MAWAR PUTIH

181 6 0
                                    

"Lo, apa-apaan sih?"

"Sorry, gue kira tadi lo itu Ron"

"Lo lagi marahan sama Ron? " Ae diam sambil memutar matanya ke atas­, seakan akan tengah mencari objek yang lebih bagus untuk dilihat. Pertanyaannya tak dijawab, Danar ikut diam. Selintas ide muncul di otaknya

"Gue ajak pergi gimana?" Ae menatap Danar dengan dahi berkerut

"Udah, ikut gue aja, yuk!" Ae tak lagi memberontak, ia sedang tidak mood untuk bertengkar. Karena Danar tak membawa mobil ataupun motor, mereka memutuskan untuk berjalan. Setelah berjalan dengan diam selama lima menit, mereka tak kunjung samapi di tempat tujuan. Ae mendongak menatap Danar. Danar balas menatapnya namun tak mengatakan apa-apa,

"Gue gak punya arah tujuan, terserah lo mau kemana" ujar Danar sambil terus memandang Ae. Ae merasa tak nyaman dan memutuskan kontak matanya dengan Danar.

"Kalo gitu balik aja"

"Lo mau ketemu lagi sama Ron?" Ae mendengus dan berjalan mendahului Danar. Ae berjalan kearah halte. Duduk dan menunggu bis tujuannya datang. Danar hanya bisa diam dan mengikuti kemana Ae pergi. Toh, ia juga sedang kabur dari Charissa.

"Lo mau kemana sih?" Ae masih terus berjalan dan mengacuhkan pertanyaan Danar. Ae benar-benar kalut. Ia lelah menunggu kiriman dari 'misterious-man'nya. Ditambah kini ia jarang berkumpul dengan kedua sahabatnya, membuat keadaan menjadi canggung.

"Ae, gue masih disini. Emang sekarang gue gak keliatan ya?"

"Berisik"

Danar diam. Ia tak ingin menambah kekesalan Ae. Mungkin kini Ae sedang PMS ditambah masalahnya dengan kak Ron. Hanya itu yang terlintas dipikirannya. Danar memutar otaknya. Berharap menemukan ide bagus untuk mengembalikan mood Ae. Lalu ia berpikir. Kenapa ia sangat peduli pada Ae? Sahabatnya sendiri saja tadi ia tinggal kabur. Kemudian ia mengangguk sendiri. Ya, ia hanya peduli sebagai teman. Teman? Apakah Ae menganggapnya teman? Atau hanya sebatas adik kelas?

"Lo, nganggep gue apa?" tanya Danar secara tiba-tiba. Ae mendongak menatap Danar kemudian menunduk lagi.

"Temen?"

"Temen" senyum Danar mengembang. Ia melihat kedepan dan melihat sebuah taman bermain. Ide bagus untuk mengembalikan mood Ae. "Ae, kesana yuk!"

Ae mengikuti pandangan Danar. Selintas masa lalu muncul diotaknya. Ini tamannya. Maksudnya, ini tamannya dengan Azka. Dimana dia menghabiskan waktunya dengan Azka, bertengkar dengan Azka, tertawa bersama Azka, menangis bersama Azka, dimana Azka mencium keningnya untuk pertama kali saat malam 2th annivnya dengan Azka. Dengan segera ia mengenyahkan ingatan itu. Bagaimana bisa ia berjalan ke sini? Ia tak punya niatan untuk pergi kesini. Tapi kini Danar malah mengajaknya ke taman itu. Tidak, ia harus menunjukan pada Danar bahwa ia sudah benar-benar move on dari Azka. Ae mengangguk dan kembali berjalan.

"Lo tunggu di sini. Gue ke sana dulu" ujar Danar, kemudian ia pergi.

Ae menghela nafas panjang dan mencoba tersenyum saat melihat dua anak kecil sedang bermain ayunan. Yang perempuan sedang duduk di ayunan dan yang laki-laki sedang mendorong lutut si perempuan dari depan agar ayunan berayun lebih tinggi. Lagi-lagi ia teringat pada Azka. Azka pernah melakukan hal itu juga kepada Ae. Ae berteriak kencang karena takut ketinggian dan si Azka malah tertawa sambil terus mendorong Ae. Ae tersenyum. Kini senyuman manis yang sering ia tunjukan pada Azka yang muncul. Tiba-tiba si perempuan berteriak dan menangis. Si anak laki-laki pun diam melihat si perempuan jalan kearah jungkat-jungkit di pojok taman dan duduk disana.

"Ba!" Ae terkesiap dan kemudian memukul lengan Danar. yang dipukul hanya cengengesan kemudian ikut duduk disebelah Ae. Setangkai mawar putih muncul di hadapan Ae, Ae menoleh dan Danar menyuruhnya untuk mengambil bunga itu. Ae tersenyum, diambilnya bunga itu seraya mengucapkan terima kasih.

"Dek!" si anak laki-laki tersebut merasa terpanggil dan menoleh. Ae melambaikan tangan kanannya memanggil anak itu. perlahan si anak laki-laki tersebut berjalan mendekat dan menatap Ae dengan pandangan bertanya. Ae tersenyum kemudian menyerahkan mawar putih tersebut kepada anak laki-laki dihadapannya ini.

"Namanya siapa?"

"Dennis, kak" ujarnya malu-malu

"Bunga ini, buat temen kamu yang tadi ya. Bilangin, jangan nangis lagi. Terus, Dennis harus minta maaf sama dia. Kan tadi, Dennis yang bikin dia nangis" secerah senyuman muncul di bibir Dennis. Ia menganggukan kepalanya dengan semangat.

"Makasih ya, kakak cantik" Ae tersenyum mendengar panggilan itu dan mengangguk. Di sampingnya, Danar juga ikut tersenyum. Ia memeperhatikan bagaimana Ae berinteraksi dengan anak kecil tadi. Sungguh baru kali ini ia melihat ada perempuan sma yang masih care dengan sekitarnya. Terkadang Charissa saja masih ogah-ogahan jika diajak ke taman bermain. Alasannya banyak anak-anak, gak tenang.

Anak laki-laki tadi langsung menghampiri teman perempuannya, menepuk bahunya dan segera menyodorkan bunga mawar putih yang baru saja diberikan Ae. Si perempuan segera menghapus air matanya dan tersenyum. Diambilnya bunga itu dan segera memeluk teman laki-lakinya.

"Mereka lucu ya" ujar Ae sambil terus memandang kedua bocah itu. Tak ada sahutan dari Danar. Sedetik kemudian ia sadar, bunga itu dari Danar dan kini ia memberikannya pada anak laki-laki itu. ia menoleh dan mendapati Danar tengah tersenyum padanya.

"Iya, lucu kayak lo" Ae segera memukul lengan Danar.

"Ih, jayus. Lo gak marah kan?"

"Kenapa gue harus marah? Lagian lo baik banget sih"

"Baru tau gue baik? Kemana aja lo" ae tertawa pelan. Setidaknya dia bisa melupakan rasa kesalnya pada Ron dan 'misterious-man'nya

"Jangan salahin gue dong. Kan lo kalo sama gue bawaannya marah-marah mulu. Mana pernah baik lo sama gue"

"Kalo gitu gue bakalan coba jadi baik deh sama lo" kata Ae mengalah. Selintas ide mampir di otaknya. Dengan segera Ae menatap Danar.

"Tapi gue mau minta satu permintaan, boleh?" tambah Ae. Danar memandang Ae dengan dahi berkerut, sedangkan Ae hanya tersenyum manis

"Minta apaan?" tanya Danar tenang. Ae memutar matanya keatas seperti sedang berpikir. Ia mendengung sebentar lalu menatap Danar lagi.

"Gak sekarang. Ntar aja kalo gue bener-bener pengen" 

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang