KERANJANG PIKNIK

270 13 0
                                    

Ae berdiri didepan kelasnya dengan berkacak pinggang. Ia sedang mencari Trixie dan Abigail yang menghilang entah kemana. Sejak bel pulang berbunyi, mereka langsung keluar kelas meninggalkan Ae yang masih menyalin catatan milik Trixie.

'Dasar! Gue ditinggalin lagi. Duh mana sih mereka?' gerutu Ae dalam hati. Tadi ia sudah mencarinya di kantin, di perpustakaan, dan di taman belakang tapi tak ada tanda-tanda bahwa mereka ada disana.

Akhirnya Ae memutuskan untuk pergi ke kantin sambil mencoba menghubungi Abigail dan Trixie. Ia memesan segelas es teh dan semangkuk mie ayam. Mencari Abigail dan Trixie di segala penjuru sekolah membuat perut dan tenggorokannya minta pasokoan .

Ae mengetikan beberapa pesan pada Abigail dan juga Trixie. Namun tak satupun dari mereka membalas pesannya. Ae semakin kesal dan terus-terusan menggerutu sendirian.

Kantin sekolah mulai sepi. Satu persatu siswa mulai keluar dari kantin. Mie ayam dan es tehnya pun sudah habis. Ae mendesah pelan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa ia pulang saja? Atau harus menunggu Trixie dan Abigail? Ae mengacak-acak rambutnya. Terkadang ia berpikir, Ae menganggap mereka berdua adalah sahabatnya, namun apa mereka berdua menganggap Ae sebagai sahabatnya?

Ae baru saja akan bangkit dari kursinya saat ia menerima sebuah pesan singkat dari Trixie

'Ae ku sayang, maapin kita berdua yaa? Kita tadi tuh lagi ngekorin si Adam. Lo tau sendirikan, kalo kita berdua naksir sama Adam? Jadi maapkan kedua sahabat mu ini yak? Please, please, please! Lo pulang duluan aja deh, lo gapapakan pulang sendiri? Ok sip! Oh iya, hp Abigail sekarat, makannya dia gak bisa bales pesan lo' Ae menghela nafas sambil tersenyum. Tak habis pikir akan kelakuan kedua sahabatnya ini.

^^^

"Kak!" teriak Romi, mama Ae untuk kesekian kalinya

"Apa ma?" balas Ae dari atas, kamarnya. Ia baru mendengar panggilan mamanya karena sedari tadi ia mendengarkan musik dari laptopnya memakai kedua headphone dengan volume penuh. Ia jadi ingat kata Abigail. 'Nih ya, gue kasih tau. Kalo lo lagi sedih, galau atau marah, mending dengerin musik aja pake headphone terus volumenya lo kerasin deh. Gue pernah nyoba, dan ternyata bener. Gue ngerasa kayak ada di konser tau ga? Gila kenceng banget. Terus, galau gue langsung ilang gitu aja. Hebat kan?' Ae tertawa sendiri lalu bangkit dari kasurnya untuk menemui mama di bawah

"Apa sih ma?" tanya Ae lagi. Romi menunjuk sebuah keranjang piknik dari rotan di atas meja pantry dengan dagunya. Ae mengerutkan keningnya. Seingatnya ia tak pernah membeli keranjang rotan di toko online. Karena penasaran, Ae langsung membuka keranjang itu dan menemukan banyak snack didalamnya. Matanya membelalak kaget. Dari biskuit, keripik kentang, soda bahkan coklat pun ada.

"Mama habis belanja bulanan? Terus kenapa dikasih ke Ae?" tanya Ae sedikit bingung. Kalau memang mamanya habis belanja bulanan, lalu untuk apa diberikan pada Ae? Lagipula Ae juga tidak meminta mamanya untuk membelikan semua ini

"Mama gak belanja bulanan. Kata Mang Didik, tadi ada kurir yang nganterin itu, terus katanya atas nama kamu" ujar mama sambil terus memotongi kentang untuk makan malamnya nanti

Ae berpikir sebentar, tapi pada akhirnya ia membawa keranjang itu juga ke dalam kamarnya. Rezeki tidak boleh ditolak, bukan? Ia membongkar isi keranjang tersebut sambil terus tersenyum. Kalau begini, ia tak perlu lagi membeli snack untuk persediaan di kamarnya selama sebulan. Kalo gitu, gue bisa hemat dong bulan ini? batin Ae tertawa

Ae membuka satu bungkus keripik kentang berukuran besar lalu duduk di sofa dadu miliknya. Sambil terus memakan snacknya, ia bepikir. Kira-kira siapa yang sedang berbaik hati memberinya snack sebanyak ini? ia terdiam sebentar. Jangan-jangan Ron? Matanya membesar, beberapa detik kemudian ia menggeleng. Tidak mungkin, pikirnya. Lalu siapa?

Tak sengaja, matanya menangkap benda yang berkilau karena tertimpa sinar matahari dari celah jendela kamarnya. Dengan cepat Ae manyambar benda tersebut dan mengangkatnya sejajar dengan wajahnya. Sebuah jepit dengan aksen mahkota. Tanpa pikir panjang, Ae meletakannya di kotak perhiasan hitam miliknya.

Lalu ia kembali menemukan short message dalam sebuah note kecil yang tertempel di balik tutup keranjang. 'warna jingga' Ae tak mengerti, apa maksud dari semua ini? Dia disuruh nyari warna jingga gitu? Ae mendesah, ia tak menyukai teka-teki sama sekali. Ae menempelkan note tersebut di kaca rias, ia tak berniat membuangnya sama sekali.

'Lagian siapa sih yang ngajak gue main teka-teki kayak gini?'

Adik Kelasku, Ketua Osisku, PacarkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang