PEREMPUAN LAIN

164 8 0
                                    

”AE! LO DIMANA SIH? UDAH JAM DUA BELAS INI!” Ae langsung menjauhkan ponselnya begitu merasa telinganya terancam oleh suara cempreng Abigail.

“Iya, iya. Gue lagi on the way ini. Sabar dong. Lo sama Trixie jalan-jalan dulu kek, apa kek, cuci mata sono.”

Dengan satu tangan, Ae berhasil memasang sepatu dan menyambar tasnya. Dengan tergesa ia turun tangga dan mencomot satu kue sus coklat yang mamanya buat tadi pagi.
Tanpa suara, Ae minta pamit pada mamanya dan berlari keluar menuju taxi yang telah menunggu di depan rumahnya,

“SABAR PALA LO! KITA DISINI UDAH SEJAM DAN LO BARU OTW?” Ae menjauhkan ponselnya dari telinga lagi. Diliriknya jam di ponselnya. Jam 12.03. Ia meringis sendiri.

“Sorry. Ya udah ya, gue di jalan. Bye” Ae langsung mematikan sambungan teleponnya dan menghembuskan nafas panjangnya lewat mulut yang membuat poni panjang Ae tertiup ke depan.

Siang ini, Ae ada janji sama Trixie dan Abigail buat ngerjain tugas kelompok di café salah satu pusat perbelanjaan.
Tadi pagi, Ae bangun jam Sembilan. Ae pikir jam sebelas itu masih lama, jadi Ae tidur lagi. Niatnya sih cuma tidur sekitar lima belas sampai tiga puluh menit doang. Eh, malah ketiduran sampe jam setengah dua belas. Jadilah dia telat.

Sabtu siang adalah jam termacet. Pasti semua orang pada keluar rumah. Kalo gak sekedar jalan-jalan, paling juga muter-muter doang. Nah benernya orang-orang yang kayak gitu itu yang bikin macet. Ae menghela nafas lagi dan melrik jam tangannya. Jarinya bergerak cemas di atas tas yang dia pangku.

“Maklumlah neng, jam segini emang macet. Apalagi kalo hari Sabtu, beuhh, macet bener” ujar supir taxi yang mengantar Ae. Ternyata sedari tadi pak supir tahu masalah Ae. Udah telat, dimarahin temen, macet juga. Lengkap udah.

Ae hanya tersenyum dan menggumamkan kata, “iya”

Tanpa sadar, Ae menolehkan kepalanya ke jendela yang berada tepat di sebelah kirinya. Perlahan dahinya mengkerut dan matanya menyipit. Sedetik kemudian matanya membesar.

Danar.

Ae melihat Danar yang sedang mengendarai motornya tak jauh dari taxi yang ditumpanginya.

Ae tahu itu motor Danar dan juga helmnya. Danar juga terjebak macet seperti dirinya. Hanya saja, Danar terlihat membonceng seorang perempuan. Kalau dilihat dari wajah imutnya, kira-kira umurnya setahun di bawah Danar. Ae tak kenal siapa perempuan itu.

Dengan cepat ia sambar ponselnya yang ia letakkan di sampingnya tadi. Sambil terus mengawasi keduanya, Ae membuka aplikasi kamera di ponselnya. Dengan sekali tekan, Ae sudah punya fotonya. Ae mengambil beberapa foto. Bahkan ada foto saat Danar menoleh ke kanan sehingga bagian mata dan pangkal hidungnya terlihat walau Danar memakai helm fullface.

Dan nampaknya Danar tak menyadari bahwa taxi yang  tak jauh darinya itu mengangkut Ae.

Baguslah.

Tampaknya lalu lintas sudah normal kembali. Kini semua kendaraan mulai berjalan. Begitupun dengan Danar yang sudah memacu motornya lebih cepat dari pada taxi yang Ae tumpangi. Tak apa, setidaknya kini Ae punya sesuatu yang bisa dijadikan ancaman bagi Danar.

^^^

“Selesai. Nah, kalau kayak gini kan, kita bisa jalan-jalan dulu” ujar Trixie semangat. Abigail dan Ae hanya tertawa kecil. Lalu mereka langsung pergi dari café tersebut setelah membayar pesanan mereka.

Ae melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Disana menunjukan pukul 15.25. Masih ada dua jam lebih tiga puluh lima menit buat jalan-jalan sebelum mama nelpon biar Ae cepet pulang.

Sebenarnya ini juga kesempatan bagus biar Ae, Abigail, dan Trixie deket lagi. Soalnya semenjak Ae pacaran sama Ron, Ae jadi jarang jalan sama mereka. Jangankan jalan, ke kantin bareng aja udah gak pernah. Ini nih yang bikin Ae gak suka. Gara-gara pacar, jadi susah kumpul sama sahabat. Tapi untungnya, Abigail dan Trixie ngerti keadaan dan perasaan Ae. Ae bersyukur akan itu.

Saat hendak mengantre untuk membeli es krim, Ae kembali melihat Danar dengan perempuan yang dibonceng tadi sedang memegang es krim masing-masing. Mereka berdiri tak jauh dari Ae. Si perempuan sedang mengambil tissue di dalam tasnya kemudian mengusapkannya ke hidung Danar yang¬-mungkin-tadi terkena es krim.

Ada sebuncah rasa tak suka dalam diri Ae. Bisa dilihat dari tatapan matanya. Matanya memicing tak suka dengan ekspresi datar. Kemudian Ae sadar, mengapa ia tak suka jika Danar dekat dengan perempuan lain? Dengan sekali hembusan Ae mencoba fokus kembali pada antreannya.
Namun, saat hendak menoleh kembali, seseorang menepuk pundaknya. Dan ternyata itu Ron. Ron berdiri di belakangnya dan barusan menepuk pundaknya.

Ae kaget bukan main. Tapi kekagetannya langsung berganti dengan wajah datar. Ingatannya tentang pertengkaran mereka seminggu yang lalu masih terngiang di otaknya. Sebenarnya Ae sudah tak marah lagi. Ae hanya masih kesal dengan perkataan Ron waktu itu. Ditambah lagi sekarang moodnya memburuk gara-gara Danar.

Ae diam, sampai Ron yang angkat bicara, “Gue, mau ngomong sama lo, bisa?”

Jika Ae diam saja, masalahnya tak akan selesai. Maka dari itu, Ae mengangguk kemudian meminta izin pada Abigail dan Trixie untuk pergi dengan Ron sebentar. Dari ekspresi mereka berdua, bisa ditebak kalau mereka terkejut pula. Apalagi Abigail, mulutnya terbuka sedikit dan matanya terbelalak.

Ae dan Ron berhenti di tempat Danar dan perempuan tadi berdiri. Samar-samar Ae masih bisa mencium aroma parfum Danar. Dan seketika moodnya bertambah buruk.
“Mau ngomong apa?” tanya Ae to the point

“Maaf ya?”

Sudah Ae tebak bahwa itu yang akan Ron katakan. Ae tersenyum manis sambil menatap Ron, “Uda gue maafin kok.”

“Beneran?” Ae hanya mengangguk dan tersenyum lebih lebar.

“Mau jalan bareng gue?”
Ae berpikir sebentar, ia menoleh ke arah sahabatnya yang masih mengantre,“Tapi, Abigail sama Trixie, gimana?”

“Sorry ya, Ron. Gue mau ngeluangin waktu gue buat mereka. Jadi, kayaknya gue ga bisa jalan sama lo, deh, Ron” putus Ae pada akhirnya. Ia sudah membulatkan putusannnya. Hari ini adalah harinya dengan Trixie dan Abigail.

“Oh, gitu. Ya udah, lo balik sana. Gue mau nyusul nyokap gue. Bye” Ron mengacak rambut Ae dan langsung berlalu pergi.
Ae menghela nafasnya. Sebenarnya apa sih yang sedang ia rasakan sekarang? Kenapa jantungnya tak lagi berdetak seperti dulu saat ia bersama Ron? Dan kenapa, ia merasa tak suka jika Danar bersama perempuan lain?

×××××

Hai, hai, haiiiiiii
Gue comeback membawa update an😂

Gara gara kemaren ada yang komen sih, seneng aja gitu. :))

Makasi buat kalian yang masih stay, nyimpen cerita absurd ini di library kaliannnn, terharu gueee :(😢

Yaaaaaaa, kaya yang aku bilanglahhh, vomment kalian bener bener mendukung.

Thanks All💘

Love,
Byun Baekhyun's one and only wife

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang