternyata, pilihannya tak salah.
Satu suapan lolos ke dalam mulut Ae. Ia mengunyahnya perlahan menikmati rasa kwetiaw favorit nya dan kemudian menelannya. "Lo kok tau gue suka sama kwetiaw?"
"Mana gue tau kalo lo suka sama kwetiaw. Gue cuma milih makanan yang sekiranya lo suka. Habisnya gue bingung juga. Gue nanya ke lo, tapi lo nya gak jawab. Ya udah dari pada diterkam sama macan betina, mending nggak usah tanya"
"Sialan, ngatain gue macan betina. Tapi, makasih ya. Seenggaknya lo bisa ngembaliin senyum gue hari ini" ujar Ae tulus dengan senyuman tulus pula. Danar mengangguk dan mulai memakan makananya
Mereka makan dalam diam. Hanya suara bising orang-orang disekitarnya dan dentingan sendok yang terdengar. Ae sudah menyelesaikan makannya. Kemudian ia teringat acara HUT sekolah bulan depan. Apa yang harus ia lakukan? Ia sudah terlanjur meng iyakan tawaran Ron dan tak mungkin juga tiba-tiba ia membatalkannya
"Mm, Nar. Gue mau tanya sama lo" ucap Ae ragu. Awalnya Ae ragu untuk bertanya. Tapi mau bagaimana lagi? ia sendiri bingung apa yang harus ia lakukan. Ia butuh masukan untuk ini
"Tanya aja. Mau tanya apaan? Tanya gue udah punya pacar apa belom? Belom kok gue masih 'free agent' " ujar Danar dengan kekehan diakhir
"Bukan, pede banget sih. Gue tuh mau tanya tentang pendapat lo. Kan gue ditawarin buat tampil di HUT sekolah bulan depan dan gue setuju. Tapi tiba-tiba gue berubah pikiran. Terus gimana menurut lo? Apa gue batalin aja ya?" jelas Ae dengan sedikit berbohong. Tak mungkin ia akan cerita kalau ia menjawab tawaran Ron tanpa sadar. Bisa-bisa laki-laki didepannya ini akan menertawakannya
Danar tak langsung menjawab. Pikirannya melayang pada tawaran kak Ron tadi siang. 'Jangan-jangan yang kak Ron maksud duet sama anak kelas dua belas itu Ae' pikir Danar.
Ae yang melihat Danar diam saja langsung melambaikan tangannya didepan wajah Danar "Hallo"
Danar terkesiap dan langsung menatap Ae "Kalo menurut gue. Mendingan jangan dibatalin, lagian ini HUT sekolah yang terakhirkan buat lo? Jadi mending lo tetep tampil aja"
"Iya sih, tapi gue gak yakin penampilan gue bakalan bagus" ujar Ae masih ragu. Memang Ae bukan tipe anak yang pemalu atau apapun itu. Tapi ini berbeda. Ia tak yakin dengan keputusannya ini
"Tenang aja, gue jamin penampilan lo bakalan keren kok" Danar masih terus meyakinkan Ae untuk tetap percaya diri
Ae tersenyum dan melihat jam tangannya "Nar, udah sore. Pulang yuk"
^^^
"Makasih ya Nar. Lo udah baik banget sama gue. Padahal dari kemaren kerjaan gue cuma marah-marah mulu sama lo" Ae tersenyum geli mengingat dirinya yang bawaannya marah mulu kalo deket sama Danar
"Gak papa kok. Gue tau lo masih kesel sama gue gara-gara novel lo itu kan?"
"Tapi udah nggak kok. Kan lo udah ngganti novel gue. Oh iya, lo mau masuk dulu apa gimana?"
"Ngga usah deh. Nggak enak juga ini udah mau Maghrib. Lo masuk dulu aja baru gue pulang" ujar Danar sambil tetap menunjukan senyum manisnya
"Ya udah, makasih ya" Danar mengangguk.
Ae masuk kedalam rumahnya sambil terus tersenyum. Ia bahagia hari ini. Entah kenapa ia mulai nyaman jika berada didekat danar. Namun dengan segera ia tepis rasa itu. Ia hanya suka pada Ron. Hanya Ron
Sedangkan Danar masih berada didepan rumah Ae. Ia mengeluarkan ponselnya dan mendial satu nomor disana. Begitu seseorang yang ditelfon Danar menjawab panggilannya, Danar langsung berkata
"Halo kak, tawaran lo yang tadi siang masih berlaku nggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adik Kelasku, Ketua Osisku, Pacarku
Teen Fiction[SLOW UPDATE] "Ombak jahat ya. Dia terus-terusan nerjang karang, bikin karangnya jadi bolong seakan-akan karang itu rapuh" ujar Danar dari belakang Ae yang entah sejak kapan berada disana "Ombak emang bikin karang jadi bolong. Tapi lihat, bolongan i...